RISET
PARTISIPATORIS
SEBAGAI
RISET PEMBEBASAN
Oleh :
Abdur Rozaki
(Peneliti Institute for Research and Empowerment-IRE
Yogyakarta
dan
Dosen Universitas Islam Negeri/UIN Sunan Kalijaga YK)
A. Pendahuluan
- Dalam rentang waktu yang begitu lama, ‘dunia’ penelitian seolah menjadi milik para akademisi (kampus). Hal ini karena kebanyakan para pemikir atau ilmuwan besar lahir dan berada di kampus. Para intelektual (kampus) memiliki peran yang besar dalam proses perubahan sosial mengerakkan kelembagaan negara, pasar dan masyarakat. Konteks ini telah memunculkan debat berkepanjangan berkenaan dengan posisi kaum cendekia atau intelektual apakah berada dalam posisi sebagai pendukung kekuasaan atau sebagai pembela atas korban kekuasaan (negara dan pasar).
- Para intelektual kampus ini memiliki labelitas sebagai insan akademis yang mengedepankan cara berfikir ilmiah sehingga muncul klaim seolah hanya para akedemisi yang paling shahih atau absah melahirkan ilmu pengetahuan. Posisi pihak yang berada di luar kampus sebagai yang lain (the others) yang tak berpengetahuan ilmiah. Posisi ini tentu saja melahirkan relasi kuasa pengetahuan. Status kepakaran seorang ilmuwan yang memiliki keahlian tertentu jauh memiliki pengaruh dibandingkan dengan suara rakyat kebanyakan.
- Posisi inilah yang kemudian memunculkan dilema karena banyak ilmuwan yang melakukan penghianatan, tidak membela kebenaran tapi condong membela nafsu dan kekuasaan yang serakah. Misalnya, di masa Orde Baru dan Orde Reformasi dengan bahasa hasil riset berupaya melegitimasi kekuasaan seraya mengorbankan pendapat atau aspirasi rakyat kebanyakan.
- Dalam beberapa dasawarsa terakhir lahir intelektual generasi baru, apakah itu di dalam kampus atau mereka yang berkiprah di luar kampus dengan menjadi bagian dari kekuatan civil society melancarkan suara kritis, riset yang kritis untuk mendorong tindakan pembebasan atas kolonisasi, kapitalisasi atas masyarakat. Khususnya yang berada di negara berkembang. Para intelektual yang melakukan gerakan sosial kritis ini oleh Gramsci disebut sebagai intelektual organik, yakni intelektual yang berpihak pada rakyat. Nama-nama generasi ini populer di publik seperti Vandana Siva, Maria Mies, Linda Tuhiwai Smith, Rajes Tandon, Mansour Faqih, dll.
B. Bagaimana
(ilmu) Pengetahuan lahir
dan
Direproduksi?
Secara sederhana ada dua model pengetahuan yang berkembang di dalam
masyarakat. Pertama, pengetahuan yang direproduksi oleh masyarakat awam
(pengetahuan praktis). Bentuknya melalui percakapan, gosip dan sejenisnya. Kedua,
pengetahuan yang direproduksi kaum akademisi melalui pendekatan metodologis dan
sistematis yang melahirkan pengetahuan teoritis. Aspek metodologis menjadi kata
kunci yang membedakan bentuk atau jenis (ilmu) pengetahuan di dalam mendorong
keberpihakan. Apakah nantinya berpihak pada ilmu untuk ilmu, ilmu untuk
kekuasaan atau ilmu untuk mendorong pembebasan atas perbaikan nasib rakyat.
C. Jenis
Metodologi Penelitian ;
Ada empat jenis metodologi penelitian yang selama ini berkembang, yakni :
- Metodologi penelitian akademis (academic research): bertujuan untuk memperkaya pengetahuan tentang kenyataan sosial, melalui metode yang menjadikan masyarakat sebagai obyek kajian. Prinsip yang dikedepankan adalah obyektifitas, netralitas sebagai turunan dari filosofi ‘ilmu harus bebas nilai’. Hasilnya adalah ilmu untuk kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan dapat dipergunakan oleh siapa saja.
- Metodologi penelitian kebijakan (policy research); bertujuan untuk melaksanakan rekayasa sosial. Umumnya dilakukan oleh para politisi, dan birokrasi pemerintah dalam melakukan program-program pembangunan di tengah masyarakat.
- Metodologi penelitian semi partisipatoris; bertujuan untuk membongkar pengetahuan yang melegitimasi praktek pembangunan yang menindas rakyat kecil, membangun kesadaran kritis terhadap kelompok sasaran. Namun belum sampai pada upaya untuk melakukan transformasi sosial.
- Metodologi penelitian partisipatoris (partisipatory research); bertujuan untuk membongkar pengetahuan yang melegitimasi praktek pembangunan yang menindas rakyat kecil sambil melakukan proses transformasi sosial. Metode yang digunakan partisipatif, yakni peneliti dengan masyarakat yang diteliti memiliki kesetaraan dan saling bekerjasama. Di sini masyarakat (perwakilan) diposisikan sebagai peneliti atas kasus yang alaminya. Hasil yang diharapkan adalah adanya tindakan kritis untuk mendorong perubahan sosial yang memperkuat warga atau komunitas yang marginal. Umumnya metodologi ini digunakan oleh aktivis NGO dan intelektual organik.
D. Bagaimanakah Perbedaan
Posisi dan
Paradigma antar Metodologi?
Bagan 1.1
Dilihat Berdasarkan Posisi
Posisi
|
Konvensional
|
Semi Partisipatoris
|
Partisipatoris
|
Tujuan
|
sekedar ingin mengetahui suatu permasalahan social
|
Memahami permasalahan sosial secara kritis
|
Ingin mengetahui permasalahan dan juga ingin berusaha mengubah realitas
social itu menjadi lebih baik
|
Peneliti
|
antara peneliti dengan yang diteliti ada jarak& hierarki (peneliti sbg
subyek yang diteliti sebagai obyek
|
Ada proses penyadaran antara peneliti dengan sasaran yang diteliti
|
peneliti dengan yang diteliti
menjadi satu bagian yang tidak terpisah
|
Kasus
|
peneliti yang menentukan
rumusan masalah dan instrument penelitian
|
Peneliti merumuskan masalah, namun ada umban balik terhadap sasaran yang
diteliti
|
permasalahan
dirumuskan secara bersama & jawabannya pula. Juga kesimpulan juga
dilakukan secara bersama
|
Sifat
|
cenderung positivistik
|
semi transformatif
|
transformatif
|
Responden
|
pasif
|
semi aktif
|
aktif
|
Hasil
|
cenderung kuantitatif
|
kualitatif
|
kualitatif
|
Bagan 1.2
Dilihat Berdasarkan Kontrol dan Proses
(perolehan+penjelasan) Pengetahuan
Riset Klasik
|
Riset Partisipatif
|
|||||||||
Peneliti
Profesional
situasi para pelaku
sosial
(para obyek)
|
Para Pelaku
(para subyek)
situasi
peneliti
sosial
|
Bagan 1.3
Perbedaan Paradigma
|
Riset Akademis
|
Riset Kebijakan
|
Riset Partisipatoris
|
P M Apa
I A
L S
I A
H L
A A
N H
Siapa
|
Pilihan didasarkan
atas kepentingan
dan disiplin peneliti
profesional
Peneliti
Profesional
|
Pilihan ditentutan
atas dasar berbagai
kebutuhan administratif dari klien
Klien (yang berada
di luar
permasalahan)
|
Pilihan ditentukan
atas dasar
permasalahan yang langsung dirasakan
Bersama: para
aktor dan peneliti profesional
|
P M
Apa
I E
L T
I O
H D
A E
N
Siapa
|
Desain riset
ekspremental, pe-manfaatan instrumen andal dan
analisa statistik
Peneliti profesional
|
Desain riset lapan-
gan quasi ekspre-
mental, instrumen
andal, dan analisis
statistik
Peneliti profesional
|
Disain riset berda-
sar konsensus,
pemanfaatan instru-
men empatik,
metode analisis
kompleks
Bersama: para
aktor dan peneliti
profesional
|
P H Apa
I A
L S
I I
H L
A
N
|
Publikasi
(presentasi dalam
seminar para ahli)
Peneliti profesional
|
Laporan (kepada
klien) atau publikasi
(bila si peneliti me-
Lakukan negoisasi)
Klien (terutama)
|
Perubahan situasi,
peningkatan penge-
tahuan dan kemam-
puan para aktor
untuk melihat dan
mengubah situasi
mereka
Bersama: aktor dan
peneliti profesional
|
E. Mengapa Harus Riset Partisipatoris?
Konteks 1.
- Selama ini banyak sekali hasil penelitian yang tidak berpihak pada masyarakat yang diteliti. Misalnya, kasus pendekatan pembangunan pertanian melalui Green Revolution.
- Hasil penelitian lebih berpihak pada kepentingan peneliti atau funding (pemberi dana) dibandingkan dengan masyarakat yang diteliti
- Hasil penelitian melegetimasi dan mereproduksi pengetahuan perihal kuasa yang dapat mengkonstruksi pikiran, perilaku individu dan komunitas di dalam masyarakat. Filosuf Francois Bacon mengatakan, “Knowlegde is Power”. Habermas mengatakan, “ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, di dalamnya terselubung kepentingan atau ideologi”.
Konteks 2.
- Proses penelitian harus menjadi proses penyadaran, baik bagi mereka yang disebut ‘subyek’ penelitian (pakar sosial) maupun ‘obyek’ penelitian (masyarakat sebagai kelompok sasaran.
- Membongkar ideologi atau selubung kepentingan dibalik kinerja ilmu pengetahuan sangat penting untuk melahirkan pikiran kritis dan tindakan pembebasan membela kaum mustaddafin.
- Agar masyarakat memiliki pengetahuan kritis, menjadi subyek penelitian bukannya obyek penelitian. Hanya dengan pengetahuan kritis akan lahir tindakan yang kritis pula.
- Gerakan sosial baru dapat terwujud dengan kuat dengan cara proses pelibatan secara langsung aktor di dalam masyarakat sendiri dalam menguarai permasalahan dan solusi yang dihadapinya. Vandana Siva mengatakan, “Jika anda ingin mengetahui sesuatu, maka rasakanlah’.
F. Bagaimana Langkah-Langkah Melakukan
Riset Partisipatoris?
Langkah-langkah untuk
melakukan dapat digambarkan
dalam diagram sebagai
berikut ini :
Tuntutan para pelaku dalam situasi masalah
|
Pelaksanaan
rencana perubahan
|
Persetujuan antara penelitian & para
pelaku dalam situasi
|
Desain riset
bersama
|
Kelompok kecil
bertanggung jawab atas lingkaran riset
|
Perkembangan dari rencana-rencana yang
berubah
|
Berbagai dengan para pelaku dalam situasi
masalah
|
Analisis data
bersama
|
Koleksi data
gabungan
|
Konsolidasi dari
belajar
|
Penjelasan :
Langkah 1). tuntutan para pelaku dalam situasi masalah: apa yang menjadi permasalahan
utama, dilihat dari problem kuasa, relasi struktur sosial, politik, ekonomi dan
budaya serta historisitas masalah dari sisi korban dan penguasa. 2). Peneliti
dengan pelaku (warga masyarakat) saling membangun konsensus/persetujuan apa
yang disebut sebagai masalah. Misalnya, isu kemiskinan, marginalisasi, etc. 3).
Ada proses penseleksian sebagai perwakilan dari komunitas warga untuk masuk di
dalam tim penelitian bersama peneliti dari luar komunitas
4).membuat disain riset, meliputi latar belakang kasus, merumuskan masalah
(dari kasus) yang diteliti secara spesifik, tujuan riset, kerangka teoritik
atau konsep yang digunakan, pemilihan metode di dalamnya meliputi jenis,
memilih responden, wawancara, batasan, waktu dan lokasi. 5) mengabungkan data antara
yang diperoleh peneliti (profesional/luar) dengan peneliti dari warga. 5)
melakukan analisis bersama. 6) Berbagai dengan para pelaku dalam situasi
masalah; saling melakukan refleksi. 7). Dari proses refleksi itu mungkin ada
perubahan sehingga diperlukan upaya untuk konsolidasi 8). Mengamati
kembali perkembangan dari rencana yang berubah. 9) menulis proses dan capaian
yang terjadi sebagai laporan atau hasil untuk tindakan perubahan atau aksi
social
G. Bagaimana Pula Langkah-Langkah
Melakukan
Riset Semi Partisipatoris?
Peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut ini:
- Melakukan perencanaan penelitian, yakni menentukan topik yang diteliti, merumuskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan riset, kerangka teori dan metodologi yang digunakan.
- Menyusun kegiatan lapangan: seperti kegiatan mengumpulkan data, bertemu atau janjian dengan responden,dll.
- Melakukan proses adaptasi (waktu, kebiasaan seperti berpakaian,makan, dll) guna membangun proses empati seraya melakukan observasi terhadap kelompok sasaran (kasus yang diteliti) atau responden. Proses beradaptasi menjadi penting untuk membaca pikiran, perilaku, sikap, ideologi, simbol responden.
- Membangun pola komunikasi bersahabat seraya menyampaikan tujuan riset pada kelompok sasaran (responden)
- Mencatat seluruh proses observasi dan wawancara seraya melakukan identifikasi dan katagorisasi data-data sejenis.
- Melakukan analisis data
- Membuat laporan penelitian dan mengkonfermasi ulang pada responden untuk membangun konsensus, khususnya menyangkut kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
H. Beberapa Hal Teknis Dalam
Melakukan Penelitian
·
Tips Melakukan Observasi
- Gunakan pancaidera ada semaksimalkan mungkin, khususnya untuk melihat dan mendengar peristiwa yang sedang anda amati
- Konsentrasikan amatan anda dalam melihat pola, kebiasaan dan gaya aktor sosial yang sedang anda observasi (teliti)
- Usahakanlah menyatu (beradaptasi) dengan situasi lingkungan dan aktor sosial yang sedang anda teliti.
- Hindari sikap atau tindakan yang dapat membuat (kelompok) sasaran yang diteliti curiga dan merasa terganggu dengan kehadiran anda
- Segera catat/tulis peristiwa penting yang sedang anda amati guna menghindari pengerosian ingatan atas peristiwa
· Tips Memilih Responden/Informan :
- Enkulturasi penuh : menemukan informan yang tahu dengan budayanya sendiri dengan baik, atau permasalahan komunitasnya dengan baik
- Keterlibatan secara langsung: teerlibat dengan peristiwa, posisinya sebagai sumber pertama.
- Memiliki waktu untuk diwawancarai
- Mampu mengartikulasikan pengalaman, pengamatan dan peristiwa yang dialaminya.
- Hindari informan yang suka merayu peneliti untuk tujuan yang negatif
·
Tips Melakukan Wawancara :
- Sapaan; perlu menyapa responden dengan sejuk, ramah dan penuh keakraban
- Tidak ada tujuan eksplisit. Jangan menyampaikan apa yang hendak diinginkan atas responden, guna menghindari adanya komunikasi yang kaku.
- Menghindari pengulangan. Jangan ada kalimat yang diulang-ulang sampai membuat bosan responden
- Mengajukan pertanyaan. Ajukan pertanyaan mulai dari kisah pribadi informan, pekerjaan yang dilakukan, pengalaman, dll.(Alangkah lebih baik sebelumnya menyiapkan interview guide)
- Menunjukkan minat. Tunjukkan bahwa anda menaruh minat atas masalah yang ditanyakan (diteliti)
- Menunjukkan ketidaktahuan: Jangan sok tahu, atau menggurui yang membuat responden males atau enggan bercerita banyak. Memancing dan berpura-pura tidak tahu dapat membuat responden care dan bercerita banyak
- Bergiliran: jangan memotong penjelasan responden.kalau berkelompok aturlah waktu berbicara agar tidak rebutan untuk berbicara.
- Penyingkatan: Gunakan kalimat yang singkat, padat dan tidak bertele-tele
- Waktu sela. Cari waktu yang luang bagi untuk diwawancarai. Jangan menggunakan waktu kesibukan responden. Kalau perlu atur janji untuk bertemu.
- Penutupan: akhir wawancara atau percakapan perlu ditutup dengan dengan bahasa penuh persahabatan, dan keakraban.
·
Tips Membuat Laporan
- Jangan menunda untuk menulis hasil wawancara lebih dari sehari
- Tulislah hasil observasi tanpa menunda waktu karena bila ditunda peristiwa yang diamati akan dapat bergeser konteks, makna sehingga membuat peneliti kehilangan konsentrasi
- Klasifikasikan dan kategorikan data-data yang terkumpul sejenis, lihat mana saja wawancara yang kurang tajam hasilnya sehingga perlu ditanyakan lagi.
- Deskripsikan data yang terkumpul tanpa analisis terlebih dahulu.
- Analisis data dilakukan dengan mendealektikan antara hasil observasi, wawancara, pendapat pakar atau refrensi teoritis. Proses itu diurai secara tajam sehingga peristiwa yang tak terungkap atau tersembunyi diangkat kepermukaan. Bahkan dari itu pula dapat membangun perspektif baru bila memungkinkan.
I. Belajar Kasus (Studi
Kasus)
Riset kasus ini
menggunakan pendekatan semi partisipatoris. Peserta akan dibagi ke dalam 6
kelompok. Setiap kelompok berjumlah 6 orang. Masing-masing kelompok akan
meneliti topik 1) pasar tradisional, 2) pasar gelap (maling), 3) pasar modern.
Kategori Perbandingan
|
Pasar Tradisional
|
Pasar Modern
|
Prakarsa
|
Komunitas warga
|
Investor
(pasar)
|
Konsumen
|
Kelas menengah
ke bawah
|
Kelas menengah ke atas (the have)
|
Jaringan Barang
dan Jasa
|
Petani langsung
dan pengepul dari masyarakat sendiri
|
Rente
|
Perputaran
Modal dan Keuntungan
|
Di dalam
komunitas warga
|
Di lingkaran kaum the have atau global capitalism
|
Pencitraan
Simbolik
|
Menekankan
substansi, tanpa perlu iklan
|
Promosi iklan
|
Kenyamanan
|
Berdesakan, AC
alami
|
Longgar, AC
elektronik
|
Keamanan
|
Tidak
terkontrol
|
Terkontrol
|
Harga
|
Fleksibel
|
Konstan/stabil
|
Nilai Belanja
|
Partai kecil
|
Partai besar
|
Relasi penjual
dan Pembeli
|
Personal
(kultural)
|
Impersonal
|
Pemerintah
|
Pajak kecil
|
Pajak Besar
|
Pengidentifikasi Daftar Responden :
A. Pasar
Tradisional dan Pasar Maling :
- Pedagang (minimal 2 orang)
- Suplayer barang (minimal 2 orang)
- Konsumen (2)
- Kepala pasar
- Keamanan pasar (formal dan informal)
- Bank Pasar
- Rentenir
B. Pasar Modern
- Manajer personalia Mall
- Pedagang (penyewa conter)
- Penjaga conter barang
- Konsumen
- Kimpraswil DIY Yogyakarta
- Dispenda
J. Bagaimana Membuat Format Laporan?
Bab I :
Pendahuluan
- Latar Belakang
(mengurai konteks masalah,
kecenderungan yang terjadi, relasi-relasi antar struktur politik, ekonomi,
budaya dan dimensi kesejarahan/sosio historis, relasi antar aktor, siapa yang
diuntungkan dan dirugikan, dengan cara seperti apakah diuntungkan dan
dirugikan, legitimasi yang digunakan, dll).
- Rumusan Masalah
(Pertanyaan yang diajukan sebagai pokok masalah yang hendak diteliti). Umumnya
mempertanyakan antara dassollen dan dassain.
- Tujuan dan Kegunaan Penelitian
(tujuan yang hendak dicapai dan nilai guna riset bagi masyarakat).
- Kerangka Teori
(Teori atau konsep kunci yang digunakan dalam menganalisis masalah,
biasanya hal ini sangat terkait dengan rumusan masalah yang diteliti. Kerangka
teori berguna untuk melihat dan mengurai masalah melalui perspektif yang jelas.
Mengurai dan menganilisis masalah akan lebih mudah bila kerangka teori atau
perspektifnya jelas. Satu masalah dapat saja menghasilkan beragam tafsir atau
kesimpulan, tergantung dari perspektif/teori/pendekatan yang digunakan.
Misalnya, fenomenan naik haji antara pendekatan ekonomi politik dapat dengan
cultural religius syestem akan menghasilkan uraian dan kesimpulan yang berbeda.
- Metodologi
(mengurai cara kita dalam menjawab rumusan
masalah, apakah dengan cara menggunakan jenis metode kualitatif atau
kwantitatif, bagaimana teknik pengumpulan data dilakukan, seperti apakah ruang
lingkup dan gambaran lokasi penelitian)
Bab II : Profil & Problematika Kasus
Mendeskripsikan (temuan) data dari hasil
observasi dan wawancara dengan responden
dengan memilahnya ke dalam isu-isu strategis, seperti : kebijakan pemerintah, premanisme,
keadilan ekonomi, hak-hak pedagang dan konsumen, gender, rente ekonomi, kapasitas
antar pelaku usaha, dll.
Bab III : Analisis
Kasus
Mendealektikakan antara temuan
lapangan dengan kerangka konseptual
berdasarkan isu-isu strategis di
bab II.
Bab IV. Kesimpulan dan Rekomendasi
Rekomendasi penelitian dirumuskan oleh
peneliti setelah sebelumnya melakukan konfirmasi dengan responden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar