Kamis, 27 September 2012

Index - Katapengantar - II: Materialisme dan Idealisme - III: Feuerbach - IV: Dialektika Materials




I - Hegel
Buku [1-1] jang terletak dihadapan kita membawa kita kembali kezaman jang, meskipun menurut waktlt tidak lebih daripada satu keturunan berada dibelakang kita, telah mendjadi asing bagi keturunan jang sekarang ini di Djerman seolah-olah ia telah bertalu sera:tus tahun lamanja. Meskipun d-emikian zaman itu adalah zaman persiapan Djerman unttik Revolusi 1848; dan segala-sesuatu jang terdjadi dinegeri kita sedjak itu thanjalah kelandjutan tahun 1848, hanjalah pelaksanaan wasiat dan tegtamen terachir revolusi itu.
Seperti halnja di Perantjis dalam abad kedelapanbelas, demikian lyulalah di Djerman dalam abad kesembilanbelas, revolusi filsafat mengantarkan keruntuhan politik. Tetapi alangkah berbedanja keduanja itu kelihatannja ! Orang2 Perantjis mengadakan pertempuran terbuka melawan semua ilmu resmi, melawan gered-ja dan sering2 djugi melawan liegara; tulisan2 mereka ditjetak diluar perbatasan, di Inggris atau di Nederland, sedangkan mereka sendiri selalu berada dalam bahaja dipendjarakan didalam Bastille. Difihak lain, orang2 Djerman adalah profesor2, parapenga.djar pemuda jang diangkat oleh negara: tulisan2 mereka diakui sebagai bukupeladjaran, dan sistitn jang terbatas dari seluruh perkembangan - sistim Hegelian - bahkan ditingkatkan, sampai batas tertentu, kedalam barisan filsafat negara kerad-jaan Prusia ! Apakah mungkin dibelakang paraprofesor itu, dibelakang kata2 mereka jang samar2, sokpengetahuan, dibelakang kalimat2 mereka jang bojak, jang mendjemukan, bersembunji revolusi?
Apakah orang2 jang pada waktu itu dianggap sebagai wakil2 revolusi bukan djustru kaum liberal, musuh jang paling sengit dari filsafat jang mengatjaukan-otak itu ? Tetapi apa jang tidak bisa dilihat baik oleh pemerintah maupun oleh kaum liberal sedjak 1833, telaih dilihat sekurang-kurangnja oloh satu orang, dan orang itu tidak lain adalah Heinrich Heine. [1-2]
Mari kita ambil sebuah -tjontoh. Tidak ada dalil filsafa.-t jang telah menimbulkan rasa terimakasih jang lebih besar dari peinerintah2 jang berfikiran pitjik dan amarah dari kaum liberal jang sama pitjik fikira,-,iiiia daripada pemjataan- Hegel jang terkenal : ,Segalasesuatti jang rii] adalaih rasionil; dan segalasesua-tu jang rasionil adalah riil." Pernjataan itu merupakan pembenaran jang njata terihadap segalasestiatu jang ada, doa-restu filsafat jang dilimpahkan kepada despotisms, pemerintahan polisi, sidang2 Star Chamber dan seiisur. Begitulah Friedrich Wlilhelm III dan begitulah Rakjatnja meinahami pernjataan itu, Tetapi, menurtit Hegel pastilah bukan segalasesuatti jang ada adalah djtt,, la riil, tanpa kwalifikasi lebiih ]audit. Bagi Hegel sifat Attribute, attribuut) realitet terdapat hanja pada apa jang sekaligus adalah keharusin : ,dalam proses perkembangannia reallitet terbukti adalah kehariusgn".
Makaitu, tindakan pemerintah tettentu - Hegel sendiri mettgti,tip sebagai tiontoh ,peraturan padjak terlentu" - baginja samasekali bukanlah hal jang riil tanpa kwalifikasi, Tetapi, keharusan, achirnja inembuktikan bahwa ia adalah djuga rasionil; dan, djika ditrapkan pada iiegara Prusici pada waktu itu. maka, dalil Hegel hanjalah berarti negara ini adalah rasionil, sesltai dengan akal, sediatih ia adalah kehartisan; dan, djika, meskiplin demikian, ia kelihatan kepada kita sebagai sesuatu jang djahat, tetapi tetap, meskipun wataknja ctjahat, ada terus, maka watak djahat pemerintah itu dibenarkan dan didjelaskan oleh watak djahat jang sama jang terdapat pada ,",arganegaranja. Orang2 Prusia zaman itu mempunjai pemerintahan jang patut bagi mereka.
Djadi, menurut Hegel, realitet sekali-kali bukanlah sifat (attribute, attribtuut) jang dapat didjadikan sebutan bagi! keadaa,n halichwal tertentu jang mana sadja, sosial atau piolitik, dalam semua keadaan dan pada setiap masa. Sebaliknjalah jang benar. Republik Rtimawi adalah riil, tetapi demikian djuga halnja dengan kerad-jaan Rtimawi, jang mendahuluinja. Dalam tahun 1789 monarki Pera.ntjis telah mendjadi begitu tidak-riil, jaitu, telath begitu dilutjuti dari segala keharusan, begitu tidak rasionil, sehingga ia harus dihantjurkan oleh Revolusi Besar. Tentang revoltisi itu Hegel selalu berbitjara dengan kegairahan jang amat tinggi, Makaitu, dalam hat ini, moiiarki adalah jang t,dak-riil dan revolusi adalah jang riil. Djadi, dalam proses perkembangan, semua jang dimasalampau adalah riil mendjadi tidak-riil: keibilangan keharusannja, hak eksistensinja, rasionalitetnja. Dan pada tempat realitet jang sekarat lahir realitet b,tru, jang dapat hidup - setjara damai djika jang lama tjuklip tjerdik unttik meliemui: adialnia tanpa perdiuangan; dengan kekerasan djika ia melawan keharusan itu, Djadi dalil Hegel berbalik mend adi hal jang berlawanan dengannja lewat dialektika Hegel itu sendiri Segalasesuatu jang riil dibidang sedjarah manusia mendjadi tidak-rasionil dalam proses waktu, makaitu tidakra,tsionil dari segi tudjuannja itu sendiri, sebelumnja telah dinodai oleh irrasionalitet; dan segalasesuatu jang rasionil didalam fikiran maniusia ditakdirkan untuk mendjadi riil, betapapun banjaknja ia bertentangan dengan realitet jang betul2 ada. Sesuai dengan semua ketentuan metode berfikir Hegelian, dalil tentang rasionalitet segalasesuatu jang riil mengubah dirinja mendjadi dalill jang lain - Segalasestiatu jang ada patut mengalami kehantjlirannja.
Tetapi djustru disitulah letak arti sesungguhnja dan watak revolusioner dari filsafat Hegel (pada filsafat mana, sebagai penutup seluru-h gerakan sedjak Kant, kita hartis membatasi diri disini), bahwa ia untuk selama-lamanja memberikan pukulan jang menghantjurkan kepada keabadian semua hasil pemikiran dan perlyuatan manusia. Kebenaran, jang pengenalannja. mendjadi urusan filsafat, didalam tangan Hegel tidak lagi merupakan djumlah pernjataan2 dogmatis jang selesai, jang, sekan ditemukan, banialah harus dipeladjari diluar kepala. Sekarang kebenaran terletak didalam proses pengenalan itu sendiri, didalam perkembangan historis jang lama dari ilmu, jang menaik dari tingkat pengetahtian jang lebilh rendah ketingkat jang lebih tinggi tanpa bisa mentiapai, dengan menemukan apa jang disebut kebenaran absolut, suatu titik dimana ia tidak datiat madju lebih djauh lagi, dimana ia tidak akan rnemptinjai pekerdjaan lagi selain daripada berpeluk tangan dan menatap dengai rasa keheran-heranan pada kebenaran absolut jang telah ditjapai. Dan apa jang benar bagi dunia pengetahuati filsaiat benar ptila bagi setiap matjam pengetabuan lainnja dan djuga bagi persoalan-persoalan praktis. Seperti halnja pengetahuan 'tidak mtingkin dapat mentjapai kesimpulan jang lengkap dalam sjarat2 kernanusiaan jang sempurna, jang ideal, maka sedjarahpun tidak mungki7i dapat berbuit demikian; masjarakat jang sempurna, ,,negara" jang sempurda, adalah hal2 jang mungkin ada didalam chaial sadia. Sebaliknia, semua sis-tim sedjarah jang silihberganti hanjalah tingkat2 peralihan didalam proses perkembangan masjarakat manusia jang tiada achirnja dari tingkat jang lebih rendah ketingkat jang lebih tinggi. Setiap tingkat adalah tingkat keharusan, dan maka;tu dapat dibenarkan untuk rnasa dan sjarat2 jang mendjadi sumbernja. Tetapi dalam berohadapan dengan sjarat2 baru, sjarat2 jang lebih tinggi jang setjara berangsur2 berkembang didalam kandungannja sendiri, ia kehilangan keabsahannja dan pembenarannia, la harus menjerah kepada tingkat jang lebih tinggi jang pada gilirannja djuga akati nielapuk dan hantjur. Seperti halnja burdiuasi lewat industri besar, persaingan dan pasar dunia dalam praktek membubarkan semua lembaga jang stabil, jang tua dan dihormati, maka filsafat ctialektik inipun membubarkan semua konsepsi tentang kebenaran terachir, absolut dan tentang keadaan manusia jang absolut jang sesuai dengan itu. Baginja (filsafat dialektik) tidak ada sesuatupun jang terachir, jang absolute jang keramat. Ia menjingkapkan watak peralihan dari segalasesuatu dan didalam segalasesuatu, tidak ada sesuatupun jang dapat bertahan berhadapan dengan watak itu ketjuali proses mendjadi dan melenjap jang berlangsung dengan tiada a putus2nja, proses menaik dari tingkat jang lebih rend h ketingkat jang lebih tinggi dengan tiada putus2nja. Dan filsafat dialektik itu sendiri tidaklah lebih daripada pentjerminan semata dari proses itu didalam otak jang berfikir. Sudajh tentu, ia mempunjai djuga segi ko;nservatifnia : ia mengakui bahwa tingkat2 terten'tu pengetahuan dan masjarakat dapa,t dibenarkan untuk masanja dan keadaannja; tetapi hanja sedjauh itu sadia. Konservatisme tjara memandanp jang sematiam itu adalah relatif, jang absoltit adalah watak revolusionernia - satu2nja jang absolut jang di, akui oleh filsafat dialektik.
Disini, tidakiah dirasa perlu memasuki persoalan apakah tjara memandang jang seperti itti sepentihnja sesuai dengan keadaan jImu2 alam sekarang ini, jang mer'Amalkan berachirnja bumi ini sebagai hal jang niungkin dan ;dapat didiaminja bumi ini sebagai ha] jang amat pasti; jang, oleh karena itu mengakui bahwa bagi sediarah umatmanusia, djuga, terdapat bukan hania tiabang jang menaik tetapi djuga jang menurun. Meskipun demikian kita masih berada pada djarak jang amat diauh d-ari titikbalik dimana djalan sedjarah masjarakat mendjadi djalan menurun, dan kita tidak dapat mengharapkan filsafat Hegel menaruh perihatian pada soat jang ilmu2 alam, pada zamannja, masih belum lagi mendialiikan persoalan jang diperbintjangkan.
Tetapi, sesunggilihnja, apa jang harus dinjatakan disini jalah : bahwa pada Hegel pendirian2 jang diken= bangkan diitas tidak sebegitu tadjam digariskan. Pendirian-pendirian itu adalah kesimpulan keharusan dari metodenja, tetapi dia sendiri tidak pernah menariknja sedjelas itu. idan memang, ini adalah karena alasan jang sederihana bahwa -dia terpaksa menjusun suatu sistim dan, sesuai d-engan keperluan2 tradisionil, suatu sistim filsafat harus berkesimriulan dengan sematjam kebenaran absolute makaitu, betapapun banjaknia Hegel, terutama didalam tulisannia Logika, menekankan bahwa kebenaran abadi itu tidaklah lain daripada proses jang logis, atali proses sedjarah itu sendiri, namun dia terpaksa memberikan suatu achir pada proses itu, djustru karena dia havus mengachiri sistimnja pada sudtu titik. Didalam Logikanja dia dapat mendjadikan aohir itu awal kembali, karena disini hal jang disimpulkan, ide absolut - jang hanja absolut sediauh mengenai dial itu dia setjaya absolut tidak mempunjai sesuatu lagi untuk disampaikan - ,,mendjelmakan", jaitu, mengubah, dirinja mendjadi alam dan'kemudian mendjadi dirinja kembali didalam otak, jaitu didalam fikiran dan didalam sedjarah. Tetapi pada achir seluruh filsafat itu pengulangan kembali jang serupa keawalnja hanjalah mungkin lewat satu djalan. jaitu, dengan memikirkan tentang achir sedjaraih sebagai berikut ini, : umatmanusi,a sampai pada pengenalan ide absolut jang itu djuga, dan menjatakan bahwa pengenalan ide absolut itu ditjapai didalam filsafat Hegel. Tetapi, dengan tjara jang seperti itu, seluruh isi dogmatis dari sistim Hegel di,njatakan sebagai kebenaran absolute berterftangan'd-engan metode dialektiknja, jang mentjairkan segala dogmatisme. Djadi segi revolusioner tettjekik dibawah pertumbuhan segi konservatif jang berlebih-lebiban. Dan apa jang berlaku bagi pengenalan filsafat berlaku djuga bagi praktek sedjarah. Umatmanusia, jang, didalam diri Hegel, telah meiitjapai titik merumuskan ide absolute dalam praktek harus telah sampai pula sedjauh dapat-mewudjudkan ide absolut itu dalam kenjataan. Makaitu tuntutan politik praktis dari ide absoltit terhadap orang2 sezamannja iictak bgleh -direntang terlalu djauih. Dan dengan demikian kita temukan pada kesimpulan Filsafat Hukum kum bahwa ide absolut akan direagismi didalam monarki jang berdasarkan pangkat2 sosial jang oleh Friedrich Wilhelm III didipndjikan dengan begitu gigihnja tetapi sia-sianja kepada warganegaranja, jaitu, didalam kekuasaan terbatas, lunak, tidak langsung dari klas2 jang bermflik jang sesuai dengan sjarat2 Djerman burdjuis ketjil dizaman itu; dan, tambahan pula, keharusan adanja kaum bangsawan ditundjukkan kepada kita dengan tjara jang spekulatif.
Makaitu, ke;harusan intern sistim itu dengah sendirinja tjtakup untuk ruendjelaskan mengapa metgde berfikitr jang samasekali tevG]usioner menghasilkan iesimputan politik jang keterlaluan ctjinaknja. Sesungguhnja bentuk chusus kesimpulan itu lahir dari kenjataan bah-' wa Hegel adalah seorang Djerman, dan seperti halnja dengan orang sezamannja, Goethe, mempunjai sedikit kutjir filistin terdjuntai dibelakangnja. Mereka masing2 adalah seorang Zeus Olympia dibidangnja, meskipun demikian tidak seorangpun diantara mereka itu jang betuI2 pernah membebaskan dirinja dari filistinisme Djerman.
Tetapi kesemuanja itu tidak merintangi sistim Hegel mentjakup bidang jang takterbandingkan lebih besarnia daripada sigtim jang manapun sebelumnja, maupun mengembangkan didalam bidang itu kekajaan fikiran jang sampai ihari inipun mengagumkan. Fenomenologi djiwa, (jang dapat disebut suatu paralel dari embriologi dan paleontologi djiwa, perkembangan kesederan perseorangan lewat tingkat2nja jang berbeda2, jang terwudjud sebagai bentuk reproduksi jang disingkat dari tingkat2 jang telah ditempuh oleh kesedaran manusiaselama perdjalanan sedjarah), logika, filsafat alam. filsafat djiwa, dan jang terschir dirumuskan didalam, sub-bagian2nja jang historis setjara sendiri2: filsfat sedjarah, filsafat hukum, filasfat agama, sedjarah filsafat, estetika, dsbnja - disemua bidang sedjarah jang ber-beda2 ini Hegel bekerdja keras untuk menemukan dan menundjukkan benang perkembangan jang mendjulur. Dan karena dia bukan hanja seorang zeni jang kreatif tetapi djiuga seorang jang berpengetahuan ensiklopedi, dia melakukan peranan jang membuat zaman disetiap bidang. Adalah djelas dengan sendirinja bahwa karena kebutuhan ,,sistim" dia sering harus menggunakan konstruksi2 jang dipaksakan dan telitang itu lawan2nja jang kerdil membikin kehebohan jang begitu hebat bahkan sampai hari ini. Tetapi konstruksi-konstruksi itu hanjalah kerangka dan perantjah lkarjanja. Djika ditempat itu orang tidak membuang2 waktu tanpa ada keperluannja, tetagi madju terus kedalam bangunan jang mahabesar itu, maka orang akan menemukan kekajaan jang tiada terhitung banjaknja jang hingga hari ini masih memiliki nilai jang tiada berkurang. Pada semua ahlifilsafat djugtru ,,sistim" itulah jang dapai hantjur; dan karena alasan jang sederhana bahwa dia lahir dari keinginan jang kekal dari djiwa manusia - jaitu keinginan untuk mengatasil semiua kontradiksi. Tetapi, djika semua kontradiksi untuk selamalamanja sudah ditiadakan., maka kita akan mentjapai apa jang dinamakan kebenaran absolut - sedjarah dunia akan berachir. Akan tetapi sedjarah itu harus berdjala.i terus, meskiipun tidak ada lagi jang harus dikerdjakannja - djadi, kontradiksi bariu, kontradiksi jang takterpetjahkan. Segera kita menjedaxi - dan achirnja tidak ada orang jang membantu kita menjedari hal itu lebih daripada Hegel sendiri - bahwa tugas filsafat jang dinjatakan sedemikian itu tidak berarti lain daripada bahwa tugas jang harus dipenuhi oleh seorang ahlifilsafat jalah jang hanja dapat dipenuhi oleh seluruh umatmanusia dalam proses perkembangannja jang progresif - segera kita menjedari hal itu, maka berachirlah filsafat dalam artikata jang ihingga saat itu diterima. Orang membiarkan sadja ,,kebenaran absolut", jang tak tertjapai disepandjang dialan itu atau oleh perseorangan jang manapun; sebaliknia, orano mengedjar kebenaran2 relatif jang dapat ditiapai aisepandjang djalan jang ditempuh oloh ilmu2 positif dan menji,mpulkan hasil2nja lewat pemikiran dialektik. Bagaimanapun djuga, dengan Hegel filsafat metlemui achirnja: disatu fihak, karena did,alam sistiminja dia menjinipulkan seluruh perkembangan filsafat menurut tiara jang amat mengagumkan; dan difihak lain, karena meskipun setiara tidak sedar, dia men)undjukkan kepada kita djalan keluar dari tempat menjesatkan berupa sistim2 kepengetahuan positif jang sesungguhnja tentang dunia.
Orang dapat membajangkan betapa besarnja pengaruh sistim Hegel itu terhadap iklim Dierman jang bertjorak filsafat itu. la mertip;ikan pawai kemenangan jang beriangsung ber-abad-' lamania dan jang samasekali tidak berhenti dengan wafatnja Hegel. Sebaliknja, djustru dari tahun 1830 sampai dengan 1840-lah bahwa ,,Hegelianisme" berkuasa setjara amat ekskliltsif, dan sampai batas jang kurang-lebih besar menulari bahkan lawan2nja. Djustru didalam periode itulah pendirian-pendirian Hegelian, setjara sedar miupun tidak sedar, dengan amat luasnja menjusup kedalam ilmu2 jang amat beranekaragam dan menjuburkan bahkan literatur populer dan harian2, dari mana ,,kesedaran terpeladjar" rata2 mendapatkan makanan mentalnja. Tetapi kemenangan diseluruh front itu hanjalah merupakan pendahuluan bagi suatu perdiuangan intern.
Seperti sudah kita lihat, adjaran Hegel, dalani keseluruhaniija, menjisakan tjukup ruang iuntuk memberikan perlindungan kepada pendirian praktis pattai jang amat banjak anekaragamnja. Dan di Djerman teoritis waktu itu, diatas segala-galanja dua hal adalah praktis: agama dan politik. Siapa jang memberikan tekanan utama pada sistim Hegel dapat mendjadi agak konservatif dikedua bidang; siapa jang menganggap metolde dialektiknja sebagai ha] jang utama dapat tergolong kedalam oposisi jang amat ekstrim, baik dilapangan politik maui)un dilapangan agama. Hegel sendiri,, meskipun tert'apat tjetusan2 amarah revolusioner jang agak sering didalam karja2nja, dalam keselurohannja kelihatan se-olah2 tjenderung pada segi konservatifnja. Memang, diika dibandingkan dengan metodenja sistimnja' telah dibajarnja dengan ,penjumbatan mental jang ketat" jang lebih banjak. Kearajh achir tahun2 tigapuluhan, keretakan didalam aliran itti mendjadi semakin njzfta. Sajap kiri, apa jang disebut kaum Hegelian Kiri, dalam perdjuangan mereka melawan kaum ortodoks pietis [1-3] serta kaum reaksioner feodal, sedikit demi sedikit meninggalkan sikap membatasi diri jang setjara filsafat berbud-i mengenai masalah terhangat pada waktu itu, masalali jang hingga saat itu ditenggang oleh negara dan bahkan adjaran2 mereka mendapat perlindungan. Dan ketika, dalam tahun 1840, pietisme or;todoks dan reaksi feodal absolut naik tachta bersama-sama dengan Friedrich Wilhelm IV, pemihakan terbuka tak dapat dihindari. Perdjuangan itu berlangsung terus dengan menggunakan sendjata filsafat, tetapi bukan lagi untuk tudiuan2 filsafat jang ab5trak, Perdiluangan itu lancisung diarahkan untuk menghantjurkan agama tradisionil dan eksistensi negara. Dan semeiitara didalam Deutsche Jahrbiicher [1-4] tudjuan praktis masih setjara menondjol diadjukan dengan memakai kedok filsafat, didalam Rheinische Zeitung tahun 1842 mazhab Hegelian Kiri langsung menampakkan dirinja sebagai filsafat burdjuasi radikal jang sedang penuh dengan tjita2 dan menggunakan djubah filsafat jang sajup hania untuk menipu sensur.
Tetapi, pada waktu itu, politik"merupakan lapangan jang penuh dengan duri., dan makaitu perdjuangan utama ditudiukan terhadap agama; perdiuangal itu, tertitama sedjak tahun 1840, setjara tidak langsurig adalah djuga poilitis. Tulisan Strauss Kehidupan Jesus jang diterbitkan dalam tabun 1835, telah memberikan dcrongan pertama. Teori jang dikembangkan didalamnja tentang terdjadinja mitos ,didalam kitab2 indjil kemuthan diserang oleh Bruno Bauer dengan pembuktian bahwa seluruh seri tieritera2 penjebaran agama Nasrani itu telah direka-reka oleh penulis2nja sendiri. Pertentangan antara keduania berlangsung dengan berkedokkan filsafat, berupa perdjuangan antara ,,kesedarandiri" dan ,,zat". Masalah apakah tierita2 mu.djizat didalam kitab indijil terdjadi lewat pentjiptaan-mitos jang tradisionil didalam lapisan taksadar di-tengah2 masjarakat atau apakah ia di-reka2 oleh pengindjil2 itu sendiri dibesarkan mendjadi masalah apakah, didalam sedjarah dunia, ,zat" atau ,kesedaran-diri" merupakan kekuatan operatif jang menentukan. Achirnja datanglah Stirner, nabi anarkisme zaman itu - Bakunin telah mengambil banjak betul dari dia - dan menutupi ,,kesedaran-diri" jang sovereign itu dengan ,ego"nja [1-5] jang sovereign.
Kita tidak akan memasuki lebih landjut segi proses kehantjuran aliran Hegelian ini. Jang lebih penting bagi kita jalah hal jang berikut init: bagian terbesar dari kaum Hegelian Muda rang amat teguh, oleh kebutuhan praktis perdjuangannja melawan agama positif, didorang kembali ke materialisme Inggris-Perantjis. Hal itu membikin mereka berkonflik dengan sistim aliran mereka sendiri. Sendangkan materialisme berpendapat bahwa alam adalah satu2nja realitet, menurut sistim Hegel alam hanjalah ,,pendjelmaan" ide absolute dapat dikaftagradasi dari ide. Bagaimanapun, pemikiran hasil-pemikiran itu, id,6, disini adalah primer, alam rlnja, jang hanja ada akibat rahmat ide. Dan dikontradiksi itu mereka meng-gerapai2 sebaik dan sedjelek jang dapat mereka lakukan.
Kemudian muntjul Hakekat Agama Kristen [1-6] tulisan Feuerbach. Dengan satu poukulan buku itu meniadakan kontradiksi tsb., jaitu tanpa berbelit-belit dia menempatkan matefialisme kembali diatas tachta. Alam ada lepas dari semua filsafat. Alam adalal dasar jang diatasnja kita umatmanusia - kita sendiri adalah hasil alam telah tumbuh. Tidak ada jang ada diluar alam dan hluk halus jang ditjiptakan oleh fantasi agama kita hanjalah pentjerminan -fantastik dari hakekat kita sendiri. Kesaktiannja lenjap; ,,sistim" itu meledak dan dilemparkan kesamping, dan kontradiksi itu, jang ditundjtukkan ada hanja didalam ohajal kita, telah diselesaikan. Untuk mempunjai gambaran tentang buku itu orang harus mengalami sendiri pengartuhnja jang membebaskan. Kegairahan terdapa gairahnja Marx menjambut konsepsi bartu itu dan seberapa banjaknja - meskipun terdapat pembatasan-pembatasan jang bersifat kritik - dia dipengaruhi oleh buku itu, dapat dibatja didalam bukunja Keluarga Sutji. [1-7]
Kelemahan2 jang terdapat pada buku itupun memberikan sumbangan terhadap pengaruhnja jang segera. Gajanja-jang literer, kadang2 bahkan melondjak tinggi, mendapatkan pembatja jang banjak dan bagaimaaiapun merupakan.seguatu jang menjegarkan setelah bertahuntahun lamanja berfilsafat Hegelian jang abstrak dan sudit. Hal jang sama berlaku bagi pendewaannja jang boros terhadap tjinta, jang, tampil sesudah kekuasaan berdaulat jang takdapat dibiarkan sekarang ini dari ,,akal murni", mempunjai permaafannja, djika bukan pembenarannia. Tetapi harus tidak kita lupakan jalah bahwa ajustrudua kelemahan Feuerbach itu, jaitu bahwa ,,Sosialisme sedjati", jang sedjak tahun 1844 telah meluas bagaikan penjakit pes di Djerman ,,terpeladjar", mengambil sebagai titik-tolaknja, penggantian pengetahuan ilmiah dengan kalimat2 literer, pembebasan umatmanusia lewat ,,tjinta" sebagai gzdti pembebasan proletariat lewat perubahan ekonomi dari produksi - singkatnja, menenggelamkan dirinja didalam tulisan baik jang memualkan dan didalam keasjikan tjinta2 jang chas Herr Karl Grun.
Hal lain jang semestinja tidak kita Inpakan ialah aliran Hegelian berantakan, tetapi filsafat Hegelian tidak teratasi lewat kritik;. Strauss dan Bauer masing2 mengambil satu seginja dan setjara polemik mempertentangkan segi itu terhadap segi jang lain. Feuerbach mendobrak sistim itu dan dengan begitu soda melemparkannja. Tetapi sesuaftu filsafat tidak dikesampingkan dengan hanja mengatakan bihwa ia palsu. Dan karja ia.ng begitu perkasa seperti filsafat Hegel, jang telah mempunjai pengaruh jang begitu besar tenhadap perkembangan intelektuil nasion, tidak bisa dilemparkan kesamping dengan hanja mengabaikannia. Ia harus ,,disangkal" menurut artinja sendiri, jaitu dalam arti bahwa disampang bentuknja harus ditiadakan lewat kritik, isi baru jang telah ditjapai lewat filsafat itu harus diselamatkan. Bagaimana ihal, itu terwudjud akan kita lihat, dibawah ini.
Tetapi, sementara itu, Revolusi 1848 tanpa upatjara esampingkan seluruh filsafat itu persis seperti djuga Feuerbach tanpa upatjara telah mengesampingkan Hegel.. Dan dalam prosesnja Feuerbach sendiri didesak djuga kebelakang.
 

[1-1] Ludwig Feuerbach, oleh K.N. Starcke, Ph.D, Stuttgart. Ferd. Enke, 1885. (tjatatan Engels).
[1-2] Dulam fikiran Engels terlintas tjatutan Hei,,ie tentang ,revolusi filsafat Djerman" jang terdapat didalam sketsa Heine Zur Geschichie der Religion und Philosophie in Deutschland (Tentang Sedjarah Agama dan Filsafat di Djerman), ditulis dalam tahun 1833. - red.
[1-3] pietis = orang jang amat saleh.
[1-4] Deutsche Jahrbiicher fur Wissenschaft und Kunst (Madjalah Tahunan Djerman untuk ilmu dan seni), organ kaum Hegelian Muda jang redaksinja dipimpin oleh A. Ruge dan T. Echtermeyer, dan diterbitkan di Leipzig dari tahun 1841 sampai 1843. - red.
[1-5] Jang dimaksud Engels jalah tulisan Max Stirner (nama samaran Kaspar Schmidt) Der Einzige und Sein Eigentum jang terbit dalam tahun 1845. - red.
[1-6] Tulisan Fouerbach Das Wesen des Christentums (Hakekat Agama Kristen) terbit di Leipzig dalam tahun 1841. - red.
[1-7] Djudul lengkap buku Marx dan Engels ini jalah Die Heilige Familie oder Kritik der kritischen Kritik. Gegen Bruno Bauer und Konsorten (Keluarga Sutji, atau Kritik terhadap Kritik jang kritis. Menentang Bruno Bauer dkk). Mulanja diterbitkan di Frankfurt Main dalam tahun 1845. - red.
Ludwig Feuerbach dan Achir Filsafat Klasik Jerman
Friedrich Engels, 1888
Katapengantar
Dalam kata pendahuluan pada Sumbangan kepada Kritik terhadap Ekonomi Politik, yang diterbitkan di Berlin dalam tahun 1859, Karl Marx menceriterakan bagaimana dalam tahun 1845 di Brussels, kami berdua mulai "menyusun bersama pendirian kami" - konsepsi materialis tentang sejarah yang diolah secara mendetail terutama oleh Marx - "yang akan dipertentangkan dengan pendirian ideologi filsafat Jerman, sesungguhnya, untuk mengadakan perhitungan dengan hati nurani filsafat kami yang dahulu. Maksud itu dilakukan lewat bentuk kritik terhadap filsafat sesudah-filsafat-Hegelian. Manuskripnya, dua jilid besar ukuran oktavo, telah lama sampai di tempat penerbitannya di Westfalen ketika kami menerima berita bahwa keadaan yang berubah tidak memungkinkan penerbitannya. Kami dengan lebih rela menyerahkan manuskrip itu kepada kritik tikus, yang memakan manuskrip itu, karena kami telah mencapai tujuan kami yang utama - penjelasan-sendiri."
Sejak itu lebih daripada 40 tahun telah berlalu dan Marx meninggal dunia sebelum salah satu di antara kami mempunyai kesempatan kembali pada persoalan itu. Kami telah menyatakan pendirian kami di berbagai tempat mengenai hubungan kami dengan Hegel, tetapi di tempat manapun tidak pernah dalam penguraian yang lengkap dan bersambung. Kembali ke Feuerbach, yang bagaimanapun dalam banyak hal merupakan mata rantai penghubung antara filsafat Hegel dengan konsepsi kami, kami tidak pernah.
Sementara itu, pandangan dunia Marxis telah mendapatkan wakil-wakilnya jauh di luar perbatasan Jerman dan Eropa serta di dalam semua bahasa literer di dunia ini. Di pihak lain, filsafat klasik Jerman sedang mengalami semacam kelahiran kembali di luar negeri, terutama di Inggris dan Skandinavia, dan di Jerman sendiripun orang mulai merasa bosan dengan makanan eklektisisme yang pantas hanya bagi pengemis, yang dijejalkan di dalam universitas-universitas di negeri itu dengan nama filsafat.
Dalam keadaan yang seperti itu, suatu penguraian singkat, bersambung tentang hubungan kami dengan filsafat Hegel, tentang bagaimana kami bertolak daripadanya serta bagaimana kami berpisah dengannya, bagi saya terlihat semakin diperlukan. Begitu pula, pengakuan sepenuhnya terhadap pengaruh Feuerbach, lebih daripada ahli filsafat lainnya sesudah-filsafat-Hegelian, pada kami selama periode yang penuh dengan badai dan tekanan, bagi saya terlihat sebagai hutang kehormatan yang belum dilunasi. Maka itu, saya dengan senang hati menggunakan kesempatan ketika redaktur Neue Zeit meminta kepada saya suatu tinjauan kritis terhadap buku Starcke tentang Feuerbach. Sumbangan saya itu diterbitkan di dalam nomor 4 dan 5 tahun 1886 majalah itu dan sekarang terbit sebagai penerbitan tersendiri dalam bentuk yang sudah diperbaiki.
Sebelum tulisan ini dikirimkan ke percetakan saya sekali lagi mengadakan penyelidikan yang seksama dan melihat-lihat manuskrip lama tahun 1845-1846. Bagian yang berhubungan dengan Feuerbach belum diselesaikan. Bagian yang sudah selesai mencakup penguraian mengenai konsepsi materialis tentang sejarah yang hanya membuktikan betapa masih tidak lengkapnya pengetahuan kami tentang sejarah ekonomi pada saat itu. Ia tidak mengandung kritik tentang ajaran Feuerbach itu sendiri; maka itu, untuk maksud sekarang ini, ia tidak dapat digunakan. Di pihak lain, di dalam buku catatan lama Marx saya telah menemukan sebelas tesis tentang Feuerbach yang dalam penerbitan ini dimuat sebagai lampiran. Tesis itu adalah catatan-catatan yang secara tergesa-gesa dicoretkan untuk kemudian diolah, dan untuk diterbitkan, tetapi pertama yang di dalamnya terkandung benih-benih yang brilyan dari pandangan dunia baru.
Friedrich Engels
London, 21 Februari 1888.
Ditulis oleh Engels untuk edisi tersendiri bukunya Ludwig Feuerbach dan akhir filsafat klasik Jerman, yang terbit di Stuttgart dalam tahun 1888. Diterbitkan menurut teks buku itu.

Ludwig Feuerbach dan Achir Filsafat Klasik Jerman
Friedrich Engels, 1888
II - Materialisme dan Idealisme
Masalah fundamental jang besar dari semua filsafat, teristimewa dari filsafat jang achir2 ini, jalah masalah mengenai hubungan antara filkiran dengan keadaan. Sedjak zaman purbakala, ketika manusia, jang masih samasekali tidak tahu tentang susunan tubuh mereka sendiri, dibawah rangsang chajal2 impian [2-1] mulai pertjaja bahwa fikiran dan pl-rasaan mereka bukanlah aktivitet2 tubuh mereka, tetapi, aktivitet2 suatu njawa jang tersendiri jang mendiami tubuhnja dan meninggalkan bubuh itu ketika mati - sedjak waktu itu manitsia didorong untuk memikirkan tetitang hubungan antara njawa dengan dunia luar. Djika pada waktu seseorang meninggal dunia njawa itu meninggalkan tubuh dan hidup terus, maka tidak ada alasan untuk merekareka kematian lain jang tersendiri baginja. Makaitu timbul ide tentang kekekal-abadian, jang pada tingkat. perkembangan waktu itu samasekali tidak nampak sebagai penghibur tetapi sebagai takdir jang tenhadapnja tia,da berguna mengadakan perlawanan, dan sering sekali, seperti dikalangan orang2 junani, sebagai malapetaka jang sesungguhnja. Bukannja hasrat keagamaan akan suatu penghibiur, tetapi kebingungan japg timbur dari ketidaktahuan umum jang lazim terftang apa jang harus diperbuat dengan njawa itu, sekali adanja njawa itu diakui, sesudah tubuh mati, menudju setjara lumum kepada faham bojak tentang kekekal-abadian perorangan. Dengan tjara jang persis sama, lahirlah dewa2 pertama, lewat personifikasi kekuatan2 alam.,Dan dalam perkembangan agama2 selandjutnja dewa2 itu makin lama makin mengambil bentuk2 diluar-keduniawian, sehingga achirnja lewat proses abstraksi, saja hampir bisa mengatakan proses penjulingan, jang terdiadi setjara wadjar dalam proses perkembangan intelek manusia, dari dewa2 jang banjak djumlahnja itu, jang banjaksedikitnja terbatas dan saling-membatasi, muntjul di dalam fikiran2 manusia ide tentang satu tuhan jang eksklusif dari agama2 monoteis.
Djadi masalah, hubungan, antara fikiran dengan keadaan, hubungan antara djiwa dengan alam - masalah jang terpenting dari seluruh filsafat - mempunjai, tidak kurang daripada semua aaama, akar2nja didalam faham2 kebiadaban jang berfikiran-sempit dan tiada berpengetahuan. Tetapi masalah itu untuk pertama kalinja dapat diadjukan dengan seluruh ketadjamannja, dapat mentjapai artipentingnja jang sepentbhnja, hanja setelah umatmanusia di Eropa bangun dari kenienjakan tidur jang lama dalam Zaman Tengah Nasrani. Masalah kedudukan fikiran dalam hubungan dengan keadaan, suatu masalah jang, sepintas lalu, telah memainkan peranan besar djuga dalam skolastisisme Zaman Tengah, masalah: jang mana jang primer, djiwa atau alam - masalah itu, dalam hubungan dengan geredja, dipertadjam mendjadi : Apakah Tuhan mentjiptakan dunia ataiukah dunia sudah ada sedjak dulu dan akan tetap ada dikemudian hari?
Djawaban2 jang diberikan oleh para ahlifilsafat kemasalah ini membagi mereka kedalam dua kubu besar. Mereka jang menegaskan bahwa djiwa adajang primer djika dibandingkan dengan alam, dan karenanja, achirnja, menganggap adanja pentjiptaan dunia dalam satu atau lain bentuk - dan dikalangan para ahlifilsafat, Hegel, misalnja, pentjipaan ini sering mendjadi lebih rumit dan mustahil daripada dalam agama Nasrani - merupakan kubu idealisme. lang lain, jang menganggap alim sebagai jang primer, tergolong kedalam berbagai mazhab materialisme.
Dua pernjataan ini, idealisme,dan materialisme, mula2 tidak mempunjai arti lain daripada itu; dan disinipun kedua pernjataan itu tidak digunakan dalam afti lain apapun. Kekatiauan apa jang timbul bila sesluatu artilain diberikan kepada kedua pernjataan itu akan kita lihat dibawah ini.
Tetapi masalah hubungan antara fikiran dengan ke. adaan mempunjai segi lain lagi - bagaimana hubungan fikiran kita tentang dunia disekitar kita tengan dunia itu sendiri ? Dapatkah fikiran kita mengenal dunia jang seb narnja ? Dapatkah kita menghasilkan pentierminan tepat dari realitet didalam ide2 dan pengertian2 kita tentang dunia jang sebenarnja itu ? Dalam bahastt filsafat masalah i,,ni dinamakan masalah identitet fikiran dengan keadaan, dan djumlah jang sangat besar dari para ahlifilsafat membertikan djawaban jang mengijakan atas pertanjaan ini. Hegel, misainja, pengijaannja sudah djelas dengan sendirinja; sebab apa jang kita kenal didalam dunia niata adalah djustru isi-fikirannja - jang mendjadikan dunia ber-angsur2 suatu realisasi dari ide absolute jang sudah ada disesuatu tempat sedjak dahulukala, lepas dari dunia dan sebelum dunia. Tetapi adalah dielas, tanpa bukti lebih laddjut, bahwa fikiran dapat mengetahui isi jang sedjak semula adalah isi-fikiran. Adalah sama djelasnja bahwa apa jang harus dibuktikan disini sudah dengan sendirinja terkandung didalam premis2nja. Tetapi hal itu sekali-kali tidak merintangi Hegel menarik kesimpulan lebih landjut dari pembuk,tiannja tentang identitet fikiran dengan keadaan jaitu bahwa filsafatnja, karena tepad bagi pemikirannja, adalah satu-satunja jang tepat, dan bahwa identitet fikiran dengan keadaan mesti membuktikan keabsahannja dengan djalan umatmanusia segera menterdjemahkan filsafatnja dari teori kedalam praktek dan mengtubah selumh dunia sesuai dengan prinsip2 Hegel. Ini adalah suatu chajalan jang sama2 terdapat pada Hegel dan pada hampir semua ahlifilsafat.
Disamping itu masih ada segolongan ahlifilsafift lainnja - mereka jang meragukan-kemungkinan pengenalan apapun, atau sekurang-kurangnja pengenalan jang selengkap-lengkapnja, tentano dunia. Didalam golongan ini, diantara para ablifilsafai jang lebih modern, termasuk Hume dan Kant, dan mereka telah memainkan peranan jang sangat penting dalam perkembangan filsafad. Apa jang menentukan dalam menjangkal pandangan ini sudah dikatakan oleh Hegel, redjauh ini mungkin dari pendirian idealis. Tarribahan2 materialis jang diadjukan oleh Feuerbach, adalah lebih bersifat tjerdik daripada mendalam. Penjangkalan jang paling kena terhadap fikiran aneh ini seperti terhadap semua fikiran filsafat jang aneh lainnja jalah praktek, jaitu eksperimen dan industri. Djika kita dapat membuktikan ketepatan konsepsi kita tentang suatu proses alaw-dah dengan meinbikinnja sendiri, dengan mentjiptakannja dari sjarat2nja dan malahan membuatnia berguna untuk makstid2 kita sendiri, maka berachirlah sudah ,,konsepsi" Kant jang takterfahami itu tentang ,ben-dadalam-dirinja". Zat2 kimia jang dihasilkan didalam tumbuh2an dan didalam tubuh binatang tetap merupakan ,bendadalam-dirinja" itu sampai ilmu kimia organik mulai menghasilkan zat2 itu sadu per satu; sesudah itu ,,bendadalam-dirinja" mendjadi benda untuk kita, seperti, misalnja, alizarin, zat warna dari tumbuh2an Rubiantinetorum, jang kita tidak susah2 lagi menghasilkannja didalam akar2 tumbuh2an itu diladang, tetapi membuatnja djauh lebih murah dan sederhana dari tir batubara. Selama 300 tahun sistim tatasurja Copernikus merupakan hipotesa dengan kemungkinan benarnja seratus, seribu atau sepuluh ribu lawan satu, meskipun masih tetap suatu hi otesa. Tetapi ketika Leverrier, dengan bahan2 jang diberikan oleh sistim itu, bukan hania menarik kesimpulan tentang keharusan adanja suatu planit jang tidak diketahui, tetap; djuga menghitung kedudukan jang mesti ditempati oleh planit itu dilangit, dean ketika Gallilei benar2 menemtikan planit itu, [2-2] maka terbuktilah kebenaran sistim Copernikus itu. Djika, sekalip!uii demikian, kaum Kantian Baru sedang mentjoba menghidupkan kembali faham Rant di Djerman dan kaum agnostik menghidupkan kembali faham Hume di Inggris (dimana faham itu sesungguhnja belum pernah lenjap), maka, mengingat bahwa setjara teori dan praktek bantahan terhadap faham2 itu sudah lama ditiapai, hal ini setjara ilmiah merupakan kemunduran dan setjara praktis hanja merupakan tjara kemalu-maluan da]am menerima materialisme dengan diam2, sambil mengingkarinja didepan dunia.
Tetapi selama periode jang Pandang iiii, jaitu sedjak Descartes sampai Hegel dan sedjak Hobbes sampai Feuerbach, para ahlifilsafat sekali-kali tidak didorong, seperti jang irtereka fikirkan, oleh kekuatan akal murni sernata. Sebaliknja, jang betul2 sangat mendorong mereka madju jalah kemadjuan jang perkasa dan semakin tjepat dari ilmu2 alam dan industri. Dikalangan kaum materialis hal ini terang-benderang terlihat dipermukaan, tetapi sistim2 idealis djuga semakin banjak mengisi diri dengan isi materialis dan mentjoba setjara panteis mendamaikan pertentangan antara fikiran dengan materi. Djadi, achirnja, mengenai metode dan isi sistim Hegelian hanjalah mewakili materialisme jang diditingkirbalikkan setjara idealis.
Oleh sebab itu dapat difahami bahwa Starcke dalam karakterisasinja tentang Feuerbach per-tama 2 menjelidiki pendirian Feuerbach dalam hublingan dengan masalah fundamental ini, jaitu hubungan fikiran dengan keadaan. Sesudah mengadjukan suatu pengantar singkat, dalam mana pendirian2 ahlifilsafat2 jang terdahulu, terutama sedjak Kant, dilukiskan dalam bahasa filsafat jang setjara tidak semestinia berat, dan dalam mana Hegel, oleh karena terlalu formalistis berpegang teguh pada bagian2 tertentu dari karja2nja, pendapat djauh lebih sedikit daripada jang patut baginja, menjusul suatu penguraian mendetail tentang djalan perkembangan ,,metafisika" Feuerbach itu sendiri, sebagaimana djalan ini ber-turut2 ditjertninkan didalam tulisan2 filosuf itu jang ada sangkutpautnja disini. Penguraian itu disusun dengan radjin dan terang; hanja, seperti hainja seluruh buku itu, penguraian itu diisi dengan beban fraseologi filsafat jang disana-sini bukannja samasekali tidak dapat dihindari dan jang pengarfuhnja lebih mengganggu semakin kurang pengarangnja berpegang pada tiara pengungkapan mazhab jang itu2 djuga, atau bahkan tiara pengungkapan Feuerbach sendiri, dan sernakin baniak dia menjisipkan ungkapan2 alilran2 jang sangat ber-beda2, terutama aliran2 jang kini meradjalela dan, menamakan dirinja aliran filsafat.
Djalan evolusi Feuerbach jalath djalan evolusi seorang Hegelian - memang, tidak pernah seorang ortodoks Hegelian jang sempurna - mendjadi seorang materialis; suatu evolusi jang pada tingkat tertentu mengharuskan adanja pemutusan hubungan seluruhnia dengan sistim idealis dari pendahulunja. Dengan kekuatan jang taktertahan, Feuerbach achirnja didorong menginsafi, bahwa adanja ,,ide absolut" pra-dunia dari Hegel, ,,adania terlebih dulu kategori2 logis" sebelum dunia ada, adalah tidak lain daripada sisa2 chajalan dari kepertjajaan tentang adanja pentjipta diluar-dunia; bahwa dunia materiil jang dapat dirasa dengan pantjaindera, jang kita sendiri termasuk didalamnja, adalah satu2nja realitet; dan bahwa kesedaran serta pemikiran kita, betapa diatas-pantja-inderapun nampaknja, adalah hasil organ tubuh jang materiil, jaitu otak. Materi bukanlah hasil djiwa, tetapi djiwa itu sendiri ihanjalah basil tertinggi dari materi. Ini sudah tentu adalah materialisme se-murni2lja. Tetapi setelah sampai sedemikian djauh, Feuerbach tiba2 berhenti. Dia tidak dapat mengatasi purbasangka filsafat jang lazim, purbasaiigka bukail terhad-ap barangnja tetapi terihadap na-na materialisme. Dia berkata: ,,Bagi saja materialisme adalah dasar dari bangunan hakekat dan pengetahuan manusia; tetapi bagi saja materialisme bukanlah seperti bagi ahlifisiologi, seperti bagi sardjana ilmu2 alam dalam arti jang lebih sempit, misainja, bagi Moleschott, dan memang suatu kehartisan menurut pendirian dan pekerdjaan mereka, jaitu bangunan itu sendiri. Kebelakang saja setudju sepenubnja dengan katim materialis; tetapi kedepan tidak."
Disini Feuerbach mentjampurbaurkan materialisme jang merupakan pandangan-dunia umum jang bersandar pada pengertian tertentu tentang hubungan antara materi dengan fikiran. dengan hentuk chustus dalam mana palidangan-dunia ini diniatakan pada tingkat sedjarah tertentu, jaitu dalani abad ke-i8. Lebih daripada itu, dia mentjampurbaurkannja dengan bentuk jang dangkal, jang divulgerkan, dalam mana materialisme abad. ke-18 hidup terus hingga harini didalam kepala2 para ahli ilmu2 alam dan fisika, bentuk jang dichotbahkan oleh Büchner, Vogt dan Moleschott pada tahun limaryuluhan dalam perdjalanan keliling mereka. Tetapi. sebagaimana idealisme mengalami sederet tingkat2 perkembangan, begitu djuga materialisme. Dengan setiap penemuan jang membuat zaman, sekalipun dibidang ilmu2 alam, materialisme harus mengubah bentuknia, dan setelah sedjarah djuga dikenakan perlaktian materialis, maka disinipun terbuka djalan raja perkembangan jang baru.
Materialisme abad jang lampau adalah terutama mekanis, sebab pada waktu itu, diantara semua ilmu2 alam hanja ilmu mekainka, dan memang hatija ilmu mekanika benda2 padat - langit dan bumi - pendek kata, ilmu mekanika gajaberat telah mentjapai titikachir tertentu. Ilmu kimia pada waktu itu baru berada dalam masa kanak2nja, dalam bentuk phlogistis. [2-3] Biologi masih berlampin; organisme2 tumbuh2an dan hewan baru sadia diperiksa setjara kasar dan didjelaskan sebagai akibat sebab2 mekanik semata. Seperti hewan bagi Descartes, begitu djuga manusia bagi kaum materia.lis abad ke-18 adalah suatu mesin. Pentrapan setjara eksklusif .norma2 mekanika ini pada proses2 jang bersifat kimiawi dan organik - jang didalamnja hukum2 mekanika memang berlaku tetapi didesak kebelakang oleh hukum2 lain jang lebih tinggi - merupakan keterbatasan chusus jang pertama tapi jang pada waktu itu takterhindarkan dari materialisme klasik Perantjis.
Keterbatasan chusus jang kedua dari materialisme ini terletak dalam ketidakmampuannja memahami alamsemesta sebagai suatu proses, sebagai materi jang mengzilami perkembangan sedjarah jang tak putus2nja. Ini sesuai dengan tingkat ilmu2 alam pada waktu itu, dan dengan tjara berfilsafat setjara metafisik, jaitu antidialektik, jang bertalian dengan tingkat jlmu2 itu. Alam, sedjauh jang gudah diketahui, berada dalam gerak jang kekal-abadi. Tetapi menurut ide2 pada waktu itu, gerak itu berlangsung, djuga dengan kekal-abadi, dalam lingkaran dan karenanja tidak pernah berpindah dari tempatnja: gerak itu berulang-ulang menghasilkan hasil jang tu2 djuga. Pandan an iru pada waktu itu tidak dapat dielakkan. Teori Kant tentang asal-usul tatasuria [2-4] baru sadja dikemukakan dan masih dianggap sebagai suatu barang adjaib belaka. Sediarah perkembangan bumi, geologi, masih samasekali belum diketahui, dan konsepsi bahwa machluk2 alam jang bernjawa ,diharini adalah hasil guatu rentetan perkembangan jang pandjang dari jang sederhana ke jang rumit, pada waktu itu samasekali tidak -dapat dikemukakan setjara ilmiah. Oleh sebab itu pendirian jang tidak historis terhadap alam :tidak dapat dielakkan. Semakin kuranglah alasan kita untuk mentjela para ahlifilsafat abad ke-18 tentang hal itu, karena hal jang sama terdapat pada Hegel. Menurut Hegel, alam, seba ai ,,pendjelmaan" semata diri ide, tidak mampu berkembang dalam waktu .hanja mampu memperbesar kelipatgan-daannja dalam ruang, sehingga alam bersemaan wakeu dan berdampingan satusamalain memperlihatkan semua tingkat perkembangah jang terkandung didalamnja, dan ditakdirkan mengalami pengulangan jang kekal-abadi dari proses-proses jang itu2 djuga. Hal jang takmasuk akal ini, jaitu perkembangan dalam ruang, tetapi jang lepas dari waktu - sjarat fundamental bagi semua perkembangan - dipaksakan oleh Hegel pada alam djustru ketika geologi, embriologi, fisiologi tumbuh2an dan hewan, serta ilmu kimia organik sedang dibangun, dan ketika dimana-mana berdasarkan ilmu2 baru ini sedang tampil ramalan2 gemilang dari teori evolusi jang datang kemudian (misalnja; Goethe dan Lamarck). Tetapi sigtim menuntutnja; makaitu metode, demi kepentingan sistim, harus mendjadi tidak djudjur terhadap dirinia sendiri.
Konsepsi tidak-historis jang sama berkuasa djuga dibidang sedjarah. Dibidang itu perdpuangan melawan sisa2 Zaman Tengah memburengkan pandangan. Zaman Tengah dianggap sebagai interupsi sedjarah belaka selama seribu tahun kebiadaban umum. Kemadjuan besar jang dibuat dalam Zaman Tengah - peluasan wilajah kebudajaan Eropa, nasion2 besar jang berdajahidup sedang terbentuk diwilajah itu damping-mendampingi, dan achirnja kemadjuan teknik jang luarbiasa pada abad ke-14 dan ke-15 - semua ini tidak dilihat. Djadi tidak dimungkinkan adanja pengertian rasionil tentang saling-hubungan kesedjarahan jang besar, dan sedjarah paling banjak mendjadi suatu kumpulan tjontoh-tjontoh dan ilustrasi2 untuk digunakan oleh para ajhlifilsafat.
Pendjadja2 jang melakukan pemvulgeran, jang di Djerman pada tahun limapuluhan berketjimpung dalam materialisme, samasekali tidak mengatasi keterbatasan guru2 mereka itu. Seluruh kemadjuan ilmu2 alam jang sementara itu telah ditjapai bagi mereka hanjalah bukti2 baru sadja jang dapat digunakan untuk menentang adanja pentjipta dunia; dan, memang, mereka samasekali tidak mendja,dikan pengembangan teori itu lebih djauh sebagai usaha mereka. Walaiuptin idealisme sudah tidak bisa berkembang lagi dan mendapat pukulan jang mematikan dari Revolusi 1848, ia mempunjai kepuasan melihat bahwa materialisme untuk waklu itu sudah tenggelam lebih dalam lagi. Tidak dapat disangkal bahwa Feuerbach adalah benar ketika dia menolak memikul tanggungdjawab atas materialisme itu; hanja dia semestinja tidak mentjampurbaurkan adjaran2 pengohotbah2 berkelilling itu dengan materialisme pada umumnja.
Tetapi, disini, ada dua hal jang harus diperhatikan. Pertama, semasa hidup Feuerbachpun, ilmu2 alam masih berada dalam proses pergolakan jang hebat, pergolakan jang baru selama limabelas tahtin jang achir2 ini mentjapai kesimpulan relatif jang membawa kedjelasan. Bahan2 ilmiah baru telah diperoloh dalam ukuran jang belum pernah terdengar hingga kini, tetapi penetapan saling-hubungan, dan dengan demikian soal membawa ketertiban kedalam kekatjauan penemuan2 jang dengan tjepatnja susul-menjusul, baru achir2 ini mendjadi mungkin. Memang benar bahwa Feuerbach semasa hidupnja masih sempat menjaksikan ketiga penemuan jang menentukan - penemuan sel, pengtibahan enersi dan teori evolusi, jang diberi nama menurut Darwin. Tetapi bagaimana seorang ahlifilsafat jang kesepian, jang hidup dalam kesunjian desa, dapat setjara memuaskan mengikuti perkembangan2 ilmiaih guna menghargai menurut sepenuh nilainja penemiuan2 jang sardiana2 jlmu2 alam sendiri pada waktu itu masih membantahnja atau tidak tahu bagaimana menggunakannja sebaik-baiknja ? Kesalahan tentang ini semata-mata terletak pada sjarat2 jang menjedihkan jang terdapat di Djerman, jang mengakibatkan tukang2 tindas-kutu ekleytis jang melamun telah menempati nimbar2 filsafat, sedangkan Feuerbach jang mendjulang tinggil diatas mereka semoua, harus tinggal diudik dan membusuk disuatu desa ketjil. Makaitu bukanlah salah Feuerbach bahwa konsepsi historis tentang alam, jang kini sudah rpungkin dan jang menjingkirkan segala keberatsebelahan materialisme Perantjis, tetap taktertjapai olehnja.
Kedua, Feuerbach memang tepat dalam menjatakan bahwa materialisme alam-ilmiah jang eksklusif adalah sesungguhnja ,dasar dari bangunan pengetahuan manusia, tetapi blikan bangunan itu sendiri." Karena kita tidak hanja.hidup didalam alam, tetapi djuga didalam masjarakat manusia, dan inipun, tidak kurang daripada alam, mempunjai sedjarah perkembangannja dan ilmunja. Oleh sebab itu soalnja jalah membikin ilmu tentang masjarakat, jaitu djumlah keseluruihan dari apa jang dinamakan ilmu2 sedjarah dan filsafat, selaras dengan dasar mdterialis, dan membang-uiinja kembali diatas dasar iu. Tetapi tidak ditakdirkan bahwa Feuerbachlah jang melakukan hal jang demikian itu. Meskipun ada ,,dasar"nia, dia disini tetap terikat oleh belenggul2 idealis jang tradisionil, suatu kenjataan jang dia akui dengan kata2 berikut ini : ,,Kebelakang saja setudju dengan kaum materialis, tetapi kedepan tidak!" Tetapi disini Feuerbach senditilah jang tidak madju ,,kedepan", kelapangan sosial, jang tidak dapat melampaui pendiriannja tahun 1840 atau 1844. Dan lagi ini titrutama disebabkan oleh pengasingan diri jang memaksa dia, jang, diantara semua filosuf, adalah jang paling tjenderung kepada pergablan, kemasjarakatan, untuk menghasilkan fikiran2 dari kepalanja jang kesepian itu dan bukan sebaliknja, jaitu dari pertemuan2 jang bersahabat dan bermusuhan dengan orang2 lain jang sekaliber dengan dia. Kelak akan kita lihat setjara mendetail seberapa banjak dia tetap seorang idealis didalam bidang itu.
Hanja perlu ditambahkan lagi -disini bahwa Starcke mentjari idealisms Feuerbach ditempat jang salah. ,,Feuerbach adalah seorang idealis; dia pertjaia akan kemadjuan umatmanusia." (hlm. 19). ,,Dasar, bangunanbawaih dari keseluruhannja, bagaimanapun tetap idealiisme. Realisme bagi kami tidaklah lain daripada suatu perlindungan terhadap penjelewengan2, sementara kami mengikuiti ketjenderungan2 ideal kami. Bukankah kasih, tiinta dan kegairahan akan kebenaran dan keadilan merupakan kekua:tan2 ideal ?" (hlm. VIII).
Pertama, idealisms disini tidak mengandung arti lain daripada pengedjaran tudjuan2.ideal. Tetapi, ini seharusnja paling2 menjangkut idealisms Kant dan ,,imperatif kategoris"nja, sebaliknja, Kant sendiri menjebut filsafatnja ,idealisme transcendental"; dan sekali-kali bukan karena dia didalamnja djuga mempersoalkan tjita2 etika, tetapi kaiena alasan2 jang lain samasekali, sebagaimana Starcke akan ingat. Tachajul bahwa idealisms filsafat bersendikan kepertjajaan akan tjita2 etika, jaitu tjita2 sosial, timbul diluar filsafat, dikalangan kauin filistin Dierman, jang mengapalkan diluarkepala beberapa bagian kebudajaan filsafat jang mereka perlukan dari sjair2 Schiller. Tidak seorangpun jang lebih keras mengetjam ,,imperatif kategoris" Kant jang impoten impoten karena dia menuntut hal jang tidak mungkin, dan karenanja tidak pemah mendjadi kenjataan tidak, seorangpun . jang lebih kedjam mentjemoohkan kegairahan filistin jang sentimental akan tjita2 jang tak dapat direalisasi jang diadjukan oleh Schiller, -daripada djustru Hegel, orang idealis jang sempurna itu. (Lihat misalnja, bukunja Fenomenologi).
Kedua, kita sekali-kali tidak dapat melepaskan diri dari kenjataan bahwa segalasesuatu jang membikin manusia bertindak harus melalut dtak mereka - bahkan makan dan minum, jang mulai sebagai akibat dari rasalap ar atau rasahaus jana disampaikan melalui otak dan berachir sebagai hasil rasapuas jang djuga. disampaikan melalui otak. Pengaruh2 dunia luar terhadap manusia menjatakan dirinia didalam otaknja, ditjerminkan didalamnja sebagai perasaan, fikiran, rangsang, kemauan - pendekkata, sebagai ,,ketjenderungan2 ideal", dan dalam bentuk ini mendjadi ,,kekuatan2 ideal". Makaitu, djika seseorang harus dianggap idealis karena dia mengikuti ,,ketienderungan2 ideal" dan mengakui bahwa ,,kekuatan2 ideal" mempunjai pengaruh terhadap dia, maka sietiap orang jang agak normal perkembangannja adalah seoreang idealis sedjak labimja dan djika demikian apakah masih bisa ada seorang materialis ?
Ketiga, kejakinan bahwa kemanusiaan, sekurangkurangnja paaa saat sekarang ini, dalam keseluruhannja bergerak menurut arah jang madju tidak mempuniai sangkutpaut apapun dengan antagonisms antara materialisme dan idealisms. Katum materialis Perantjis, tidak kurang daripada orang2 deis seperti Voltaire dan Rousseau menganut keiakinan itu dalam derad at jang hampir fanatik, dan kerapkali telah membuat pengorbanan perorangan jang paling besar untuk kejakinan itu. Dilka pernah ada orang jang mengabdikan seltiruh hidupnja kepada ,,kegairahan' akan kebenaran dan keadilan" - menggunakan kata2 itu dalam arti jang baik - maka orang itu adalah Diderot, misalnja. Oleh sebab itu, djika Starcke menjatakan bahwa gemua itu adalah idealisms, maka ini hanja membuktikan bahwa bagi dia kata materialisme, dan seluruh antagonisms antara kedua aliran, iku, telah hilang segala artinja.
Kenjataannja jalah bahwa Starcke, walaupun barang. kali setjara tidak sedar, dalam hal ini memberi konsesi jang tidak dapat diampuni kepada prasangka filistin jang tradisionil mengenai perkataan. materialisme, jang diakibatkan oleh pemfitnahan kata itu dalam waktu lama oleh pendeta2. Perkataan materialisme oleh sifilistin diartikan kerakusan, kemabukan, mata-kerandjang, nafsu berahi, kesombongan, kelobaan, kekikiran, ketamakan, pengedjaran laba dan penipuan bursa - pendeknja, segala kediahatan busuk jang dia sendiri lakukan setjara sembunji2. Perkataan idealisms diartikannja kepertjajaan akan kebadjikan, filantropi universal dan setjara umum suatu ,,dunia jang lebih baik," jang dia sendiri banggakan dimuka orang lain, tetapi jang dia sendiri hanja pertjaja selama dia berada dalam kesusahan atau sedang mengalami kebangkrutan sebagai akibat dari ekses2 ,,materialis"nja jang biasa. Waktu itulah dia menjanjikan lagu kesaiangannja : Manusia itu apa ? - Setengah binatang, setengah malaikat.
Adapun tentang hal2 lainnja, Starcke dengan bersusahpajah membela Feuerbach terhadap serangan2 dan adjaran2 paraasisten profesor jang ber-teriak2, jang kini di Djerman memakai nama ahlifilsafat. Bagi orang2 jang berminat akan tembuni dari filsafat klasik Djerman, ini sudah tentu merupakan soal jang panting; bagi Starcke sendiri mungkin nampaknja peritu. Tetapi, kami tak akan menjusahkan pembatja dengan itu.
 

[2-1] Dikalangan orang' liar dan orang2 biadab jang tingkat perkenibangailnia lebui rendah masih umum terdapat !de bahwa bentuk' manusia jang tampil didalam mimpi adalah njawa' jang untuk a,ementara vraktu meninggalkgn tubuh 2 manusia itu; oleh sebab itu, orang jang sesungguhnjcaah jang bertancjguncjdjawab atas tindakan' jang dilakukan oleh udjuduja didalam mimpi terhadcrp orang jcmg miznpi. Imthum menemukan kepertjajaan jang seperti itu diterbna,' misalnja, dikalangan orang' Indian di Guicma dolam tahun 1884. (Keterangan Engels).
[2-2] Planit jang dimaksud jalah Neptunus, ditemukan pada tahun 1846 oleh Johann Gaililei, seorang ahli astronomi di Observatorium Berlin. - red.
[2-3] Teori phlogistis: teori jang berlaku dibidang ilmu kimia dglam abad2 ke,17 dan ke-18 dan jang menjatakan bahwa pembakaran terdjadi karena didalam badan tertentu terdapat zat chusus jang bernama phlogiston. - red.
[2-4] Teori jang menjatakan bahwa matahari dari planit2 berasal dari gumpalan kabut pidjar jang berputar. - red.

Ludwig Feuerbach dan Achir Filsafat Klasik Jerman
Friedrich Engels, 1888
III - Feuerbach
Idealisme Feuerbach jang sesungg hnja mendjadi djelas segera kita sampai pada filsafatnja tentang agama dan etika. Dia samasekall tidak berkehendak menghapuskan agama; dia ingin menjempurnakannja. Filsafat itu sendiri harus dilebur kedalam agama. ,,Periode2 kemanusiaan dibeda-bedakan hanja dengan, perubahan2 agama. Suatu gerakan sedjarah adalah fundamental hanja apabila ia berakar didalam hati manusia. Hati bukanlah suatu bentuk agama, sehingga jang tersebut belakangan sehavusnja ada djuga didalam hati; .hati adalah hakekat agama." (Dikutip oleh Starcke, halaman. 168) Menurut Feuerbach, agama adau hubungan jang berdasarkan kasih-sajang diantara machluk, hubungan jang berdasarkan hati, hubungan mana sampai kini telah mentjari kebenarannja pada bajangandalam-tjermin jang fantasy tentang kenjataan - dengan perantaraan satu atau banjak Tuhan, bajangandalam-tjermin ads fantasy tentang sifat2 manusia tetapi jang sekarang menemiukannja langsung dan tanpa sesuatu perantaraan apapun dalam tjinta antara ,,Aku" dan ,,Engkau". Demikianlah, achirnja, bagi Feuerbach tjinta kelamin mendjadi salahsatu bentuk tertinggi, djika bukan bentuk jang tertinggi, dari praktek agamanja jang baru.
Kini hubungan2 antara manusia dengan manusia, jang didasarkan pada kasihsajang, dan tertutama antara dua djenis kelamin, telah ada selama umatmanusia ada. Chususnja tjinta kelamin telah mengalami perkembangan dan selania delapan ratus tahun jang terachir ini merebut suatu tempat jang membuatnja sebagai suatu titikpusat wadjib dari semua puisi selama periode itu. Agama2 positif jang ada membatasi diri pada memberi pengkudusan jang lebih tinggi pada tjinta kelamin jang diatur oleh negara, jaitu, pada undang2 perkawinan, dan esokharinja semuanja dapat lenjap tanpa mengubah sedikitpun praktek tjinta dan persahabatan. Demikianlah, agama Kristen di Perantjis, sebenarnja, lenjap samasekali dalam tahun2 1793-1798 sehingga Napoleonpun tidak dapat memberlakukannja kembali tanpa menghadapi oposisi dan kesukaran; dan tanpa dirasakan kebutuhan akan suatu pengganti, menutut pengertian Feuerbach, dalam d arak waktu itu.
Idealisme Feuerbach disini menganduna hal2 berikut ini: dia tidak begitu sadja menerima salinghubungan2 jang -didasarkan atas ketjendemngan timbal-balik diantara umatmanusia, seperti tjinta kelamin, persabatan, belaskasihan, pengorbanan-diri sendiri, dsbnja, persis menurut apa adanja - tanpa menghubungkannja dengan agama tertentu jang baginia, pada masalampau; tetapi sebaliknja bahwa hal2 itu akan memperoleh nilainja jang penuh hanja apabila dikuduskan atasnama agama. Hal jang utama baginja bukanlah bahwa hubungan2 jang semata-mata bersifat kemariusiaan ini ada, tetapi bahwa hubungan-hubungan tersebut harus difahami sebagai agama baru, agama sedjati. Hubungan2 tersebut akan meinpunjai nilai-jang penuh hanja setelah diberi tjap agama. Agama (religi) berasad dari kata religare dan menurut asal katanja berarti ikatan. Karena itu, setiap ikatan antara dua orang adadah suatu agama. Muslihat2 etimologis sedemikian itu adalah tempat berlindung filgafat idealis jang terachir. jang penting bukanlah apa arti kata itu menurut perkembangikn seajarah penggunaannja jang sesungguhnja, melainkan apa seharusnja artinja menurut asalkatanja. Dan dengan demikian tjinta kelamin, dan hubungan diantara djenis2, kelamin dipudja-p,udja mendjadi agama, semata-mata agar supaja kata agama, jang bagi kenang-kenangan idealis begitu tertjinta, djangan sampai lenjap dari bahasa. Kaum reformis Paris dari aliran Louis Blanc biasa berbitjara dengan tiara jang persis sama pada tahun2 empatpuluhan. . Mereka djuga dapat menggambarkan seseorang tanpa agama hanja sebagai machluk buas dan biasa berkata: .,Donc, l'atheisme c'est votre religion!"[3-1]. Djika Feuerbach ingin mendirikan agama sedjati atas dasar suatu konsepsi tentang alam jang pada hakekatnja materialis, maka itu adalah sama dengad mengang, gap ilmttkimia modern sebagai alkimi sedjati. Dj.ika agama bisa ada tanpa Tuhannja, maka alkimi bdsa adi tanpa batu'filosufnja. Sambillalu, ada hubungan jang sangat erat antara alkimi dan agama. Batu-filosuf menipuniai baniak sifat ketuhanan dan ahli-alkim6 Mesirjunani'pada dua abad pertama zaman kita ambilbagian dalam perkembangan doktrin2 Kristen, seperti telah dibuktikan olth bahan2 jang diberikan oleb Kopp dan Berthelot.
Pirnjataan Feuerbach bahwa ,,periode2 kemagusiaan dibeda-bedakan ihanja dengan perubahan2 agama" pasti salah. Titikbalik2 sedjarah jang besar telah diiringi oleh pergantian2 agama hanja sedjauh mengenai tiga agama dutiia jang ada sampai ki:ni - Budisme, a ama Kristen dan Islam Agama2 Sukubangsa dan nasional lama, jang timbul setjara spontan, tidak memasukkan. orang baru kedalam agamanja dan kehilangan seluruh daja-perlawanannji segera setelah kemerdekaan sukubaingsa atau nasion itu hilang. Bagi orang2 Djerman tjukuplah mempunjai hubungan sederhana dengan keradjaan dunia Ruipawi jang sedang meruntuh dan dengan agama dunia Kristennja jang baru dipeluknja jang tjotjok dengan sjarat2 ekonomi, politik dan ideologinjat Hanja ngan agama2 chunia itu, jang timbul sedikit-banjak setjara di-bikin2 terutama agama Kristen dan Islam, kita dapati bahwagerakan2 sedjarah ja;ng lebih umum memperoleh tjap keagimaan. Bahkan mengenai agama Kristen tjap keagamaan dalam revolusi2 jang mempunjai arti benar2 universil, terbatas pada tingkat2 pertama perdjuangan burdjuasi untuk emansipasi - dari abad ke-13 sampal abad ke-17 - dan harus diterangkan, bukan seperti jang difikirkan Feuerbach, jaitu lewat hati manusia dan kebutuhan2 agamania, tetapi lewat seluruh sedjarah jang terdahulu dari Abad Tengah, jang ti-dak mengenal bexituk ideologi lain daripada djustru agama dan teologi. Tetapi ketika burdjuasi abad ke-18 telah tjukup diperkuat, djuga memiliki ideologinja sendiri jang sesuai,dengan pendirian klasn)a sen,diri, mereka melakukan revolusinia jang besar dan menentukan, revolusi Perantjis, memohon kepada ide2 hukum dan politik semaita aan menqhilraukan agama .hanja sedjauh agama itu merintangi mereka. Tetapi tidak pernah terlintas dalam fik.iran mereka'untuk menggantikan agama jang lama dengan jang baru, Setiap orang tahu bagaimana Robespierre gagal dalam usahanja [3-2].
Kemungkinan tentang adanja sentimen2 jang sematamata bersifat kemanusiaandalam hubtungan kita dengan manusia2 lain dewasa ini sudah tjukup dibatasil oleh masjarakat dimana kita harus hidup, masjarakat jang didasarkan atas antagonisms klas dan kekuasaan klas. Kita tidak mempunjai - alasan untuk lebih membatasinja lagi dengan mendewa-dewakan sentimen2 itu sampai mendjadi agama. Dan begitupun pemahaman terbehap perdtuangan2 klas jang besar didalam sedjarah telah tjukup diburengkan oleh historiografi masakini, terutama di Djerman, sehingga tidak pula ada keperluannja bagi kita untuk membikin pemahaman sedemikian itu samasekali tidak mungkin dengan mengubah sedjarah perdjuangan itu mendjadi embel2 belaka dari sedjarah kegeredjaan. Sedjak itu sudah mendjadi dielas seberapa djauh kita kini telah bergerak melampaui Feuerbach. ,,Bagian2 tulisannja jang paling baik" jang memuliakan agama barunja - tjinta - kini samasekali takterbatja.
Satu2nja agama jang dengan serius diselidiki oleh Feuerbach jalah agama Kristen, agama dunia Barat, jang berdasarkan monoteisme. Dibuktikannja bahwa Tuhan agama Kristen hanjalah suatu pentjerminan fantastis, suatu bajangan-dalam-tjerman, dari manusia. Akan tetapi, sekarang Tuhan itu sendiri adalah hasil proses abstraksi jang mendjemukan, intisari jang terkonsentrasi dari banjak Tuhan sukubangsa dan nasional jang terdahulu. Dan manusia, jang bajangannja adalah Tuhan itu, adalah karenanja pula bukan manusia njata, tetapi begitupun djuga adalah intisari banjak manusia njata, manusia dalam abstraksi, makaitu dia sendiri adanjata, manusia dalam abstraksi, makaitu dia sendiri adalah bajangan rochaniah djuga. Feuerbach, jang pada setiap halaman mengchotbahkan rasa pantjaindera, keasjikan pada jang kongkrit, pada kenjataan, mendjadi smasekali abstrak segera dia mulai berbitjara tentang sesuatu jang lain daripada hubungan2 kelamn semata diantara sesama manusia.
Diantara hubungan2 itu hanja satu aspek jang menarik perhatiannja: moral. Dan disini, djiki dibandingkan dengan Hegel, kita teipesona lagi -oleh kekerdilan Feuerbach jang mentakdjubkan! Etika Hegel, atau adjaran terftang tindak-tanduk moral, adalah filsafat hukum dan meliputi: 1) hukum abstrak; 2) moral; 3) etika sosial (Sittlichkeit) jang djuga mentjakup: keluarga, masjarakat sivil dan negara. Disini isi adalah serealistis seperti bentuk adalah idealistis. Disamping moral, seluruh lapangan hukum, ekonmi, politik termasuk disini. Dengan Feuerbach soalnja djustru adalah kebalikannja. Dalam bentuk dia realistis karena dia mengambil titiktogaknja dari manusia ; tetapi samasekali tidak ada d-isebut-sebut tentang dunia tempat manusia ini hidup; makaitu, manusia ini tetap selimanja manusia abstrak jang itu djuga, jang menempati lapangan dalam filsafat agama. Karena maniusia ini tidak dilahirkan oleh wanita; dia keluar, seperti dari sebuah kepomong, -dari,TuJian agama2 monoteis. Karena itu dia tidak hidup dalam dunia njata jang , terwudjud menurut sedjarah dan ditentukan menurut sectjarah. Benar. dia mempunjai pergaulan dengan, manusia lain; akan tetapi masing2 mereka itu adalah sama2 siuatu abstraksi, seperti dia sendiri adalah suatu abstraksi. Dalam filsafat agamania masih ada pria dan waniia, tetapi dalam etikanjabahkan perbedaan jang terachir itupun lenjap. Feuerbach, memang benar, pada djarak@, waktu jang pandjang mengeluarkan pemjataan2 seperti: ,,Orang jang didalam istana berfikir lain daripada jang didalam gubuk." ,,Djika karena kelaparan, karena kesengsaraan, orang tidak mempunjai isi didalam tubuhnja, maka begitupun djuga dia tidak mempunjai isi untuk moral.didalam kepalanja, di-dalam fikiran -atau hatinja." ,,Politik harus mendjadi agama kita", dsbnja. Tetapi, dengan utjapan2. itu, Feuerbach samasekali tidak mampu mentjapai sesuatu. Utjapari? itu tietap merupakan kata2 belaka dan Starckepun terpaksa mengakui biahwa bagi Feuerbach politik merlupakan tapalbatas jang takterlalui dan ,ilmiu tentang masjarakat, sosiologi, adalah terra incognita baginja."
Dia tampak sama dangkalnja,djika dibandingkan dengan Hegel, dalam memperlakukan antitese antara baik dan djahat. ,,Orang pertjaja bahwa dia mengatakan sesuatu jang besar", kata Hegel, ,,kalau dia mengatakan, bahwa manusia.pembawaannja baik'. Tetapi orang lupa, bahwa orang mengatakan sesuatu jang djauh lebih besar, apabila dia mengatakan manusia pembawaannja djahat." Bagi Hegel kedjajlatan adalah bentuk -dengan mana kekuatan penggerak perkembangan sedjarah menampakkan dirinja. Itu mengancbung pengertian rangkap bahwa, disatu fihak, setiap kemadjuan baru menurut keharusan nampak sebagai suatu pelanggarang terihadap hal2 jang telah disiftjikan, sebagai pemberontakan terhadap keadaan, walaupun sudah tua dan sekarat, jang akan disutjikan oleh kebiasaan; dan bahwa, difihak lain, djustru nafsu2 djahat manusialah kerakusan dan kehausaii akan kekuasaan - jang, sedjak timbulnja antagonisme2 klas, berlaku sebagai pendorong perkembangan sedjarah - suatu kenjataan jang sedjarah feodalisme dan burdjuasi, misainja, merupakan bukti tunggal jang terus-menerus. Tetapi tidak terlintas dalam fikira,n Feuerbach untuk menielidiki peranan sedjarah dari kedjahatan moral. Bagi dia sedjarah adalah suatu bidang jang, samasekali aneh -dan menakutkan dimana dia merasa gehsah. Dia bahkan mengutjapkan: ,,Manusia, karena mula2 berasad dari alam, ihanjalah suatu machluk alamiah belaka, bukan manusia. Manusia adalah hasil manusia, hasil kebudajaan, hasil sedjarah" - bagi dia utjapan inipun tetap sepenuhnia mandul.
Oleh karena itu, jang dapat dikatakan oleh Feuerbach kepada kita tentang moral, hanjalah kerdil sekali. Dorongan untuk mentjapai kebahagiaan adalah pembawaan manusia, dan karenanja harus merupakan dasar bagi seluruh moral. Tetapi dorongan untuk mentjapai kebahagiaan terkena koreksi rangkap. Pertama, oleh akibat2 wadjar dari tindakan2 kita : sesudah mengumbar hawanafsu menjusul kesengsaraan dan kebiasaan berbuat melampaui batas disusul oleh penjakit. Kedua, oleh akibat2 sosialnja : djika kita tidak menghormati doro,ngan jang serupa untuk mentjapai kebahagiaan bagi orang lain, maka merftka akan membela diri, dan dengan demikian merintanii dorongan kita sendiri untuk mentjapai kebahagiaan. Akibatnja, untuk memenuhi dorongan kita, kita harus setjara tepat menghargai shasil tingkah-laku kita dan bersamaa,n dengan itu memberikan -hak sama kepada orang2 lain untuk mentjari kebahagiaan. Pengekangan-sendiri setiara rasionil terhadap diri kita sendiri, dan tjinta - lagi-lagi tjinta! - didalam pergaulan kita dengan orang2 lain - inilah hukum-hukum fundamental moral Feuerbach; semua hiukum lainnja berasal dari hukum2 fundamental itu. Dan baik utjapan2 Feuerbach jang paling bersemangat maupun pudjian2 jang paling tinggi dari Starcke tidak dapat menjembunjikan kekerdilan dan kebojakan beberapa dalil itu.
Hanja dalam keadaan2 jang amat luarbiasa dan se-kali-kali tidak menguntungkan dia dan orang lain' seseorang dapat memenuhi dorongannja untuk mentiapal kebahagiaan dengan kesibukan sendiri. Sebaliknja dia riembutuhkan kesibukan dengan dunia luar, hal har untuk memenuhi kebutuhannja, jaitu, makanan, seseorang dari kelami ' n laid, bitiku-bu.ku, pertiakapa;n, per-debactan, aktivitet2, benda2 untuk dipergunakan dan diolah. Moral Feuerbach mensjaratkan bahwa hal2 dan objek2 untuk memenuhi kebutuhan itu diberikan kepada setiap individu dengan begitu sadja, atau moral ittu banja memberikan nasehat baik jang tidak dapat ditrapkan da'n karenanja ti,dak berharga sepeserpun bagi orang2 jang tidak mempunjai hal2 tersebut. Dan Feuerbach sendiri menjatakan hal itu idalam kata2 jang djelas: ,,Orang jang didalam istana berfikir lain daripada jang didalam gubuk. Djika karena kelaparan, karena kesengsaraan, orang tidak mempunjai isi didalam tubuhnja, maka begitu djuga dia tidak inempiunjai isi untukmoral didalam kepalanja, di-dalam djiwa maupun hatinia."
Apakah mengenai haksama orang lain dalam memenuhi dorongan untuk mentjapai kebabagioan keadaannja, adadah lebih baik ? Feuerbach mengemukakan tuntutan ini sebagai ihal jang mutlak, sebagai hal jang berlaku pada setiap waktu dan dalam setiap keadaan. Tetapi sedjak kapankah hal ini berlaku ? Pernahkah ada pada zaman purbakala antara budak dan tuanbudak, atau pada, Abad Tengah antara hamba . dan bangsawan, pembitiaraan tentang haksama untuk mengedjar kebahagiaan ? Bukankah dorongan untuk mentjapai kebahagiaan dari klas tertindas dikorbankan setjara kedjam dan ,,berdasarkan hukum" untuk kebahagiaan klas jang berkuasa? Ja, itu memang immorai; akan tetapi dewasa ini persaman hak diakui. Diakui dalara kata2 sedjak .dan sedlaiih burdjuasi, dalam perdjtuangannja melawan feodalisme dan dalam perkembangan produksi kapitalis, terpaksa menghapuskan semua hak istimewa pangkat, jaitu, hak2 istimewa pribadi dan terpaksa memberlakukan persamaan semua:orang dalam hukum, pertama dalam .hukum perdata kemudian berangsur-angsur djuga -hukum tatanlegara. Tetapi dorongan untuk. mentjapai kebadiagiaan berkembang hanja sampai pada batas jang amat ketjil diatas hukum idiil. Sampai pada batas jang paling besar ia tumbuh diatas -alat2 materiil; dan.,produksi kapitalis berusaha untuk jang besar -dari mereka jang roleh hanja apa jang mutlak sadja. Makaitu, produksi argaan sedikit lebih, djika sesuaftu kelebihan, daripada sistim perbuerhambaan terhadap thaksama untuk mehagiaan mai,6ritet. Dan dalam hal sjarat2 mentjapai kebahagiaan, sjarat2 pendidik.an, apakah kita,lebih baik? Bukankah ,,Gurusekolah Sadowa" [3-3] pun adalah seorang jang terdapat didalam dongeng sadja ?
Lagi, Menurat teori Feuerbach tentang moral maka Bursa Efek adalah kuil tertinggi, dari tindak-tanduk moral, asalkan orang selalu berspekulasi dengan tepat. Djika dorongan saja untuk mentjapai kebahagiaan membawa saja ke Bursa Efek dan djika disana saja dengan tepat mengira-ngirakan akibat2 tindakan saja sehingga hanjalah inembawa hasil2 jang menjenangkan dan bukan kerugia , jaitu, djika saja selalu memperoleh untung maka saja memenuhi resep Feuerbach. Lagipula, dengan demikian saja tidak mentjampuri haksama orang lain untuk mengedjar kebahagiaannja; oleh karena orang lain itu pergi ke Bursa sama sukarelanja dengan saja dan dalam mengadakan transaksi spekulatif dengan saja ctia telah mengikuti do'rongannja, untuk mentjapai kebahagiaan seperti saia telah mengikuti doronga,n saja. Djika dia mengalami kerugian uang, maka tilndakannja ipso facto terbukti tidak etis, karena perhitungannja jang d,jelek dan karena saja telah memberi hukuman jang pa:tutnja kepadanja. Saja malahan dengan bangga, seperti seora;ng Rhadamanthus-. modern, dapat menepuk dada. Tjinta djuga berkuasa, atas Bursa Efek, sedjauh ia bukan sadja merupakan kiasan sentimental semata-macta, karena masing2 menemukan pada orang lain pementuhan dorongaanja sendiri untuk mentjapai kebahagiaan, jang djustru harus ditjapai -oleh tjinta dan bagaimana dia bertihdak dalam praktek. idan diika saja bertaruh atas dasar ramalan.. jalig tepat tentang akibat2 dari perbuatan2 itu dan karena itu mendapat sukses, maka saja memenuhi semua-. perintah jang paling'keras dari Feuerbach - dan sebagai imbuhan mendjadi orang kaja. Derigan kata2 lain, moral Feuerbach dipotong persis menurut pola masjarakat kapitalis modern, betapa sedikitnjapun Feuerbach sendiri mungkin menginginkan atau membajangkannja.
Tetapi tjirita ja, dengan Feuerbach tjinta berada dimana-mana dan pada setiap waktu adalah dewa jang melakukan keadjaiban2, jang akan membantu mengatasi semua kesulitan dalam kehidupan praktis. - dan itu didalam masjarakat jang :terpetjah kedalam klas2 jang kepentingan nja diametril berlawanan. Dengan demikian sisa terachir dari wiitak revolusionernia lenjap dari filsafatnja, jang tiiiggal hanjalah penggunaan kata2 sutji setjara miunafik : Tjintailah sesamanm - berpelukan satusamalain tanpa memanda'ng perbedaan kela:min atau pangkat - suatu pestapora perdamaian ja-jang universil !
Pendek kata, teori Feuerbach tentang moral berlaku seperti semua teori jang mendahuluinja. Dia dirantjan,gkan un-tuk memenuhi sem,ua periode, semua bangsa, semua keadaan, dan djustru karena itu dia tid-ak pernah dan tidak dapat ditrapkan dimanapun. Dia tetap, merigenai dunia njata, sama tidak berdajanja seperti imperatif kategoris Kant. Sesungguhnja setiap klas, bahkan setia-P -pekerdjaan, mempunjai morainja sendiri, dan moral inipun dilanggarnia apabila dia dapat berbuat demikian tanpa mendapat hukuman. Dan tjinta, jang harlis mempersattikan semuanja, memperlihatkan diri didalam peperangan2, pertengkaran, proses pengadilan, tjektjok rumahtangga, pertieraian dan setiap penghi.sapaii jang mungkin oleh jang satu atas jang lain.
Sekarang bagaimana mika mtingkin bahwa dorongan jang kuat jang diberikan oloh Feuerbach ternjata begitu tidak membawa hasil bagi dia sendiri? Karena -alasan jang sederhana jaitu, bahwa Feuerbach sendiri tidak pernah berichtiar untuk melepaskan diri d-ari alam abstraksi - jang saiigat dibentjinja - pergi kealam kenjataan jang hidlup. Dia berpegang teguh2 pada alam dan mantisia, tetapi alam dan manusia tetap merupakan kata2 belaka bagi dia. Dia tidak mampu me'ngatakan kepada kita sestiatu jang pasti baik tentang alam njata maupun tentang manusia njata. Tetapi dari manusia abstrak Feuerbach orang sampai pada manusia njata jang hidup hanja apabila orang memandang mereka sebagai pesetta 2 dalam sed araih. Dan itulah jang diten.tang oleh Feuerbach, dan karena itu baginja tahun 1848, jang tidak difahaminja, hanjalah mengandung arti pemtitusan hubungan jang definitif dengan dunia njata, pengtinduran kekesunjian. Jang salah lagi dalam hal ini jalah terutama keadaan2 jang beriaku di Djerman pada waktu itu, jang menghuktim dia memlyusuk setjara menjedihkan.
Tetapi langkah jang tidak diambil oleh Feuerbach bagaimanapun hartis diambil. Pemudjaan terhadap manusia abstrak, jang merupakan inti agama baru Feuerbach, harus diganti oleh ilmu tentang manusia2 njata dan tentang perkembangan sedjarahnja. Perkembangan lebih landjut dari pendirian Feuerbach ini, jang melampaui pendirian Feuerbach, diresmikan oleh Marx dalam tahun 1845 didalam Keluarga Sutji.
 

[3-1] ,,Baiklah, djadi ateisme adalah agamamu!" - red.
[3-2] Yang dimaksud jalah usaha Robespierre untuk mendirikan agama ,,machluk tertinggi". - red.
[3-3] Gurusekolah Sadowa : Suatu ungkapan jang umum diperguna-kan oleh publisis2 burdiuis Dierman sesudah kemencmgan orang2 Prusia di, Sadowa (didalam Perang Austria-Prusia, 1866). jang maksudnja jalah bahwa kemenangan Prusia itu adalah karena keunggulan sistim pendidikan, umum Prusia. - red..

Ludwig Feuerbach dan Achir Filsafat Klasik Jerman
Friedrich Engels, 1888
IV - Dialektika Materials
Strauss, Bauer, Stitner, Feuerbach - sedjauh mereka tidak meninggalkan lapangan filsafat - adalah tjabang2 filsafat Hegelian. Strauss, sesudah tulisannja Kehidupan Jesus dan Dogmatika, menghasflkan hanja studi2 literer dalam filsafat dan sedjarah kegeredjaan á la Renan. Bauer hanja mentjapai sesuatu dilapangan sedjarah asal-usul agama Kristen, meskipun apa jang dia lakukan disini adalah penting. Stirner tetap seorang jang aneh, meskipun sesudah Bakunin mentjampur dia dengan Proudhon dan memasang merek ,,anarkisme" pada tjampuran itu. Feuerbach sendirdah jang mempunjai artipenting -sebagai seorang ahlifilsafat. Tetapi bagi dia filsafat - jang dinjatakan membubung tinggi diatas segala ilmu chusus dan mendjadi ilmunja ilmu jang menghubungkan mereka - tetap merlupakan bukan hanja suatu rintangan jang tak dapat ditembus, benda sutji jang tak dapat diganggugugat, tetapi sebagai seorang ahlifilsafatpun dia berhenti ditengah djalan, seorano materialis dibawah dan seorang idealis diatas. Dia tidak sanggup membuang Hegel lewat kritik; dia begitu sadia melemparkannja kesamping sebagai tak berguna, sedang dia sendiri, dibandung dengan kekajaan ensiklopedis sistim Hegelian, tidaklah mentjapai sesuatu jang positif ketjuali agama jang uluk2 tentang tjinta dan moral jang kerdil, jang tak berdaja.
Akan tetapi, dari tertjerai-berainja mazhab Hegelian berkemba-nglah satu aliran lain lagi, satu2nja aliran jang telah menghasilkan buah jang njata. Dan aliran itu pada hakekatnja. berhubungan dengan nama Marx. [4-1]
Pernisahan dari filsafat Hegelian disini adalah djuga akibat kembali kependirian materialis. Artinja diputuskan tintuk rneniahami dunia njata - alam dan sedjarah - persis seperti ia memperlihatkan diri kepada Eetiap orang jang mendekatinja, jang bebas, dari rekaan-rekaan bulus idealis jang sudah ditetapkan sebelumnja. Diputuskan untuk dengan tak kenal belaskasihan mengorbankan setiap rekaan2 bulus, idealis jang tak dapat disetaraskan dengan fakta2 jang dikenal dalam saling-huhungannja sendiri dan bukan dalam saling-hubtingan jang fantastik. Dan inaterialisme berarti tidak lebih daripacta itu. Tetapi, disini untuk pertama kali pandangan-dunia diterima benar2 setjara sleritis dan dilaksanakan setjara konsekwen - sekurang2nja dalam tjiri2 dasarnja - disemua bidang pengetahuan jang bersangktitan.
Hegel tidak dikesampingkan begitu sadja. Sebaliknia. orang memulai dari segi revolusionernja, seperti jang diuraikan diatas., dari metode dialektik. Tetapi dalam bentuk Hegeliannja metode itu tidak dapat dipakai. Menurut Hegel, dialektika adalah perkembangan-sendiri dari konsepsi. Konsepsi absolut tidak hania ada - diempat jang tidak diketahui - untuk selamalamanja, ia merupakan pula djiwa hidup jang sebenarnja dari seluruh dunia jang ada. Ia berkembang mendjadi dirinja sendiri melalui semua tingkat pendahuluan jang dengan pandjang-lebar dibitjarakan dalam Logika dan jang semuania termuat didalamnja. Kemudian ia ,,mendjelmakan" dirinja dengan berubah mendiadi alam. dimalia, tanpa memiliki kesedaran akan diri sendiri, menjamar sebagai kehartisan alam, ia mengalami perkembangan barti dan achirnja kembali lagi kekesedaratidiri pada manusia. Kesedaran-diri itu lalu mengei-nbangkan dirinja lagi dalani sedjarah dari bentuk jang kasar samoai achirnja konsepsi absolut kembali lagi kedirinja-sendiri selengkapnja dalam filsafat Hegel. Karena itu, menurtit Hegel, perkembangan dialektik jang nimpak dalam alam dan sedjarah, jaitu, salinghubungan sebab-akibat dari gerak progresif dari jang rendah ke jang lebih tinggi, jang menjatakan diri melalai segala gerak jang ber-iliku2 dan kemunduran 2 mentara, hanjalah merupakan suatu salinan (Abklatsch) dari gerak-sendiri dari konsepsi jang berlangsung untuk selama-lamanja, tak seiorangpun jang tahu dimana, tetapi bagaimanaptin djuga bebas dari sesuatu otak manusia jang berfikir. Pemutarbalikan ideologi ini mesti dilenjapkan. Kita mengartikan konsepsi2 didalam kepala kita sekali lagi setjara materialis - sebagai baiangan (Abbilder) halichwal njata, bukannja memandang halichwal njata sebagai bajangan tingkat ini atau tingkat itu dari konsepsi absolut. Dengan begitu dialektika membatasi dirinja sebagai ilmu tentang hukum2 umum gerak baik dari dunia luar maupun dari fikiran manusia - dua stel hukum jang identik dalam isi pokoknja, tetapi beda dalam pernjataannja karena fikiran manusia bisa mentrapkannja setjara sedar, sedangkan dalam alam dan djuc.Ta sarnpai sekarang untuk sebagian besar dalam
sedjarah manusia, hukum2 itu menjatakan diri setjara tak sedar, dalam bentuk keharusan luar, di-tengah2 rentetan jang tak ada achirnja dari kedjadian 2 jang seolah2 kebetulan. Dengan demikian dialektika konsepsi itu sendiri mendjadi pentjerminan jang sedar belaka dari gerak dialektik dunia njata dan dengan begitu dialektika Hegel ditempatkan dikepalanja.; atau lebih baik, dari kepalanja, tempat ia berdiri, didjiungkirbalikkan dan diletakkan dikaikinja. Dan dialektika materials ini, jang ber-tahun2 telah mendjadi alat kerdja kita jang terbaik dan sendjata kita. jang paling tadjam, anehnja, ditemukan btikan hanja oleh kita tetapi djuga, tak tergantung pada kita,dan bahkan pada Hegel, oleh seorang buruh Djerman, Joseph Dietzgen. [4-2]
Akan tetapi, dengan begini segi revolusioner filsafat Hegelian dipungut kembali dan bersamaan itu kan dari tambahan 2 idealis jang pada Hegel telah merintangi pelaksanaannja setjara konsekwen. Fikirain fundamental jang besar bahwa dunia semestinja tidak difahami sebagai suatu kumpulan rumit dari halichwal jang sudah djadi, tapi sebagai stiatu kumpulan rumit dari proses2 mana halichwal kelihatannja tidak kurang stabilnja daripada bajangannja dalam fikiran didalam kepala kita, jaitu konsepsi2, mengalami pertibahan2 mendjadi dan inelenjap jang tak putus2nja, dalam perubahan inana, kendatipun terdapat segala jang tampaknja kebetulan dan segala keintindtiran sementara. namun perkembangan progresif menjatakan diri pada achirnia - fikiran fundamental jang besar ini, terutama sedjak zaman Hegel, telah setjara begitu menjeluruh menjerapi kesedaran biasa sehingga idalam arti kelumuman itu sekarang ia hampir tidak dibantah. Tetapi, mengakui fikiran fundamental ini dalam kata2 dan mentrapkannja dalam kenjataan setjara detail pada tiap2 bidang penjelidikan adalah dua hal jang berlainan. Akan totapi, djika penjelidikan selalu bertolak dari pendirian itu, maka tuntutan akan penjelesaian2 jang terachir dan kebenaran2 abadi berhenti untuk se-lama2nja; orang selalu sedar akan keterbatasan jang sudah semestinja dari semua pengetahuan jang telah diperoloh, sedar akan kenjataan bahwa pengetahuanditenbukanoleh keadaanp dimana ia diperdleh. Difihak lain, orang tidak lagi membiarkan dirinja diperdaia oleh antitese2, jang ta teratasi oleh metafisika lama jang masih umum, jaitu antara benar dan palsu, baik dan buruk, kesamaan dan perbedaan, keharusandan kebetulan. Orang tabu baihwa berlakunja antitese2 ini hanja setjara relzitif sadja; bahwa apa jang sekarang diakui sebagai benar djuga mempunjai segi palsunja jang latent jang kemudian akan memperlihatkan diri, persis seperti apa jang sekarang, dipandang sebagai palsu mempunjai segi benarnji pula jang oleh karenanja sebelumnja ia bisa dipandang sebagai benar. Orang tahu bahwa apa jang dipertahankan sebagai keharusan terdiri dari kedjadian2 kebetulan bedaka dan bahwa apa jang dinamakan kebetulan adalah bentuk jang ddbelakangnja bersembunji kaharusan dan demikian seterusnja.
Metode penjelidikan dan pemikiran lama jang oleh Hegel dinamakan ,,metafisik", jang lebih suka meneliti halichwal sebagai jang gudah ditentukan, tetap dan stabil, suatu metode jang sisa2nja masih keras menggoda fikiran orang, mempunjai banjak pembenaran sedjaraft pada zamannja. Adalah perlu untuk lebih dulu meneliti hadichwal sebelum orang mungkin meneliti proses2nja. Orang iharus lebih dulu mengetahui apa suatu hal chusus itu sebelum orang dapat mengamati perubahan2 jang dialaminja. Dan demikianlah halnja dengan ilmu2 alam. Metafisika lama, jang menerima halichwal sebagai benda-benda jang selesai, timbul -dari ilmu2 agam jang menjelidiki haliohwal mati dan hidup sebagai benda2 jang selesai. Tetapi ketika penjeli,dikan ini telah madju begitu djauh sehingga mendjadi miungkin untuk mengambil langkah madju jang menentukan, jaitu, beralih pada penjelidikan jang sistimeitis mengenai perubahan2 jang dialami oleh hadichwal2 itu - didalam alam itu sendiri, maka djam terachir dari metafisika lama berbunji dilapangan filsafat djuga. Dan sebenamja, sementara ilmu2 alam hingga achir abad jang lalu lebih banjak merupakan ilmu jang menghimpun, suatu ilmu dari halichwal2 jang selesai, pada abad kita ini ia pada hakekatnja merupakan ilmu jang mensistimatiskan, suatu ilmu tentang proses2, tentang asalusul dan perkembangan halichwal2 itu dan tentang saling-hueoungan jang mengikat semua proses alam itu mendjadi suatu keseluruhan jang besar. Fisiologi, jang menjelidiki proses2 ang terdjadi didalam tumbuh-tumbuhan dan organisme2 binatang; embriologi, jang berurusan dengan perkembangan sa:tu2 organisms dari benih sampai tua; geologi, jang menjelidiki pembentukan permukaan bumi setjara ber-angsur2 - kesemuanja ini adalah anak zaman kita.
Tetapi, diatas segala-galanja, ada tiga penemuan besar jang telah memungkin pengetahuan kita tentang saling-hubungan diantara proses2 alam madju dengan sangat pesatnja : pertama, penemuan sel sebagai unit jang dari pergandaannja dan diferensiasinfa seluruh tubuh tumbuh2an binatang berkembang, sehingga bukan hanja perkembangan dan pertumbuhan semua organisme jang lebih tinggi diakui berlangsung menurut satu hukum umum, tetapi djuga, dalam kapasitet sel untuk berubah, ditundjukkanlah djalan dengan mana organisme2 bisa mengubah djenis2nja dan dengan begitu mengalami perkembangan jang lebih daripada perkembangan individuilnja. Kedua, perubahan energi, jang telah mendemonstrasikan kepada kita bahwa semua jang dinarnakan kekuatan jang bekerdja per-tama2 dadam alam anorganis - tenaga mekanik dan pelengkapnja, apa jang dinamakan energi potensiil, panas, radiasi (sinar, atau panas sinar), listrik, magnetisme dan tenaga kimia - adalah bentuk2 lain darb manifestasi gerak universil, jang pindah dari jang satu ke jang lain dalam proporsi2 tertentu sehingga sebagai ganti kwantitet tertentu dari jang satu jang melenjap, muntjullah kwantitet tertentu -dari jang lain dan dengan begdtu seluruh gerak gam didjadikan proses transformasi jang tia,da putus2nja dati bentuk jang satu mendjadi bentuk jang lain. Achirnja, bukti jang mula2 dikembangkan oleh Darwin dalam bentuk jang berangkaian bahwa prodtuk2 organik dari alam jang mengelilingi kita jang ada hingga kind, termasuk umatmanusia, adalah hasil proses evolusi jang lama dari ketiambah2 jang semula bersel-satu jang sedikit djumlahnja dan bahwa ketjambah2 itupun lahir dari protoplasma atau eiwit, jang terwudjud lewat tjara2 kimiawi.
Berkat tiga penemuan besar itulah dan berkat kemadjuan2 lainnja jang sangat besar dibddang ilmu2 alam, maka kita sekarang telah mentjapai titik dimana kita dapat mempertundjukkan saling-hubungan diantara proses2 dalam alam bukan hanja di-lapangan2 ohusus sadja tapi djuga saling-hubungan diantara lapangan2 chusus itu keseluruhannja, dan makaitu dengan barituan fakta2 jang diberikan oleh ilmu2 alam empirisis itu sendiri dapat mengemukakan dalam bentuk jang kuranglebih sisumatis suatu pandangan jang luas tentang salinghubungan dildalam alam. Dulu, adalah bugas dari apa jang dinamakan filsafat alam memberikan pandangan jang luas itu. Ia dapat melakukan hal itu hanja dengan menempatkan saling-hubungan2 jang idiil, jang dichajalkan, sebagai ganti saliing-hubungan2 jang njata tapi jang masih belum diketahui- dengan mengisi fakta2 jang kurang dengan rekaan2 fikiran sadja dan mendjembatani djurang2 jang sesungguhnja hanja dalam angan2. Dalam prosedur tini ia telah mentjiptakan banjak ide jang bri lian dan membajangkan banjak penemuan kemudiannja, tetapi ia djuga menghasilkan omongkosong jang djumlahnja amat banjak, jang memang tidak bisa lain. Kini, ketika orang perlu memahami hasil2 penjelidikan ilmu2 alam hania setjara dialektik, jaitu, dalam arti saling-hungannja sendiri, agar supaja sampai pada suatu ,,sistim alam" jang mentjukupi bagi zaman kita; ketika watak dialektik dari saling-hubungan itu mendesakkan diri bertentangan dengan kemauan mereka bahkan kedalam fikiran2 para sardjana alam jang terlatih sctjara metafisik, kini setjara pasti filsafat alam disisihkan. Setiap pertjobaan untuk menghidupkannja kembili bukan sadja akan mubasir tapi djuga akan mertupakan suatu langkah mundur.
Tetapi apa jang berlaku bagi alam, jang dengan begitu diakui pula sebaigai proses sedjarah dari perkembangan, berlaku djuga bagi sedjarah masjarakat dalam semua tjabangnja, dan bagi keseluruhan semua ilmu jang bekerdja dibidang halichwal insani (dan ketuhanan). Disinipun, filsafat sedjarah, hukum, agama, dll., dimasa lampau terdiri dari penggantian sainghubungan jang njata jang harus diperlihatkan didalam kedjadian2 dengan saling-hubungan jang di-karang2 didalam fikiran ahlifilsafat; terdiri dari pemahaman sedjarah sebagai keseluruhan maupun dalam bagian2nja jang tersendiri2, sebagai perwudjudan ide2 setjara berangsur2 - dan tentu sadja selamanja hanja ide2 kesajangan ahlifilsafat itu senddri. Menlurut ini, sedjarah bekerdja setjara tak sedar tapi menurut koharusan menudju suatu tudjuan idiil tertentu jang sudah ditetapkan sebelumnja - seperti, misalnja, menurut Hegel, menudju terwudjudnja ide absolutnja - -dan arah jang tak dapat ber-ubah2 menudju ide absolut itu merupakan saling-hubungan intern dalam kedjadian2 sedjarah. Suatu pandangan kedepan baru jang penuh kerahasiaan - jang taksedar atau setjara ber-angsur2 berubah mendjadi kesedaran dengan begitu menggantikan saling-hubungan jang njata, jang masih belum dikenal. Karena itu disini, persis seperti,dilapangan alam djuga, perlu meniadakan salinghubungan2 reka-rekaan, bikin-bikinan, dengan menemukan saling-hubtungan2 jang njata - suatu itugas jang achirnja sama dengan menemukan hukum2 umum gerak jang menampilkan diri sebagai jang berkuasa dalam sedjarah masjarakat manusia.
Akan tetapi, dalam salu hal, sedjarah perkembangan masjarakat ternjata pada hakekatnja berbeda dengan perkembangan alam. Dalam alam - sedjauh kita mengesampingkan reaksi manusia tedhadap alam - hanjalah terdapat kekuatan2 buta tanpa kesedaran jang ber-tindak satusamalain, dan dari saling-bertindak,itu mulailah berlaku hukum umum itu. Dari segala jang terdjadi - baik mengenai kedjadian2 jang kelihatannja kebetulan jang tak terhitung djumlahnja, jang dapat terlihat pada permukaannja, maupun mengenai hasil2 terachir jang membenarkan keteraturan jang terkandung didalam kebetulan2 ini - tidak satupun jang terdjadi sebagai tudjuan jang diinginkan setjara sedar. Sebaliknia, dalam sedjarah masjarakat pelaku2 kesemuanja dianugerahi dengan kesedaran, adalah orang2 jang beritindak dengan pertimbangan atau nafsu, jang bekerdja kearah tudjuan2 tertentu; tak ada jang terdjadi itanpa makstid jang sedar, tanpa suatu tudjuan jang dikehendaki. Tetapi perbedaan ini, sekalipun penting bagi penjelidikan sedjarah terutama penjelidikan mengenai suatu zaman dan kedjadian2, tidak dapat mengubah fakta bahwa djalannja sedjarah dikuasai oleh hukum2 intern jang umum. Karena disini djuga, pada umumnja, kendatipun terdapat vudjuan2 semua perseorangan jang setjara sedar diinginkan, nimun lahiriah kebetulan kelihatinnja menguasa. Apa jang dikehendaki terdjadi tapi djarang; dalam kebanjakan hal tudjuan2 jang diinginkan jang baniak djumlahnja itu menghalangi dan berbentrok satusamalain, atau tudjuan2 itu sendiri sedjak awalnja takdapat dilaksanakan atau alat2 untuk mentjapainja taktjukup. Dengan begitu bentrokan2 diantara kemauan2 individuil dan tindakan2 individual jang tak terhitung banjaknja itu dibidang sedjarah menghasilkan keadaan jang sepenuhnja sama dengan keadaan jang berlaku dilapangan alam jang taksedar. Tudjuan2 tindakan2 itu dikehendaki, tetapi hasil2 jang benar2 lahir dari tindakan2 itu tidak dikehendaki; atau apabila hasil2 itu betul2 tampak sesuai dengan tudjuan jang dikehendaki, hasil2 itu achirnja inempunjai akibat2 jang lain samasekali dengan jang dimaksudkan. Dengan demikian pada umumnja nampak bahwa kedjadian2 sedjarah dikuasai djuga coleh kebetulan. Tetapi dimana lahiriah kebetulan berkuasa, sebenarnja disitu selamanja berkuasa hukum2 intern jang tersembunji dan soalnja hanjalah menemukan hukum2 itu.
Manusia membuat sedjarahnja sendiri, apapun djuga hasilnja, karena masing2 orang mengedjar tudjuannja sendiri jang setjara sedar diinginkan, dan djustru resultan dari banjak kemauan ini jang beroperasi dalam djurusan jang ber-beda serta pengaruhnja jang bermatjam 2 terhadap dunia luar jang merupakan sedjarah. Dengan begitu soalnja adalah pula soal apa jang diinginkan oleh banjak individu. Kemauan ditentukan oleh ilafsu atau pertimbangan. Tetapi pengaruh2 jang segera menentukan nafsu atau pertimbangan sangat bermatjammatjam. Sebagian dari pengaruh2 itu mungkin beberapa objek2 luar, sebagian motif2 idiil, ambisi, ,,kegairahan akan kebenaran dan keadilan", kebentjian pribadi aitaupun segaila matjam tingkah-olah perseorangan se-mata 2. Tetapi, disatu fihak, telah kita lihat bahwa kemauan2 individuil jang banjak itu jang aktif dalam sedjarah sebagian besar membawa hasil2 jang lain sekali dengan jang dimaksudkan - seringkali samasekali kebalikannja; bahwa, karena itu, motif2 mereka, dalam hubungan dengan hasil seluruhnja, djuga mempunjai arti sekunder sadja. Difihak lain, pertanjaan selandjutnja jang timbul Kekuatan2 pendorong apakah jang pada gilirannja berdiri. dibelakang motif2 itu ? Sebab2 sedjarah apakah jang mengubah dirinja mendiadi motif2 itu didalam otak para pelaku ?
Materialisme lama tak pernah mengadjukan pertanjaan itu kepada dirinja. Karena itu, konsepsinja tentang sedjarah, djikapun ia mempunjai satu konsepsi, pada hakekatnja adalah pragmatik; ia mempertimbangkan segalasesuatunja menurut motif2 sesuatu tindakan; ia membagi orang2 jang bertin,dak didalam sedjarah, kedalam jang mulia dan jang hina dan kemudian berbendapat bahwa biasanja jang mulia ditipu dan jang hina menang. Dari itu, kesimptaan materialisme lama jalah bahwa tak ada jang bermanfaat betul jang akan diperoleh dari mempeladjari sedjarah, dan bagi kita jalah bahwa dilapangan sedjarah materialisme lama mendjadi tak setia pada dirinja sendiri sebab ia mengambil ke-kuatan2 pendorong idiil jang berlaku disitu sebagai sebab2 terachir, bukannja meneliti apa jang dibelakang kekuatan2 itu, apa jang mendjadi kekuatan2 pendorong dari kekuatan2 pendorong itu. Ketidakkonsekwenan itu tidak terletak dalam kenjataan bahwa kekuatan2 pendorong idiil itu diakui, tetapi ctdlam hal bahwa penje lidikan i-tu tidak dilakukan djauh kebelakang kekuatan2 pendorong ididl itu, jaitu sampai kepada sebab2 jang mendjadi motifnja. Difithak lain, filsafat sedjarah terutama seperti jang diwakili oleh Hegel, mengakui bahwa motif2 jang tersurat dan djuga jang sungguh2 berlaku dari orang2 jang bertindak dalam sedjarah bukanlah sekali2 sebab2 terachir dari kedjadian2 sedjarah; bahwa dibelakang motif2 itu ada kekuatan2 penggerak lainnja jang harus ditemukan. Tetapi ia biak mentjari kekuatan-kekuatan itu didalam sedjarah itu sendiri, dia lebih suka mengimpornja dari luar, dari ideologi filsafat, kedalam sedjarah. Hegel, misalnja, bukannja menerangkan sedjarah Junani kuno dari saling-hubungan2 internja sendiri, tetapi dengan begitu sadja meniatakan -bahwa sedjarah itu tidaklah lebih daripada pengolahan ,,bentuk2 kepribadian jang indah", perwudjudan ,,karja seni" jang seperti itu. Dalam hubungan ini dia bitjara tentang hal2 jang baik dan mendalam mengenai orang2 Junani kuno, tetapi hal2 itu tidak mentjegah kita kini menolak tintuk dikatjaukan oleh keterangan sedemikian itu, keterangan jang merupakan, suatu gaja bitjara belaka.
Karena itu, apabila soalnja adalah soal menjelediki kekuatan2 pendorong jang - setjara sedar atau taksedar, dan memang sering sekali setjara taksedar - terletak dibelakang motif2 orang2 jang bertindak dalam sedjarah dan jang mertupakan kekuatan2 pendorong terachir jang njata dari sedjarah, maka soalnja bukadlah sebegitu banjak soal motif2 satu2 orang, betapapun terkemukanja dia, itapi soalnja adalah soal motif2 jangmenggerakkan massa luas, seluruh bangsa2, dan pula, seluruh klas2 dikalangan Rakjat masing2; dan inipun bukan untuk seketika sadja, bukan njala api-djerami jang tak abadi dan jang tjepat padam, tetapi tindakan jang lestari jang mengakibatkan perubahan sedjarah jang besar. Menetapkan sebab-sebab pendorong jang, disini didalam fikiran massa jang bertindak beserta pemimpin2 mereka - apa jang dinamakan orang2 besar - ditjerminkan sebagai motif2 sedar, setjara terang atau takterang, setjara langsung atau dalam bentuk ideologi, bahkan dalam bentuk jang diagungkan - inilah satu2nja djalan jang dapat membawa kita kepada djedjak hukum2 jang berkuasa baik dalam sedjarah pada keseluruhannja maupun pada periode2 chusus dan di-negeri2 chusus. Segalasesuatu jang menggerakkan manusia mesti melalui fikiran mereka; tetapi bentuk apa jang akan diambilnja didalam fikiran itu akan sangat banjak tergantung pada keadaan2 . Kaum buruh samasekali tidak mendjadi berdamai dengan industri mesin kapitalis, walaupun mereka tidak lagi begitu sadja menghantjurkan mesin-mesin seperti jang masih mereka lakukan dalam 1849 di Rhein.
Tetapi sementara dalam semua periode jang terdahulu penjelidikan tentang sebab2 pendorong sedjarah itu hampir tak mungkin - karena saling-hubungan 2 jang rumit den tersembunji antara sebab2 itu dengan akibat2n periode kita jang sekarang ini sebegitu djauh telah menjederhanakan saling-hubungan2 itu sehingga, teka-teki itu dapat didjawab. Sedjak industri besar2an dibangun, jaitu, se-kurang2nja sedjak perdamaian Eropa 1815, sudah tidak merupakan rahasia lagi bagi, siapapun di Inggris bahwa seluruh perdjuangan politik di
sana berpu,tar disekitar tuntutan2 atas kekuasaan dari dua klas : kaum ningrat jang bertanah dan burdiuasi (klas tengah). Di Perantjis, dengan kembalinja keluarga Bourbons, fakta ja,ng sama terli-hat; para ahlisedjarah dari periode Restorasi, mulai dari Thierry sampai pada Guizot, Mignet dan Thiers, di-mana2 berbitjara tentang ini sebagai kuntji un,tuk memahami seluruh sedjarah Perantjis sedjak Zaman Tengah. Dan sedjak 1830 klas buruh, proletariat, telah diakui dikedua negeri itu sebagai saingan ketiga bagi kekuasaan. Keadaan2 telah me ndjadi begitiu disederhanakan sehingga orang mesti dengan sengadja menutup mata untuk tidak melihat kekuatan pendorong dari sedjarah modern didalam perdjuangan diantara ketiga klas besar itu dan didalam bentrokan. kepentingan2 mereka - se-kurang2nja didua negeri jang paling madju itu.
Tetapi bagaima-fialxah lahirnja klas2 ini ? Djika sepintaslalu masih mungkin menjatakan bahnwa milik tanah feodal besar jang terdabulu - se-kurang2nja pada awal mulanja - berasal dari sebab2 politik, dari pemilikan dengan kekerasan, maka hal itu tak dapat dinjatakan mengenai burdjuasi dan proletariat. Disinti asal dan perkembangan dua klas besar itu nampak dengan djelas dan njata terletak pada sebab2 ekonomi semata2. Dan adalah djustru sama djelasnja bahwa dalam perdjuangan antara milik tanah dengan burdjuasi, tidak kurang daripada dalam perdjuangan antara burdjuasi dengan proletariat, soalnja adalah, pettama dan teru,tama, soal kepeiltingan2 ekonomi, jang dimaksudkan untuk dipakat sebag,n alat semata dalam memadjukannia kekuasaan politik. Burdjuasi dan proletariat kedua-duanja lahir sebagai akibat perubahan sjarat2 ekonomi, lebih itepat, perubahan tjara produksi. Peralihan, peictama, dari pertukangan2tangan gilda kemanufaktur, dan kemudian dari nianufaktur ke industri besar2an, dengan tenaga uap dan mesin, telah menjebabkan perkembangan kedua klas itu. Pada suatu tingkat tertentu tenaga2 produkitif baru jang digerakkan oleh burdjuasi - pertama-tama pembagian kerdja dan penggabungan banjak buruh-bagian (Teilarbeiter) didalam satu industri umum - dan sjarat2 serta kebutuhan2 pertukaran, jang berkembang melalui tenaga-tenaga produktif itu, mendjadi bertentangan dengan sistim produksi jang ada jang diwariskan oleh sedjarah dan disutjikan oleh hukum, artinja, bertentangan dengan hakistimewa2 gilda dan banjak hakistimewa, pribadi serta setempat lainnja (jang hanjailah merupakan belenggu jang begitu banjak bagi pangkat2 jang tak berhakistimewa) dari sistim masjarakat feodal. Te naga2 produktif jang diwakili oleh burdjuasi memberontak melawan sistim produksi jang diwakili oleh tuantanah2 feodal dan tuangiilda2. Kesudahannja sudah diketahui : belenggu2 feodal dihantjurkan, di Inggris berangsur2, di Perantjis dengan sekali pukul, Di Djerman proses itu belum selesai. Tetapi persis seperti manufaktur, pada tingkat tertentu perkembangannja, berbentroken dengan sistim produksi feodal, maka sekarangpun industri besar2an sudah berbentrokan dengan sistim prodtiksi burdjuis jang dibangan sebagai gantinja. Terikat pada sistim itu, pada batas2 tjara produksi kapitalis jang sempit, industri, disatu fihak, menimbulkan proletarisasi jang senantiasa meningkat dikalangan massa Rakjat luas, dan difihak lain, timbunan baranghasil2 jang tak dapat didjual jang senantiasa bertambah besar. Kelebihan-produksi dan kesengsaraan massal, jang satti menjadi sebab jang lain - itulah kontradiksi gala jang mendjadi akibatnia, dan jang menurut keharusan menuntut pembebasan tenaga2 produktif dengan mengadakan pepubahan dalam tjara produksi.
Karena itu, didalam sedjarah modern se-kurang2nja terbukti bahwa semua perdjuangan politik adalah perdjuangan klas, dan semua perdjuangan klas untuk pembebasan, kendatipun bentuk keharusannja adalah bentuk politik - karena setiap perdjuangan klas adalah perdjuatigan politik - achirnja berputar disekitar soal pembebasan ekonomi. Makaitu, se-kurang2nja disini, negara - sistim politik - adalah jang dibawashkan, dan masjarakat sivil - bidang. hubungan2 ekonomi unsur jang menentukan, Konsepsi tradisionil, jang dihormat djuga oleh Hegel, melihat negara sebagai unsur jang menentukan, dan masjarakat sivil sebagai unsur jang menentukan olehnja. Permuntjulan2 adalah sesuai dengan itu. Karena semua kekuatan pendorong dari tindakan2 perorangan manapun mesti melalui otaknja, dan mengubah diri mendjadi motif-motif kemauannja siupaja menggerakkannja untuk bertindak, maka demikian djuga semua kebutuhan masjarakat sivil - tak peduli klas mana jang kebetulan mendjadi klas jang berkuasa mesti megalui, kemau an negara untuk mendapatkan keabsahan umum,dalam bentuk undang2. Inilah segi formil dari persoalannja - segi jang sudah -dengan sendirinja. Akan tetapi timbullah soal, apakah isi dari kematuan jang se-mata2 formil itu - baik dari individu maupun dari negara - dan dari malia asalnja isi itu ? Mengapa djustru ini jang diingiinkan dan bukan sesuatu lainnja ? -Djilka kita selidiki ihal ini maka kita temukan bahwa dalam sedjiarah modern kemauan negara, dalam keseguruhannja, ditentukan oleh kebutuhan2 jang ber-ubah2 dari masjarakat sivil, oleh kekuasaan dari klas ini atau klas itu, pada tingkat terachir, oleh perkembangan tenaga2 produktif dan hubungan2 pertukaran.
Tetapi djika dalam zaman modern kita inipun, dengan alat2 produksi dan komunikasinja jang raksasa, negara bukanlah suatu bidang jang berdiri-sendiri dengan perkembangan jang berdiri-sendiri, melainkan bidang jang -baik adanja maupun perkembangannja harus didjelaskan, pada -tingkat terachir, dengan sjarat2 kehidupan ekonomi masjarakat, maka hal itu semestinja lebih berlaku lagi bagi semua zaman jang terdahulu ketika produksi kehidupan materiil manusia belum dilakukan dengan alat2 pembantu jang ber-limpah2, dan ketika, karena itu keperluan produksi sedemikian itu semestinja mendjalankan penguasaan jang lebih besar lagi atas manusia. Djika kinipun negara, dalam zaman industri besar dan zaman kereta-api, dalam keseluruhannja hanjalah suatu refleksi, dalam bentuk jang terkonsentrasi, dari kebutuhan2 ekonomi klas jang menguasai proctuksi, maka jang demikian itu adalah lebih2 lagi dalam zaman ketika tiap generasi maniusia terpaksa menggunakan bagian jang djauh lebih besar dari djumlah masa-hidupnja untuk memenuhi kebutuhan2 materiil, dan oleh karena itu djauh lebih banjak tergantung pada kebtutuhan2 itu daripada kita dihari ini. Suatu penjelidikan mengenai sedjarah periode2 terdahulu, sesudah penjelidikan itu diusahakan setjara serius dari sudut ini, dengan sangat ber-lebih2an membenarkan hal itu. Tetapi, sudan barang tentu, hal itu tidak dapat dimasuki disini.
Djika negara dan, hukum tatanegara ditentukan oleh hubungan2 ekonomi, maka djuga, sudah tentu, hukum perdata, jang memang, pada hakekatnja hanjalah menguatkan hubungan2 ekonomi jang ada diantara idividu2 jang adalah normal dalam keadaan2 tertentu itu. Akantetapi bentuk dalam mana ihal itu terdjadi bisa bankjak berbeda. Adalah mungkin, seperti terdjadi di Inggris, selaras dengan seluruh perkembangannasional, untuk pada pokoknja mempertahankan bentuk2 hukum2 feodal lama sementara memberikan isi burdjuis kepada mereka; sebenarnja, langsung membatja pada nama feodal arti burdjuis. Tetapi, djuga, seperti terdjadi dibagian barat benua Eropa, Hukum, Rumawi, hukum dunia jang pertama dari masjarakat jang menghasilkan barangdagangan, dengan penguraiannja jang takterungguli baiknja tentang semua hubungan ihukum jang hakiki -darii pemilik2 barangdagangan sederhana2 (dari para pembeli dan pendjual, jang berutang dan jang berpiutang, koritrak2, obligagi2, dsbnja) bisa diambil sebagai dasar. Dalam hal mana, untuk manfaat masjarakat jang masih burdjuis-ketjil dan setengah-feodal, ia dapat atau diturunkan ketingkat masjarakat sedemikian itu melalui praktek hukum belaka (hukum umum) atau, dengan bantuan ahlihiukum2 jang katanja berfikiran madju, jang suka menggunakan moral, ia dapat diolah mendjadi kitab undang-undang chusus untuk disesuaikan dengan taraf sosial sedemikian itu - kitab undang2 jan dalam keadaan seperti ini akan mendjadi kitab undang2 jang buruk dilihat djuga dari pendirian hukum (misalnja, Landrecht Prusia). Akan tetapi, dalam hal itu, sesudah revolusi burdjuis besar, adalah mungkin pula bagi kitab undang2 klasik dari masjarakat burdjuis seperti Code Sivil Perantjis diolah atas dasar Hukum Rumawi jang sama itu. Oleh karena itu, djika, ketentuan2 hukum burdjuis hanja menjatakan sjarat2 kehidupan ekonomi masjarakat dalam bentuk hukum, maka ketentuan2 itu dapat melakukan itu dengan baik atau djelek menurut keadaan.
Negara memperlihatkan diri kepada kita sebagai kekuasaan ideologi jang pertama atas umatmanusia. Masjarakat mentjiptakan untuk dirinja sendiri suatu alat untuk megindungi kepentingan2 umumnja terhadap serangan2 dari dalam dan dari luar. Alat itu jalah kekuasaan negara. Baru sadja lahir, ia lalu membikin dirinja lepas dan berhadap-hadapan dengan masjarakat; dan, memang, semakin ia mendjadi alat sedemikian itu, maka semakin ia mendjadi alat dari suatu klas chusus, semakin langsung ia memaksakan kekuasaan klas itu. Perdjuangan klas tertindas melawan kilas jang berkuasa menurut keharusan mendjadi perdjuangan politik, suatu perdjuangan jang pertama2 melawan kekuasaan politik klas itu. Kesedaran akan saling-hubungan antara perdjuangan politik ini dengan basis ekonominia mendjadi pudar dan bisa mendjadi lenjap samasekali. Sementua jang demikian itu tidak terdjadi seluruhnja pada para peserta, tapi ia ohampir selalu terdjadi pada para ahlisedjarah, Mengenai sumber2 kuno tentang perdjuangan2 didalam Republik Rumawi hanjalah Appian sadja jang mentjeritakan kepada kita dengan djelas dan tegas apa jang telah mendjadi pokok perselisihan pada tingkat terachir - jailtu, milik tanah.
Tetapi sekali negara itu telah mendjadi suatu kekuasaan jang lepas dari dan berhadap-hadapan dengan masjarakat, ia seketika djuga menghasilkan satu ideoloi lagi. Memang dikalanga- para beroepspolitisi, para ahliteori hukum tatanegara dan para ahlihum hukum perdatalah bahwa hubungan dengan , fakta-fakta ekonomi mendjadi hilang begitu sadja. Karena pade setiap hal chusus fakta-fakta ekonomi mesti mengambil bentuk motif-motif hukum untuk memperoleh sanksi hukum; dan, karena, dengan berbuat demikian, perkembangan sudah barang tentu harus dibierakan kepada seluruh tatahukum jang sudah berlaku, sebagai akibatnja, bentuk juridis adalah segala-galanja dan, isi ekonominja bukan apa-apa. Hukum tatanegara dan hukum perdata diperlakukan sebagai lapangan jang berdiri sendiri2, masing2 mempunjai perkembangan, sedjarahnja sendiri jarrg bebas, masing2 sanggup mengadjukan dan memerlukan suatu penjadjian jang sistimatis dengan meniadakan semua kontradiksi intern setjara konsekwen.
Ideologi2 jang lebih tinggi lagi, jaitu, ideologi2 jang lebih djauh lagi djaraknja dari basis materiil, basis ekonomi mengambil bentuk filsafat dan religi. Disini salinghubungan antara konsepsi2 dengan sjarat2 materiil eksistensi mereka mendjadi semakin rumit, semakin dikaburkan oleh matarantai perantara. Tetapi saging-hubungan itu ada. Seperti hainja seluruh periode Renaissanse, mulai dari pertengahan abad ke-15, adajah hasil hakiki dari kota2 dan, oleh karenanja, dari wargakota2, maka begitulah pula filsafat jang baru bangkit kemudiannja. Isinja pada hakekatnja hanjalah pengtungkapan filasafat dari fikiran2 jang sesuai dengan perkembangan wargakota2 ketjil dan sedang mendjadi burdjuasi besar. Dikalangan orang2 Inggris dan Perantjis abad jang lalu jang diantara mereka banjak ahliekonomi2 politik dan sekaligus aihlifilsafat2, hal itu njata dengan se-njata2nja; dan mengenai mazhab Hegelian hal itu telah dibuktikan diatas.
Disamping itu sekarang kita akan membitjarakan soal agama hana setjara, singkat sadja, karena agama, berada paling djauh dari kehidupan materiil dan tampaknja paling asing bagi kehidupan materiill itu. Pada zaman jang primitif sekali agama lahir dari konsepsi2 manusia jang keliru, jang primitif, tentang diri mereka sendiri dan alam liuar jang mengelilingi mereka. Akan tetapi setiap ideologic sekali ia muntjul, berkembang dalam hubungan dengan bahan-konsepsi, tertentu, dan mengembangkan bahan itu lebih landjut; kalau tidak ia bukan ideologi, jaitu, tatasibuk dengan fikiran2 seperti dengan hal2 jang berdiri sendiri, jang berkembang setjara bebas dan tunduk hanja kepada hukum2nja sendiri. Bahwasanja sjarat2 kehidupan materiil dari orang2 jang didalam kepalanja berlangsung proses berfikir sedemikian itu pada tingkat terachir menentukan djalannja proses itu mentirut keharusan tetap tak diketahui oleh orang2 itu, karena kalatu tidak demikian akan berachirlah semua ideologi. Makaitu ide2 keagamaan jang asal, jang pada pokoknja adalah umum bagi tiap kelompok orang2 jang sekeluarga, berkembang ,sesudah kelompok itu berpisah, menurut tjara jang chas bagi bangsa masing2, menurut siarat kehidupan jang sudah mendjadi nasib mereka. Bagi sedjumlah kelompok orang2, dan terutama bagi orang2 Aria (apa jang dinamakan orang2 Indo-Eropa) proses itu telah diperlihatkan setjara detail oleh mitologi banding. Dewa2 jang terbentuk sedemikian itu dikalangan bangsa masing2 adalah dewa2 nasional, jang wilajahnja membentang tidak lebih djauh dari wilajah nasional jang harus mereka lindungi; diseberang sana dari perbatasannja berkuasalah dengan tak terbantah dewa2 lain. Mereka bisa terus ada, dalam chajal, hanja selama nasion itu ada: mereka djatuh dengan djatuhnja nasion itu. Keradjaan dunia Rumawi, jang disini tak perlu kami tindjau sjarat2 ekonomi jang mendjadi sumbernja, membawa keruntuhan nasionalitet2 lama. Dewa2 ,nasional lama melaptik, begitu pula dewa 2 orang Roma, jang djuga dibentuk disesuaikan dengan batas2 sempit kota Roma sadja. Kebutuhan untuk melengkapi keradjaan dunia lewat suatu agama dunia dengan djelas telah disingkapkan dalam usaha2 jang dilakukan di Roma untuk memberikan, disamping dewa2 pribumi, pengakuan serta altar2 bagi semua dewa luarnegeri jang patut dihormati. Tetapi suatu agama dunia baru tidak akan tebentuk menurut mode itu, dengan dekrit keradjaan. Agama dunia baru agama Kristen, dengan diam2 sudah lahir, lahir dari tjampuran teologi Timur, terutama teologi Jahudi, jang digeneralisasi, dengan filsafat Junani, terutama filstafat Stoic, jang divulgerisasi. Bagaimana rupanja semula harus diketemukan lebih dulu dengan mengeluarkan banjak tenaga, karena bentuk resminja, sebagaimana jang telah disampaikan kepada kita, hanjalah bentuk dengan mana ia mendjadi agama negara dan untuk tudjuan itu ia disesuaikan oleh Dewan Nicaea. Kenjataan bahwa sesudah 250 tahun ia mendjadi agama negara tjukuplah menundjukkan bahwa ia adalah agama jang sesuai dengan sjarat2 zaman itu. Dalam Zaman Tengah, sedjalan dengan perkembangan feodalisme, agama Kristen berkembang mendjadi pasangan agamanja, dengan hierarchi feodal jang bersesuaian. Dan ketika wargakota2 mulai tumbuh subur, maka berkembanglah, bertentangan dengan Katolisisme feodal, bidaah Protestan, jang mula2 muntjul di Perantjis Selatan, dikalangan kaum Albigense [4-3], ketika disitu kota-kota mentjapai titik masa-berkembangnja jang tertinggi. Zaman Tengah telah membubuhkan pada teologi semua bentuk ideologi lainnja - filsafat, politik, ilmu hukum - dan membikinnja mendjadi subbagian2 teologi. Dengan demikian ia memaksa setiap gerakan sosial dan politik mengambil bentuk teologi, Sentimen2 massa didjedjali dengan agama dengan menjingkirkan semua lainnja; makaitu adalah perlu mengadjukan kepentingan2 mereka sendiri dengan berkedokkan agama guna menghasilkan suatu gerakan jang sengit. Dan seperti wargakota2 dari sedjak semula melahirkan embel2 jang terdiri dari kaum plebejer kota jang tak bermilik, kaum buruh harian dan budak2 dari segala matjam, jang tak termasuk dalam pangkat sosial jang diakui, pelopor2 proletariat dikemudian hari maka begitulah pula bidaah segera terbagi mendjadi bidaah wargakota-lunak dan bidaah plebejer-revolusioner, jang tersebut belakangan mendjadi kebentjian kaum bidaah wargakota itu:sendiri.
Tak terbasminja bidaah Protestan adalah sesuai dengan tak terkalahkannja kaum wargakota jang sedang menaik. Ketika kaum wargakota ini telah mendjadi tjukup kuat, perdjuangan mereka melawan kaum ningrat feodal, jang hingga -saat itu berkuasa setjara lokal, mulai mengambil ukuran2 nasional. Aksi besar jang pertama terdjadi di Djerman - apa jang dinamakan Reformasi. Kaum wargakota belum tjukup kuat dan djuga belum tjukup berkembang untuk dapat mempersatukan dibawah pandji2 mereka pangkat2 jang memberontak lainnja - kaum plebeier di-kota2, kaum ningrat rendahan dan kaum tani jang mengerdjakan tanah. Mula2 kaum bangsawan kalah; kaum tani bangkit melakukan pemberontakan jang merupakan puntjak seluruh perdjuangan revolusioner; kota meninggalkan mereka dalam kesukaran, dan dengan begitu revolusi menjerah kepada tentara2 pangeran2 duniawi jang memetik seluruh keuntungan. Sedjak itu Djerman selama tiga abad menghilang dari barisan2 negeri2 jang memainkan peranan aktif jang bebas dalam sedjarah. Tetapi disamping Luther Djerman muntjul pula Calvin Peranitjis. Dengan ketadjaman Perantjis jang sedjati dia menempatkan watak burdjuis dari Reformasi itu didepan, merepublikkan dan mendemokrasikan Geredja. Sementara Reformasi Lutheris di Djerman memerosotkan dan mendjadikan negeri itu rusak-binasa, Reformasi Calvinis berlaku sebagai pandji2 bagi kaum republiken di Djenewa, di Nederland dan Skotlandia, membebaskan Nederland dari Spanjol dan Keradjaan Djerman dan memberikan pakaian ideologic bagi babak kedua revolusi burdjuis jang sedang berlangsung di Inggris. Disini Calvinisme membuktikan diri sebagai kedok agama jang sedjati dari kepentingan2 burdjuasi zaman itu dan karena itu tidak mendapat pengakuan penuh ketika revolusi berachir dalam 1689 dengan suatu kompromi antara sebagian kaum ningrat dengan burdjuasi. Geredja negara Inggris ditegakkan kembali; bukan dalam bentuknja seperti jang terdhulu berupa Katolisisme jang mempunjai radja sebagai pausnja, tetapi, sebaliknja, sangat di Calvinisasi. Geredja negara lama merajakan Minggu Katolik jang gembira dan telah menentang Minggu Calvinis jang suram. Geredja baru jang diburdjuiskan melazimkan jang tersebut belakatigan, jang menghiasi Inggris hingga kini.
Di Perantjis, minoritet Calvinis ditindas dalam 1685 dan atau di Katolikkan atau diusir keluar dari negen itu. Tetapi apa gunanja ? Sudah sedjak itu vrijdenker Pierre Bayle berada pada puntjak aktivitetnja, dan dalam 1694 Voltaire lahir. Tindakan-tindakan kekirasan Louis XIV hanjalah memudahkan burdluasi Perantjis untuk meneruskan revolusinia dalam bentuk bukankeagamaan, dalam bentuk politik se-mata2, bentuk satusatunja jang tjotjok dengan burdjuasi jang berkembang. Sebagai ganti kaum Protestan, kaum vrijdenker menempati kedudukan mereka dalam madjelis2 nasional. Dengan demikian agama Kristen in masuki tingkatanja jang terachir. Dimasadepan ia mendjadi tak sanggup mengabdi klas progresif apapun sebagai pakaian ideologi tjita2nja. Ia makin lama makin mendjadi milik jang eksklusif dari klas2 berkuasa dan klas2 itu memakainja sebagai alat pemerintah belaka, untuk menahan klas2 bawahan tetap berada didalam batas2. Lagipula, masing2 berbagai-bagai klas2 itu menggunakan agamanja sendiri, jang tjotjok,: kaum ningrat jang bertanah - Jesuitisme Katolik atau ortodoksi Protestan; burdjuasi liberal dan radikal - rasionalisme; dan bedanja sedikit sadja apakah tuan2 ini sendiri pertjaja kepada agama2 mereka masing2 atau tidak.
Karena itu, kita lihatlah : agama, sekali terbentuk, selalu mengandung bahan tradisionil, persis seperti dalam semua bidang ideologi tradisi merupakan suatu kekuatan konservatif jang besar. Tetapi perubahan2 jang di agami oleh bahan itu timbul dari hubungan2 klas, artinja, dari hubungan ekonomi dari orang2 jang melakukan perubahan2 ini. Dan.mengenai itu tjukuplah sekian.
Dalam bagian tersebut diatas hanja bisa diberikan suatu sketsa umum dari konsepsi Marxis tentang sedjarah, paling banter dengan beberapa ilustrasi. Buktinja harus diperoleh dari sedjarah itu sendiri; dan dalam hal ini mungkin saja diptrkenankan unbuk mengatakan bahwa bukti itu sudah tjukup diberikan didalam tulisan2 lain. Akan tetapi, konsepsi itu mengachiri filsafat dilapangan sedjarah, seperti djuga konsepsi -dialektik tentang alam membikin semua filasafat alam mendjadi tak perlu dan djuga tak mungkin. Soalnja bukanlah lagi soal diseguatu tempat me-reka2 saling-hubungan2 dari luar otak kita, melainkan soal menemukan mereka didalam fakta2. Bagi filsafat, jang telah diusir dari alam dan sedjarah, hanja tinggallah bidang pemikiran se-mata, sebegitu djauh jang masih tinggal jalah: teori tentang hukum2 proses pemikiran itu sendiri, logika dan dialektika.
 

Dengan Revolusi 1848, Djerman jang ,,terpeladjar" mengutjapkan selamat-tinggal kepada teori dan berphidah kelapangan praktek. Produksa ketjil2an dan manufaktur, jang berdasarkan kerdjatangan, diganti oleh industri jang betul2 besar. Djerman muntjul lagi dagam pasar dunia. Keradjaan Djerman [4-4] baru jang ketjil menghapuskan se-kurang2nja kesewenang-wenangan jang paling menjolok jang menghalang-halangi perkembangan itu, jaitu si,stim negara2 ketjil, sisa2 feodalisme, dan pengurusan birokratis. Tetapi selaras dengan spekulasi meninggalkan kamar-beladjar ahlifilsafat untuk mendirikan kuilnja dalam dalam Bursa Efek, maka Djerman jang terpeladjar kehilangan bakat besar dibidang teori jang telah merupakan kemegahan Djerman dalam hari2 kehinaan politik jang se-dalam2nja - bakat akan penelitian ilmiah se-mata2, lepas daripada apakah hasil jang diperolehnja itu dapat dipergunakan dalam praktek atau tidak, apakah mungkin menjinggung pembesar2 polisi atau tidak. Memang benar, ilmu2 alam Djerman jang resmi mempertahankan posisinja dibarisan depan, terutama dilapangan penelitian jang chusus. Tetapi madjalah Amerika Ilmupun dengan tepatnja menjatakan bahwa kemadjuan2 jang menentukan dibidang rangkaian jang luas dari fakta2 chusus dan penggeneralisasiannja mendjadi hukum sekarang lebih banjak ditjapad di Inggris dan bukannia, seperti dulu, di Djerman. Dan dilapangan ilmu2 sedjarah, termasuk filsaf semangat lama jang tak kenal takut akan teori sekarang telah lenjap, samasekali, ber-sama2 dengan filsafat klasik. Eklektigisme kosong dan minat jang gelisah akan kedudukan dan penghasilan, jang merosot, sampai pada pemburtuan pekerdjaan jang paling vulger, menduduki tempatnja. Wakil2 resmi dari ilmu2 itu tanpa tedengaling2 telah mendiadi ahli2 ideologd dari burdjuasi dan negara jang ada - letapi ketika kedua-duanja berada dalam antagonisme jang terbuka dengan klas buruh.
Hanjalah dikalangan klas buruh bahwa bakat Djerman akan teori tetap utuh. Dikalangan mereka ia tak dapat .dibinasakan. Dikalangan mereka tak ada minat akan kedudukan2, untuk mentjari keuntungan, atau akan perlindungan jang penuh kasih-sajang dari atas. Sebaliknja, semakin ilmu itu madju dengan tak kenal bdaskasihan dan tak mementingkandiri maka ia semakin menemukan dirinja berada selaras dengan kepentingan2 serta aspirasi2 kaum buruh. Ketjenderungan baru, jang mengakui bahwa kuntji untuk memahami seluruh sedjarah masjarakat terletak dalam sedjarah perkembangan kerdja, sedjak awadnja lebih suka berpaling kepada klas buruh dan dikalangan mereka mendapatkan sambutan jang tidak ia tjari maupun ia harapkan dari ilmu jang diakui setjara resmi. Gerakan klas buruh Djerman adalah ahliwaris filsafat klasik Djerman.
 

Ditulis oleh Engels dalam 1886 Dimuat dakan madjalah Neue Zeit 1886, dan sebagai penerbitan tersendiri di Stuttgart dalam 1888.
Diterbitkan menurut naskah edis! 1888.
 

[4-1] Disini mungkiry- saja diperkenankan untuk memberikan pendielasan pribadi. Belakangan ini berulangkali ada di-sebut2 andil saja dalam teori ini, makaitu sulit bagi saja untuk menghindari menguijapkan beberapa patah kata disini untuk menjelesaikannja. Saja tak dcipat menjangkal bahwa baik sebelum maupun seldma empatpuluh tahun bekerdjasama dengan Marx saja mempunjai andil saja @endiri jang tertentu dalam meletakkan dasar2 teori itu, dan terutama dalam pengolahannia. Tetapi bagian jang lebih besar dari prinsip2 pokoknja jang terpenting, terutama dilapangan ilmu ekono-ni dan sedjarah, dan, diatas segala-galanja, formulasinja jang terachir jang tadjam, adalah andil Marx. Apa jang saja sumbangkan - setidak-tidaknia ketjuali karja saja dibeberapa lapc[ngan chusus - Marx dapat mengerdjakannja dengan baik sekali tanpa saja. Apa jang dihasilkan oleh Marx, saja tak dapat mentjapainja. Marx berdiri lebih tinggi, melihat lebih djauh, dail memandang lebih ,uas serta Iebih tjepat daripada semua kita lainnja. Marx adalah seorarig zeni; kita lainnja paling banter orang2 jang berbakc6t. Tanpa dia teori itu akan diauh daripada apa adanja kini. Kcrrena 5@u su,-4ah setepatnja memakal namanja. (Tiatatan Engels).
[4-2] Lihat Dos Wesen der menschlichen Kopfarbeit, dargestellt von einem Hanidarbeiter (Watak Pekerdjaan Otak Manusia Diuralkan oleh Seorang Pekerdja Tangan). Hamburg, Meissner. (Tjatatan -. Engels).
[4-3] Kaum Albigense: Suatu sekte agama jang selama abad ke-12 dan ke-13 memimpin gerakan menentang Geredja Rum Katolik. Nama ini berasal dari nama kota Albi, di Perantjis Selatan. - Red.
[4-4] Istilah W dipakai untuk Keradjaan Djerman (tanpa Austra) jang terbentuk dalan 1871 dibawah hegemoni Prussia. - Red.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar