I - Hegel
Buku [1-1] jang terletak dihadapan kita
membawa kita kembali kezaman jang, meskipun menurut waktlt tidak lebih daripada
satu keturunan berada dibelakang kita, telah mendjadi asing bagi keturunan jang
sekarang ini di Djerman seolah-olah ia telah bertalu sera:tus tahun lamanja.
Meskipun d-emikian zaman itu adalah zaman persiapan Djerman unttik Revolusi
1848; dan segala-sesuatu jang terdjadi dinegeri kita sedjak itu thanjalah
kelandjutan tahun 1848, hanjalah pelaksanaan wasiat dan tegtamen terachir
revolusi itu.
Seperti halnja di Perantjis dalam abad
kedelapanbelas, demikian lyulalah di Djerman dalam abad kesembilanbelas,
revolusi filsafat mengantarkan keruntuhan politik. Tetapi alangkah berbedanja
keduanja itu kelihatannja ! Orang2 Perantjis mengadakan pertempuran terbuka
melawan semua ilmu resmi, melawan gered-ja dan sering2 djugi melawan liegara;
tulisan2 mereka ditjetak diluar perbatasan, di Inggris atau di Nederland,
sedangkan mereka sendiri selalu berada dalam bahaja dipendjarakan didalam
Bastille. Difihak lain, orang2 Djerman adalah profesor2, parapenga.djar pemuda
jang diangkat oleh negara: tulisan2 mereka diakui sebagai bukupeladjaran, dan
sistitn jang terbatas dari seluruh perkembangan - sistim Hegelian - bahkan
ditingkatkan, sampai batas tertentu, kedalam barisan filsafat negara kerad-jaan
Prusia ! Apakah mungkin dibelakang paraprofesor itu, dibelakang kata2 mereka
jang samar2, sokpengetahuan, dibelakang kalimat2 mereka jang bojak, jang
mendjemukan, bersembunji revolusi?
Apakah orang2 jang pada waktu itu dianggap
sebagai wakil2 revolusi bukan djustru kaum liberal, musuh jang paling sengit
dari filsafat jang mengatjaukan-otak itu ? Tetapi apa jang tidak bisa dilihat
baik oleh pemerintah maupun oleh kaum liberal sedjak 1833, telaih dilihat
sekurang-kurangnja oloh satu orang, dan orang itu tidak lain adalah Heinrich
Heine. [1-2]
Mari kita ambil sebuah -tjontoh. Tidak ada
dalil filsafa.-t jang telah menimbulkan rasa terimakasih jang lebih besar dari
peinerintah2 jang berfikiran pitjik dan amarah dari kaum liberal jang sama
pitjik fikira,-,iiiia daripada pemjataan- Hegel jang terkenal : ,Segalasesuatti
jang rii] adalaih rasionil; dan segalasesua-tu jang rasionil adalah riil."
Pernjataan itu merupakan pembenaran jang njata terihadap segalasestiatu jang
ada, doa-restu filsafat jang dilimpahkan kepada despotisms, pemerintahan
polisi, sidang2 Star Chamber dan seiisur. Begitulah Friedrich Wlilhelm III dan
begitulah Rakjatnja meinahami pernjataan itu, Tetapi, menurtit Hegel pastilah
bukan segalasesuatti jang ada adalah djtt,, la riil, tanpa kwalifikasi lebiih
]audit. Bagi Hegel sifat Attribute, attribuut) realitet terdapat hanja pada apa
jang sekaligus adalah keharusin : ,dalam proses perkembangannia reallitet
terbukti adalah kehariusgn".
Makaitu, tindakan pemerintah tettentu - Hegel sendiri mettgti,tip sebagai tiontoh ,peraturan padjak terlentu" - baginja samasekali bukanlah hal jang riil tanpa kwalifikasi, Tetapi, keharusan, achirnja inembuktikan bahwa ia adalah djuga rasionil; dan, djika ditrapkan pada iiegara Prusici pada waktu itu. maka, dalil Hegel hanjalah berarti negara ini adalah rasionil, sesltai dengan akal, sediatih ia adalah kehartisan; dan, djika, meskiplin demikian, ia kelihatan kepada kita sebagai sesuatu jang djahat, tetapi tetap, meskipun wataknja ctjahat, ada terus, maka watak djahat pemerintah itu dibenarkan dan didjelaskan oleh watak djahat jang sama jang terdapat pada ,",arganegaranja. Orang2 Prusia zaman itu mempunjai pemerintahan jang patut bagi mereka.
Makaitu, tindakan pemerintah tettentu - Hegel sendiri mettgti,tip sebagai tiontoh ,peraturan padjak terlentu" - baginja samasekali bukanlah hal jang riil tanpa kwalifikasi, Tetapi, keharusan, achirnja inembuktikan bahwa ia adalah djuga rasionil; dan, djika ditrapkan pada iiegara Prusici pada waktu itu. maka, dalil Hegel hanjalah berarti negara ini adalah rasionil, sesltai dengan akal, sediatih ia adalah kehartisan; dan, djika, meskiplin demikian, ia kelihatan kepada kita sebagai sesuatu jang djahat, tetapi tetap, meskipun wataknja ctjahat, ada terus, maka watak djahat pemerintah itu dibenarkan dan didjelaskan oleh watak djahat jang sama jang terdapat pada ,",arganegaranja. Orang2 Prusia zaman itu mempunjai pemerintahan jang patut bagi mereka.
Djadi, menurut Hegel, realitet sekali-kali
bukanlah sifat (attribute, attribtuut) jang dapat didjadikan sebutan bagi!
keadaa,n halichwal tertentu jang mana sadja, sosial atau piolitik, dalam semua
keadaan dan pada setiap masa. Sebaliknjalah jang benar. Republik Rtimawi adalah
riil, tetapi demikian djuga halnja dengan kerad-jaan Rtimawi, jang
mendahuluinja. Dalam tahun 1789 monarki Pera.ntjis telah mendjadi begitu
tidak-riil, jaitu, telath begitu dilutjuti dari segala keharusan, begitu tidak
rasionil, sehingga ia harus dihantjurkan oleh Revolusi Besar. Tentang revoltisi
itu Hegel selalu berbitjara dengan kegairahan jang amat tinggi, Makaitu, dalam
hat ini, moiiarki adalah jang t,dak-riil dan revolusi adalah jang riil. Djadi,
dalam proses perkembangan, semua jang dimasalampau adalah riil mendjadi
tidak-riil: keibilangan keharusannja, hak eksistensinja, rasionalitetnja. Dan
pada tempat realitet jang sekarat lahir realitet b,tru, jang dapat hidup -
setjara damai djika jang lama tjuklip tjerdik unttik meliemui: adialnia tanpa
perdiuangan; dengan kekerasan djika ia melawan keharusan itu, Djadi dalil Hegel
berbalik mend adi hal jang berlawanan dengannja lewat dialektika Hegel itu
sendiri Segalasesuatu jang riil dibidang sedjarah manusia mendjadi
tidak-rasionil dalam proses waktu, makaitu tidakra,tsionil dari segi tudjuannja
itu sendiri, sebelumnja telah dinodai oleh irrasionalitet; dan segalasesuatu
jang rasionil didalam fikiran maniusia ditakdirkan untuk mendjadi riil,
betapapun banjaknja ia bertentangan dengan realitet jang betul2 ada. Sesuai
dengan semua ketentuan metode berfikir Hegelian, dalil tentang rasionalitet
segalasesuatu jang riil mengubah dirinja mendjadi dalill jang lain -
Segalasestiatu jang ada patut mengalami kehantjlirannja.
Tetapi djustru disitulah letak arti
sesungguhnja dan watak revolusioner dari filsafat Hegel (pada filsafat mana,
sebagai penutup seluru-h gerakan sedjak Kant, kita hartis membatasi diri
disini), bahwa ia untuk selama-lamanja memberikan pukulan jang menghantjurkan
kepada keabadian semua hasil pemikiran dan perlyuatan manusia. Kebenaran, jang
pengenalannja. mendjadi urusan filsafat, didalam tangan Hegel tidak lagi
merupakan djumlah pernjataan2 dogmatis jang selesai, jang, sekan ditemukan,
banialah harus dipeladjari diluar kepala. Sekarang kebenaran terletak didalam
proses pengenalan itu sendiri, didalam perkembangan historis jang lama dari
ilmu, jang menaik dari tingkat pengetahtian jang lebilh rendah ketingkat jang
lebih tinggi tanpa bisa mentiapai, dengan menemukan apa jang disebut kebenaran
absolut, suatu titik dimana ia tidak datiat madju lebih djauh lagi, dimana ia
tidak akan rnemptinjai pekerdjaan lagi selain daripada berpeluk tangan dan
menatap dengai rasa keheran-heranan pada kebenaran absolut jang telah ditjapai.
Dan apa jang benar bagi dunia pengetahuati filsaiat benar ptila bagi setiap
matjam pengetabuan lainnja dan djuga bagi persoalan-persoalan praktis. Seperti
halnja pengetahuan 'tidak mtingkin dapat mentjapai kesimpulan jang lengkap
dalam sjarat2 kernanusiaan jang sempurna, jang ideal, maka sedjarahpun tidak
mungki7i dapat berbuit demikian; masjarakat jang sempurna, ,,negara" jang
sempurda, adalah hal2 jang mungkin ada didalam chaial sadia. Sebaliknia, semua
sis-tim sedjarah jang silihberganti hanjalah tingkat2 peralihan didalam proses
perkembangan masjarakat manusia jang tiada achirnja dari tingkat jang lebih
rendah ketingkat jang lebih tinggi. Setiap tingkat adalah tingkat keharusan,
dan maka;tu dapat dibenarkan untuk rnasa dan sjarat2 jang mendjadi sumbernja.
Tetapi dalam berohadapan dengan sjarat2 baru, sjarat2 jang lebih tinggi jang
setjara berangsur2 berkembang didalam kandungannja sendiri, ia kehilangan
keabsahannja dan pembenarannia, la harus menjerah kepada tingkat jang lebih
tinggi jang pada gilirannja djuga akati nielapuk dan hantjur. Seperti halnja
burdiuasi lewat industri besar, persaingan dan pasar dunia dalam praktek
membubarkan semua lembaga jang stabil, jang tua dan dihormati, maka filsafat
ctialektik inipun membubarkan semua konsepsi tentang kebenaran terachir,
absolut dan tentang keadaan manusia jang absolut jang sesuai dengan itu.
Baginja (filsafat dialektik) tidak ada sesuatupun jang terachir, jang absolute
jang keramat. Ia menjingkapkan watak peralihan dari segalasesuatu dan didalam
segalasesuatu, tidak ada sesuatupun jang dapat bertahan berhadapan dengan watak
itu ketjuali proses mendjadi dan melenjap jang berlangsung dengan tiada a
putus2nja, proses menaik dari tingkat jang lebih rend h ketingkat jang lebih
tinggi dengan tiada putus2nja. Dan filsafat dialektik itu sendiri tidaklah
lebih daripada pentjerminan semata dari proses itu didalam otak jang berfikir.
Sudajh tentu, ia mempunjai djuga segi ko;nservatifnia : ia mengakui bahwa
tingkat2 terten'tu pengetahuan dan masjarakat dapa,t dibenarkan untuk masanja
dan keadaannja; tetapi hanja sedjauh itu sadia. Konservatisme tjara memandanp
jang sematiam itu adalah relatif, jang absoltit adalah watak revolusionernia -
satu2nja jang absolut jang di, akui oleh filsafat dialektik.
Disini, tidakiah dirasa perlu memasuki
persoalan apakah tjara memandang jang seperti itti sepentihnja sesuai dengan
keadaan jImu2 alam sekarang ini, jang mer'Amalkan berachirnja bumi ini sebagai
hal jang niungkin dan ;dapat didiaminja bumi ini sebagai ha] jang amat pasti;
jang, oleh karena itu mengakui bahwa bagi sediarah umatmanusia, djuga, terdapat
bukan hania tiabang jang menaik tetapi djuga jang menurun. Meskipun demikian
kita masih berada pada djarak jang amat diauh d-ari titikbalik dimana djalan
sedjarah masjarakat mendjadi djalan menurun, dan kita tidak dapat mengharapkan
filsafat Hegel menaruh perihatian pada soat jang ilmu2 alam, pada zamannja,
masih belum lagi mendialiikan persoalan jang diperbintjangkan.
Tetapi, sesunggilihnja, apa jang harus
dinjatakan disini jalah : bahwa pada Hegel pendirian2 jang diken= bangkan
diitas tidak sebegitu tadjam digariskan. Pendirian-pendirian itu adalah
kesimpulan keharusan dari metodenja, tetapi dia sendiri tidak pernah menariknja
sedjelas itu. idan memang, ini adalah karena alasan jang sederihana bahwa -dia
terpaksa menjusun suatu sistim dan, sesuai d-engan keperluan2 tradisionil,
suatu sistim filsafat harus berkesimriulan dengan sematjam kebenaran absolute
makaitu, betapapun banjaknia Hegel, terutama didalam tulisannia Logika, menekankan bahwa kebenaran abadi
itu tidaklah lain daripada proses jang logis, atali proses sedjarah itu
sendiri, namun dia terpaksa memberikan suatu achir pada proses itu, djustru
karena dia havus mengachiri sistimnja pada sudtu titik. Didalam Logikanja dia dapat mendjadikan aohir
itu awal kembali, karena disini hal jang disimpulkan, ide absolut - jang hanja
absolut sediauh mengenai dial itu dia setjaya absolut tidak mempunjai sesuatu
lagi untuk disampaikan - ,,mendjelmakan", jaitu, mengubah, dirinja
mendjadi alam dan'kemudian mendjadi dirinja kembali didalam otak, jaitu didalam
fikiran dan didalam sedjarah. Tetapi pada achir seluruh filsafat itu
pengulangan kembali jang serupa keawalnja hanjalah mungkin lewat satu djalan.
jaitu, dengan memikirkan tentang achir sedjaraih sebagai berikut ini, :
umatmanusi,a sampai pada pengenalan ide absolut jang itu djuga, dan menjatakan
bahwa pengenalan ide absolut itu ditjapai didalam filsafat Hegel. Tetapi,
dengan tjara jang seperti itu, seluruh isi dogmatis dari sistim Hegel
di,njatakan sebagai kebenaran absolute berterftangan'd-engan metode
dialektiknja, jang mentjairkan segala dogmatisme. Djadi segi revolusioner
tettjekik dibawah pertumbuhan segi konservatif jang berlebih-lebiban. Dan apa
jang berlaku bagi pengenalan filsafat berlaku djuga bagi praktek sedjarah.
Umatmanusia, jang, didalam diri Hegel, telah meiitjapai titik merumuskan ide
absolute dalam praktek harus telah sampai pula sedjauh dapat-mewudjudkan ide
absolut itu dalam kenjataan. Makaitu tuntutan politik praktis dari ide absoltit
terhadap orang2 sezamannja iictak bgleh -direntang terlalu djauih. Dan dengan
demikian kita temukan pada kesimpulan Filsafat
Hukum kum bahwa ide absolut akan direagismi didalam monarki jang
berdasarkan pangkat2 sosial jang oleh Friedrich Wilhelm III didipndjikan dengan
begitu gigihnja tetapi sia-sianja kepada warganegaranja, jaitu, didalam
kekuasaan terbatas, lunak, tidak langsung dari klas2 jang bermflik jang sesuai
dengan sjarat2 Djerman burdjuis ketjil dizaman itu; dan, tambahan pula,
keharusan adanja kaum bangsawan ditundjukkan kepada kita dengan tjara jang
spekulatif.
Makaitu, ke;harusan intern sistim itu
dengah sendirinja tjtakup untuk ruendjelaskan mengapa metgde berfikitr jang
samasekali tevG]usioner menghasilkan iesimputan politik jang keterlaluan
ctjinaknja. Sesungguhnja bentuk chusus kesimpulan itu lahir dari kenjataan
bah-' wa Hegel adalah seorang Djerman, dan seperti halnja dengan orang sezamannja,
Goethe, mempunjai sedikit kutjir filistin terdjuntai dibelakangnja. Mereka
masing2 adalah seorang Zeus Olympia dibidangnja, meskipun demikian tidak
seorangpun diantara mereka itu jang betuI2 pernah membebaskan dirinja dari
filistinisme Djerman.
Tetapi kesemuanja itu tidak merintangi
sistim Hegel mentjakup bidang jang takterbandingkan lebih besarnia daripada
sigtim jang manapun sebelumnja, maupun mengembangkan didalam bidang itu
kekajaan fikiran jang sampai ihari inipun mengagumkan. Fenomenologi djiwa,
(jang dapat disebut suatu paralel dari embriologi dan paleontologi djiwa,
perkembangan kesederan perseorangan lewat tingkat2nja jang berbeda2, jang
terwudjud sebagai bentuk reproduksi jang disingkat dari tingkat2 jang telah
ditempuh oleh kesedaran manusiaselama perdjalanan sedjarah), logika, filsafat
alam. filsafat djiwa, dan jang terschir dirumuskan didalam, sub-bagian2nja jang
historis setjara sendiri2: filsfat sedjarah, filsafat hukum, filasfat agama,
sedjarah filsafat, estetika, dsbnja - disemua bidang sedjarah jang ber-beda2
ini Hegel bekerdja keras untuk menemukan dan menundjukkan benang perkembangan
jang mendjulur. Dan karena dia bukan hanja seorang zeni jang kreatif tetapi
djiuga seorang jang berpengetahuan ensiklopedi, dia melakukan peranan jang membuat
zaman disetiap bidang. Adalah djelas dengan sendirinja bahwa karena kebutuhan
,,sistim" dia sering harus menggunakan konstruksi2 jang dipaksakan dan
telitang itu lawan2nja jang kerdil membikin kehebohan jang begitu hebat bahkan
sampai hari ini. Tetapi konstruksi-konstruksi itu hanjalah kerangka dan
perantjah lkarjanja. Djika ditempat itu orang tidak membuang2 waktu tanpa ada
keperluannja, tetagi madju terus kedalam bangunan jang mahabesar itu, maka
orang akan menemukan kekajaan jang tiada terhitung banjaknja jang hingga hari
ini masih memiliki nilai jang tiada berkurang. Pada semua ahlifilsafat djugtru
,,sistim" itulah jang dapai hantjur; dan karena alasan jang sederhana
bahwa dia lahir dari keinginan jang kekal dari djiwa manusia - jaitu keinginan
untuk mengatasil semiua kontradiksi. Tetapi, djika semua kontradiksi untuk
selamalamanja sudah ditiadakan., maka kita akan mentjapai apa jang dinamakan
kebenaran absolut - sedjarah dunia akan berachir. Akan tetapi sedjarah itu
harus berdjala.i terus, meskiipun tidak ada lagi jang harus dikerdjakannja -
djadi, kontradiksi bariu, kontradiksi jang takterpetjahkan. Segera kita
menjedaxi - dan achirnja tidak ada orang jang membantu kita menjedari hal itu
lebih daripada Hegel sendiri - bahwa tugas filsafat jang dinjatakan sedemikian
itu tidak berarti lain daripada bahwa tugas jang harus dipenuhi oleh seorang
ahlifilsafat jalah jang hanja dapat dipenuhi oleh seluruh umatmanusia dalam
proses perkembangannja jang progresif - segera kita menjedari hal itu, maka
berachirlah filsafat dalam artikata jang ihingga saat itu diterima. Orang
membiarkan sadja ,,kebenaran absolut", jang tak tertjapai disepandjang
dialan itu atau oleh perseorangan jang manapun; sebaliknia, orano mengedjar
kebenaran2 relatif jang dapat ditiapai aisepandjang djalan jang ditempuh oloh
ilmu2 positif dan menji,mpulkan hasil2nja lewat pemikiran dialektik.
Bagaimanapun djuga, dengan Hegel filsafat metlemui achirnja: disatu fihak,
karena did,alam sistiminja dia menjinipulkan seluruh perkembangan filsafat menurut
tiara jang amat mengagumkan; dan difihak lain, karena meskipun setiara tidak
sedar, dia men)undjukkan kepada kita djalan keluar dari tempat menjesatkan
berupa sistim2 kepengetahuan positif jang sesungguhnja tentang dunia.
Orang dapat membajangkan betapa besarnja
pengaruh sistim Hegel itu terhadap iklim Dierman jang bertjorak filsafat itu.
la mertip;ikan pawai kemenangan jang beriangsung ber-abad-' lamania dan jang
samasekali tidak berhenti dengan wafatnja Hegel. Sebaliknja, djustru dari tahun
1830 sampai dengan 1840-lah bahwa ,,Hegelianisme" berkuasa setjara amat
ekskliltsif, dan sampai batas jang kurang-lebih besar menulari bahkan
lawan2nja. Djustru didalam periode itulah pendirian-pendirian Hegelian, setjara
sedar miupun tidak sedar, dengan amat luasnja menjusup kedalam ilmu2 jang amat
beranekaragam dan menjuburkan bahkan literatur populer dan harian2, dari mana
,,kesedaran terpeladjar" rata2 mendapatkan makanan mentalnja. Tetapi
kemenangan diseluruh front itu hanjalah merupakan pendahuluan bagi suatu
perdiuangan intern.
Seperti sudah kita lihat, adjaran Hegel,
dalani keseluruhaniija, menjisakan tjukup ruang iuntuk memberikan perlindungan
kepada pendirian praktis pattai jang amat banjak anekaragamnja. Dan di Djerman
teoritis waktu itu, diatas segala-galanja dua hal adalah praktis: agama dan
politik. Siapa jang memberikan tekanan utama pada sistim Hegel dapat mendjadi agak konservatif dikedua bidang; siapa
jang menganggap metolde dialektiknja sebagai ha] jang utama dapat tergolong
kedalam oposisi jang amat ekstrim, baik dilapangan politik maui)un dilapangan
agama. Hegel sendiri,, meskipun tert'apat tjetusan2 amarah revolusioner jang
agak sering didalam karja2nja, dalam keselurohannja kelihatan se-olah2
tjenderung pada segi konservatifnja. Memang, diika dibandingkan dengan
metodenja sistimnja' telah dibajarnja dengan ,penjumbatan mental jang
ketat" jang lebih banjak. Kearajh achir tahun2 tigapuluhan, keretakan
didalam aliran itti mendjadi semakin njzfta. Sajap kiri, apa jang disebut kaum
Hegelian Kiri, dalam perdjuangan mereka melawan kaum ortodoks pietis [1-3]
serta kaum reaksioner feodal, sedikit demi sedikit meninggalkan sikap membatasi
diri jang setjara filsafat berbud-i mengenai masalah terhangat pada waktu itu,
masalali jang hingga saat itu ditenggang oleh negara dan bahkan adjaran2 mereka
mendapat perlindungan. Dan ketika, dalam tahun 1840, pietisme or;todoks dan
reaksi feodal absolut naik tachta bersama-sama dengan Friedrich Wilhelm IV,
pemihakan terbuka tak dapat dihindari. Perdjuangan itu berlangsung terus dengan
menggunakan sendjata filsafat, tetapi bukan lagi untuk tudiuan2 filsafat jang
ab5trak, Perdiluangan itu lancisung diarahkan untuk menghantjurkan agama
tradisionil dan eksistensi negara. Dan semeiitara didalam Deutsche Jahrbiicher [1-4] tudjuan praktis masih setjara menondjol
diadjukan dengan memakai kedok filsafat, didalam Rheinische Zeitung tahun 1842 mazhab Hegelian Kiri langsung
menampakkan dirinja sebagai filsafat burdjuasi radikal jang sedang penuh dengan
tjita2 dan menggunakan djubah filsafat jang sajup hania untuk menipu sensur.
Tetapi, pada waktu itu,
politik"merupakan lapangan jang penuh dengan duri., dan makaitu
perdjuangan utama ditudiukan terhadap agama; perdiuangal itu, tertitama sedjak
tahun 1840, setjara tidak langsurig adalah djuga poilitis. Tulisan Strauss Kehidupan Jesus jang diterbitkan dalam
tabun 1835, telah memberikan dcrongan pertama. Teori jang dikembangkan
didalamnja tentang terdjadinja mitos ,didalam kitab2 indjil kemuthan diserang
oleh Bruno Bauer dengan pembuktian bahwa seluruh seri tieritera2 penjebaran
agama Nasrani itu telah direka-reka oleh penulis2nja sendiri. Pertentangan
antara keduania berlangsung dengan berkedokkan filsafat, berupa perdjuangan
antara ,,kesedarandiri" dan ,,zat". Masalah apakah tierita2 mu.djizat
didalam kitab indijil terdjadi lewat pentjiptaan-mitos jang tradisionil didalam
lapisan taksadar di-tengah2 masjarakat atau apakah ia di-reka2 oleh pengindjil2
itu sendiri dibesarkan mendjadi masalah apakah, didalam sedjarah dunia,
,zat" atau ,kesedaran-diri" merupakan kekuatan operatif jang
menentukan. Achirnja datanglah Stirner, nabi anarkisme zaman itu - Bakunin
telah mengambil banjak betul dari dia - dan menutupi ,,kesedaran-diri"
jang sovereign itu dengan ,ego"nja [1-5] jang sovereign.
Kita tidak akan memasuki lebih landjut segi
proses kehantjuran aliran Hegelian ini. Jang lebih penting bagi kita jalah hal
jang berikut init: bagian terbesar dari kaum Hegelian Muda rang amat teguh,
oleh kebutuhan praktis perdjuangannja melawan agama positif, didorang kembali
ke materialisme Inggris-Perantjis. Hal itu membikin mereka berkonflik dengan
sistim aliran mereka sendiri. Sendangkan materialisme berpendapat bahwa alam
adalah satu2nja realitet, menurut sistim Hegel alam hanjalah
,,pendjelmaan" ide absolute dapat dikaftagradasi dari ide. Bagaimanapun,
pemikiran hasil-pemikiran itu, id,6, disini adalah primer, alam rlnja, jang
hanja ada akibat rahmat ide. Dan dikontradiksi itu mereka meng-gerapai2 sebaik
dan sedjelek jang dapat mereka lakukan.
Kemudian muntjul Hakekat Agama Kristen [1-6] tulisan
Feuerbach. Dengan satu poukulan buku itu meniadakan kontradiksi tsb., jaitu
tanpa berbelit-belit dia menempatkan matefialisme kembali diatas tachta. Alam
ada lepas dari semua filsafat. Alam adalal dasar jang diatasnja kita
umatmanusia - kita sendiri adalah hasil alam telah tumbuh. Tidak ada jang ada
diluar alam dan hluk halus jang ditjiptakan oleh fantasi agama kita hanjalah
pentjerminan -fantastik dari hakekat kita sendiri. Kesaktiannja lenjap;
,,sistim" itu meledak dan dilemparkan kesamping, dan kontradiksi itu, jang
ditundjtukkan ada hanja didalam ohajal kita, telah diselesaikan. Untuk
mempunjai gambaran tentang buku itu orang harus mengalami sendiri pengartuhnja
jang membebaskan. Kegairahan terdapa gairahnja Marx menjambut konsepsi bartu
itu dan seberapa banjaknja - meskipun terdapat pembatasan-pembatasan jang
bersifat kritik - dia dipengaruhi oleh buku itu, dapat dibatja didalam bukunja Keluarga Sutji. [1-7]
Kelemahan2 jang terdapat pada buku itupun
memberikan sumbangan terhadap pengaruhnja jang segera. Gajanja-jang literer,
kadang2 bahkan melondjak tinggi, mendapatkan pembatja jang banjak dan
bagaimaaiapun merupakan.seguatu jang menjegarkan setelah bertahuntahun lamanja
berfilsafat Hegelian jang abstrak dan sudit. Hal jang sama berlaku bagi
pendewaannja jang boros terhadap tjinta, jang, tampil sesudah kekuasaan
berdaulat jang takdapat dibiarkan sekarang ini dari ,,akal murni",
mempunjai permaafannja, djika bukan pembenarannia. Tetapi harus tidak kita
lupakan jalah bahwa ajustrudua kelemahan Feuerbach itu, jaitu bahwa
,,Sosialisme sedjati", jang sedjak tahun 1844 telah meluas bagaikan
penjakit pes di Djerman ,,terpeladjar", mengambil sebagai titik-tolaknja,
penggantian pengetahuan ilmiah dengan kalimat2 literer, pembebasan umatmanusia
lewat ,,tjinta" sebagai gzdti pembebasan proletariat lewat perubahan
ekonomi dari produksi - singkatnja, menenggelamkan dirinja didalam tulisan baik
jang memualkan dan didalam keasjikan tjinta2 jang chas Herr Karl Grun.
Hal lain jang semestinja tidak kita Inpakan
ialah aliran Hegelian berantakan, tetapi filsafat Hegelian tidak teratasi lewat
kritik;. Strauss dan Bauer masing2 mengambil satu seginja dan setjara polemik
mempertentangkan segi itu terhadap segi jang lain. Feuerbach mendobrak sistim
itu dan dengan begitu soda melemparkannja. Tetapi sesuaftu filsafat tidak
dikesampingkan dengan hanja mengatakan bihwa ia palsu. Dan karja ia.ng begitu
perkasa seperti filsafat Hegel, jang telah mempunjai pengaruh jang begitu besar
tenhadap perkembangan intelektuil nasion, tidak bisa dilemparkan kesamping
dengan hanja mengabaikannia. Ia harus ,,disangkal" menurut artinja
sendiri, jaitu dalam arti bahwa disampang bentuknja harus ditiadakan lewat
kritik, isi baru jang telah ditjapai lewat filsafat itu harus diselamatkan.
Bagaimana ihal, itu terwudjud akan kita lihat, dibawah ini.
Tetapi, sementara itu, Revolusi 1848 tanpa
upatjara esampingkan seluruh filsafat itu persis seperti djuga Feuerbach tanpa
upatjara telah mengesampingkan Hegel.. Dan dalam prosesnja Feuerbach sendiri
didesak djuga kebelakang.
[1-1] Ludwig Feuerbach, oleh K.N. Starcke,
Ph.D, Stuttgart. Ferd. Enke, 1885. (tjatatan
Engels).
[1-2] Dulam fikiran Engels terlintas
tjatutan Hei,,ie tentang ,revolusi filsafat Djerman" jang terdapat didalam
sketsa Heine Zur Geschichie der Religion
und Philosophie in Deutschland (Tentang
Sedjarah Agama dan Filsafat di Djerman), ditulis dalam tahun 1833. - red.
[1-3] pietis = orang jang amat saleh.
[1-4] Deutsche
Jahrbiicher fur Wissenschaft und Kunst (Madjalah
Tahunan Djerman untuk ilmu dan seni), organ kaum Hegelian Muda jang
redaksinja dipimpin oleh A. Ruge dan T. Echtermeyer, dan diterbitkan di Leipzig
dari tahun 1841 sampai 1843. - red.
[1-5] Jang dimaksud Engels jalah tulisan
Max Stirner (nama samaran Kaspar Schmidt) Der
Einzige und Sein Eigentum jang terbit dalam tahun 1845. - red.
[1-6] Tulisan Fouerbach Das Wesen des Christentums (Hakekat Agama
Kristen) terbit di Leipzig dalam tahun 1841. - red.
[1-7] Djudul lengkap buku Marx dan Engels
ini jalah Die Heilige Familie oder Kritik
der kritischen Kritik. Gegen Bruno Bauer und Konsorten (Keluarga Sutji,
atau Kritik terhadap Kritik jang kritis. Menentang Bruno Bauer dkk). Mulanja
diterbitkan di Frankfurt Main dalam tahun 1845. - red.
Ludwig Feuerbach dan Achir Filsafat Klasik
Jerman
Friedrich Engels, 1888
Katapengantar
Dalam kata pendahuluan pada Sumbangan kepada Kritik terhadap Ekonomi
Politik, yang diterbitkan di Berlin dalam tahun 1859, Karl Marx
menceriterakan bagaimana dalam tahun 1845 di Brussels, kami berdua mulai
"menyusun bersama pendirian kami" - konsepsi materialis tentang
sejarah yang diolah secara mendetail terutama oleh Marx - "yang akan
dipertentangkan dengan pendirian ideologi filsafat Jerman, sesungguhnya, untuk
mengadakan perhitungan dengan hati nurani filsafat kami yang dahulu. Maksud itu
dilakukan lewat bentuk kritik terhadap filsafat sesudah-filsafat-Hegelian.
Manuskripnya, dua jilid besar ukuran oktavo, telah lama sampai di tempat
penerbitannya di Westfalen ketika kami menerima berita bahwa keadaan yang
berubah tidak memungkinkan penerbitannya. Kami dengan lebih rela menyerahkan
manuskrip itu kepada kritik tikus, yang memakan manuskrip itu, karena kami
telah mencapai tujuan kami yang utama - penjelasan-sendiri."
Sejak itu lebih daripada 40 tahun telah
berlalu dan Marx meninggal dunia sebelum salah satu di antara kami mempunyai
kesempatan kembali pada persoalan itu. Kami telah menyatakan pendirian kami di
berbagai tempat mengenai hubungan kami dengan Hegel, tetapi di tempat manapun
tidak pernah dalam penguraian yang lengkap dan bersambung. Kembali ke
Feuerbach, yang bagaimanapun dalam banyak hal merupakan mata rantai penghubung
antara filsafat Hegel dengan konsepsi kami, kami tidak pernah.
Sementara itu, pandangan dunia Marxis telah
mendapatkan wakil-wakilnya jauh di luar perbatasan Jerman dan Eropa serta di
dalam semua bahasa literer di dunia ini. Di pihak lain, filsafat klasik Jerman
sedang mengalami semacam kelahiran kembali di luar negeri, terutama di Inggris
dan Skandinavia, dan di Jerman sendiripun orang mulai merasa bosan dengan
makanan eklektisisme yang pantas hanya bagi pengemis, yang dijejalkan di dalam
universitas-universitas di negeri itu dengan nama filsafat.
Dalam keadaan yang seperti itu, suatu
penguraian singkat, bersambung tentang hubungan kami dengan filsafat Hegel,
tentang bagaimana kami bertolak daripadanya serta bagaimana kami berpisah
dengannya, bagi saya terlihat semakin diperlukan. Begitu pula, pengakuan
sepenuhnya terhadap pengaruh Feuerbach, lebih daripada ahli filsafat lainnya
sesudah-filsafat-Hegelian, pada kami selama periode yang penuh dengan badai dan
tekanan, bagi saya terlihat sebagai hutang kehormatan yang belum dilunasi. Maka
itu, saya dengan senang hati menggunakan kesempatan ketika redaktur Neue Zeit meminta kepada saya suatu
tinjauan kritis terhadap buku Starcke tentang Feuerbach. Sumbangan saya itu
diterbitkan di dalam nomor 4 dan 5 tahun 1886 majalah itu dan sekarang terbit
sebagai penerbitan tersendiri dalam bentuk yang sudah diperbaiki.
Sebelum tulisan ini dikirimkan ke
percetakan saya sekali lagi mengadakan penyelidikan yang seksama dan melihat-lihat
manuskrip lama tahun 1845-1846. Bagian yang berhubungan dengan Feuerbach belum
diselesaikan. Bagian yang sudah selesai mencakup penguraian mengenai konsepsi
materialis tentang sejarah yang hanya membuktikan betapa masih tidak lengkapnya
pengetahuan kami tentang sejarah ekonomi pada saat itu. Ia tidak mengandung
kritik tentang ajaran Feuerbach itu sendiri; maka itu, untuk maksud sekarang
ini, ia tidak dapat digunakan. Di pihak lain, di dalam buku catatan lama Marx
saya telah menemukan sebelas tesis tentang Feuerbach yang dalam penerbitan ini
dimuat sebagai lampiran. Tesis itu adalah catatan-catatan yang secara
tergesa-gesa dicoretkan untuk kemudian diolah, dan untuk diterbitkan, tetapi
pertama yang di dalamnya terkandung benih-benih yang brilyan dari pandangan
dunia baru.
Friedrich
Engels
London, 21 Februari 1888.
Ditulis oleh Engels untuk edisi tersendiri
bukunya Ludwig Feuerbach dan akhir filsafat klasik Jerman, yang terbit di
Stuttgart dalam tahun 1888. Diterbitkan menurut teks buku itu.
Ludwig Feuerbach dan Achir Filsafat Klasik
Jerman
Friedrich Engels, 1888
II - Materialisme dan Idealisme
Masalah fundamental jang besar dari semua
filsafat, teristimewa dari filsafat jang achir2 ini, jalah masalah mengenai hubungan
antara filkiran dengan keadaan. Sedjak zaman purbakala, ketika manusia, jang
masih samasekali tidak tahu tentang susunan tubuh mereka sendiri, dibawah
rangsang chajal2 impian [2-1] mulai pertjaja bahwa fikiran dan pl-rasaan mereka
bukanlah aktivitet2 tubuh mereka, tetapi, aktivitet2 suatu njawa jang
tersendiri jang mendiami tubuhnja dan meninggalkan bubuh itu ketika mati -
sedjak waktu itu manitsia didorong untuk memikirkan tetitang hubungan antara
njawa dengan dunia luar. Djika pada waktu seseorang meninggal dunia njawa itu
meninggalkan tubuh dan hidup terus, maka tidak ada alasan untuk merekareka
kematian lain jang tersendiri baginja. Makaitu timbul ide tentang
kekekal-abadian, jang pada tingkat. perkembangan waktu itu samasekali tidak
nampak sebagai penghibur tetapi sebagai takdir jang tenhadapnja tia,da berguna
mengadakan perlawanan, dan sering sekali, seperti dikalangan orang2 junani,
sebagai malapetaka jang sesungguhnja. Bukannja hasrat keagamaan akan suatu
penghibiur, tetapi kebingungan japg timbur dari ketidaktahuan umum jang lazim
terftang apa jang harus diperbuat dengan njawa itu, sekali adanja njawa itu
diakui, sesudah tubuh mati, menudju setjara lumum kepada faham bojak tentang
kekekal-abadian perorangan. Dengan tjara jang persis sama, lahirlah dewa2
pertama, lewat personifikasi kekuatan2 alam.,Dan dalam perkembangan agama2
selandjutnja dewa2 itu makin lama makin mengambil bentuk2 diluar-keduniawian,
sehingga achirnja lewat proses abstraksi, saja hampir bisa mengatakan proses
penjulingan, jang terdiadi setjara wadjar dalam proses perkembangan intelek
manusia, dari dewa2 jang banjak djumlahnja itu, jang banjaksedikitnja terbatas
dan saling-membatasi, muntjul di dalam fikiran2 manusia ide tentang satu tuhan
jang eksklusif dari agama2 monoteis.
Djadi masalah, hubungan, antara fikiran
dengan keadaan, hubungan antara djiwa dengan alam - masalah jang terpenting
dari seluruh filsafat - mempunjai, tidak kurang daripada semua aaama, akar2nja
didalam faham2 kebiadaban jang berfikiran-sempit dan tiada berpengetahuan.
Tetapi masalah itu untuk pertama kalinja dapat diadjukan dengan seluruh
ketadjamannja, dapat mentjapai artipentingnja jang sepentbhnja, hanja setelah
umatmanusia di Eropa bangun dari kenienjakan tidur jang lama dalam Zaman Tengah
Nasrani. Masalah kedudukan fikiran dalam hubungan dengan keadaan, suatu masalah
jang, sepintas lalu, telah memainkan peranan besar djuga dalam skolastisisme
Zaman Tengah, masalah: jang mana jang primer, djiwa atau alam - masalah itu,
dalam hubungan dengan geredja, dipertadjam mendjadi : Apakah Tuhan mentjiptakan
dunia ataiukah dunia sudah ada sedjak dulu dan akan tetap ada dikemudian hari?
Djawaban2 jang diberikan oleh para
ahlifilsafat kemasalah ini membagi mereka kedalam dua kubu besar. Mereka jang
menegaskan bahwa djiwa adajang primer djika dibandingkan dengan alam, dan
karenanja, achirnja, menganggap adanja pentjiptaan dunia dalam satu atau lain
bentuk - dan dikalangan para ahlifilsafat, Hegel, misalnja, pentjipaan ini
sering mendjadi lebih rumit dan mustahil daripada dalam agama Nasrani -
merupakan kubu idealisme. lang lain, jang menganggap alim sebagai jang primer,
tergolong kedalam berbagai mazhab materialisme.
Dua pernjataan ini, idealisme,dan
materialisme, mula2 tidak mempunjai arti lain daripada itu; dan disinipun kedua
pernjataan itu tidak digunakan dalam afti lain apapun. Kekatiauan apa jang
timbul bila sesluatu artilain diberikan kepada kedua pernjataan itu akan kita
lihat dibawah ini.
Tetapi masalah hubungan antara fikiran
dengan ke. adaan mempunjai segi lain lagi - bagaimana hubungan fikiran kita
tentang dunia disekitar kita tengan dunia itu sendiri ? Dapatkah fikiran kita
mengenal dunia jang seb narnja ? Dapatkah kita menghasilkan pentierminan tepat
dari realitet didalam ide2 dan pengertian2 kita tentang dunia jang sebenarnja
itu ? Dalam bahastt filsafat masalah i,,ni dinamakan masalah identitet fikiran
dengan keadaan, dan djumlah jang sangat besar dari para ahlifilsafat
membertikan djawaban jang mengijakan atas pertanjaan ini. Hegel, misainja,
pengijaannja sudah djelas dengan sendirinja; sebab apa jang kita kenal didalam
dunia niata adalah djustru isi-fikirannja - jang mendjadikan dunia ber-angsur2
suatu realisasi dari ide absolute jang sudah ada disesuatu tempat sedjak
dahulukala, lepas dari dunia dan sebelum dunia. Tetapi adalah dielas, tanpa
bukti lebih laddjut, bahwa fikiran dapat mengetahui isi jang sedjak semula
adalah isi-fikiran. Adalah sama djelasnja bahwa apa jang harus dibuktikan
disini sudah dengan sendirinja terkandung didalam premis2nja. Tetapi hal itu
sekali-kali tidak merintangi Hegel menarik kesimpulan lebih landjut dari
pembuk,tiannja tentang identitet fikiran dengan keadaan jaitu bahwa
filsafatnja, karena tepad bagi pemikirannja, adalah satu-satunja jang tepat,
dan bahwa identitet fikiran dengan keadaan mesti membuktikan keabsahannja
dengan djalan umatmanusia segera menterdjemahkan filsafatnja dari teori kedalam
praktek dan mengtubah selumh dunia sesuai dengan prinsip2 Hegel. Ini adalah
suatu chajalan jang sama2 terdapat pada Hegel dan pada hampir semua
ahlifilsafat.
Disamping itu masih ada segolongan
ahlifilsafift lainnja - mereka jang meragukan-kemungkinan pengenalan apapun,
atau sekurang-kurangnja pengenalan jang selengkap-lengkapnja, tentano dunia.
Didalam golongan ini, diantara para ablifilsafai jang lebih modern, termasuk
Hume dan Kant, dan mereka telah memainkan peranan jang sangat penting dalam
perkembangan filsafad. Apa jang menentukan dalam menjangkal pandangan ini sudah
dikatakan oleh Hegel, redjauh ini mungkin dari pendirian idealis. Tarribahan2
materialis jang diadjukan oleh Feuerbach, adalah lebih bersifat tjerdik
daripada mendalam. Penjangkalan jang paling kena terhadap fikiran aneh ini
seperti terhadap semua fikiran filsafat jang aneh lainnja jalah praktek, jaitu
eksperimen dan industri. Djika kita dapat membuktikan ketepatan konsepsi kita
tentang suatu proses alaw-dah dengan meinbikinnja sendiri, dengan
mentjiptakannja dari sjarat2nja dan malahan membuatnia berguna untuk makstid2
kita sendiri, maka berachirlah sudah ,,konsepsi" Kant jang takterfahami
itu tentang ,ben-dadalam-dirinja". Zat2 kimia jang dihasilkan didalam
tumbuh2an dan didalam tubuh binatang tetap merupakan ,bendadalam-dirinja"
itu sampai ilmu kimia organik mulai menghasilkan zat2 itu sadu per satu;
sesudah itu ,,bendadalam-dirinja" mendjadi benda untuk kita, seperti,
misalnja, alizarin, zat warna dari tumbuh2an Rubiantinetorum, jang kita tidak
susah2 lagi menghasilkannja didalam akar2 tumbuh2an itu diladang, tetapi
membuatnja djauh lebih murah dan sederhana dari tir batubara. Selama 300 tahun
sistim tatasurja Copernikus merupakan hipotesa dengan kemungkinan benarnja
seratus, seribu atau sepuluh ribu lawan satu, meskipun masih tetap suatu hi
otesa. Tetapi ketika Leverrier, dengan bahan2 jang diberikan oleh sistim itu,
bukan hania menarik kesimpulan tentang keharusan adanja suatu planit jang tidak
diketahui, tetap; djuga menghitung kedudukan jang mesti ditempati oleh planit
itu dilangit, dean ketika Gallilei benar2 menemtikan planit itu, [2-2] maka
terbuktilah kebenaran sistim Copernikus itu. Djika, sekalip!uii demikian, kaum
Kantian Baru sedang mentjoba menghidupkan kembali faham Rant di Djerman dan
kaum agnostik menghidupkan kembali faham Hume di Inggris (dimana faham itu
sesungguhnja belum pernah lenjap), maka, mengingat bahwa setjara teori dan
praktek bantahan terhadap faham2 itu sudah lama ditiapai, hal ini setjara
ilmiah merupakan kemunduran dan setjara praktis hanja merupakan tjara
kemalu-maluan da]am menerima materialisme dengan diam2, sambil mengingkarinja didepan
dunia.
Tetapi selama periode jang Pandang iiii,
jaitu sedjak Descartes sampai Hegel dan sedjak Hobbes sampai Feuerbach, para
ahlifilsafat sekali-kali tidak didorong, seperti jang irtereka fikirkan, oleh
kekuatan akal murni sernata. Sebaliknja, jang betul2 sangat mendorong mereka
madju jalah kemadjuan jang perkasa dan semakin tjepat dari ilmu2 alam dan
industri. Dikalangan kaum materialis hal ini terang-benderang terlihat
dipermukaan, tetapi sistim2 idealis djuga semakin banjak mengisi diri dengan isi
materialis dan mentjoba setjara panteis mendamaikan pertentangan antara fikiran
dengan materi. Djadi, achirnja, mengenai metode dan isi sistim Hegelian
hanjalah mewakili materialisme jang diditingkirbalikkan setjara idealis.
Oleh sebab itu dapat difahami bahwa Starcke
dalam karakterisasinja tentang Feuerbach per-tama 2 menjelidiki pendirian
Feuerbach dalam hublingan dengan masalah fundamental ini, jaitu hubungan
fikiran dengan keadaan. Sesudah mengadjukan suatu pengantar singkat, dalam mana
pendirian2 ahlifilsafat2 jang terdahulu, terutama sedjak Kant, dilukiskan dalam
bahasa filsafat jang setjara tidak semestinia berat, dan dalam mana Hegel, oleh
karena terlalu formalistis berpegang teguh pada bagian2 tertentu dari
karja2nja, pendapat djauh lebih sedikit daripada jang patut baginja, menjusul
suatu penguraian mendetail tentang djalan perkembangan ,,metafisika"
Feuerbach itu sendiri, sebagaimana djalan ini ber-turut2 ditjertninkan didalam
tulisan2 filosuf itu jang ada sangkutpautnja disini. Penguraian itu disusun
dengan radjin dan terang; hanja, seperti hainja seluruh buku itu, penguraian
itu diisi dengan beban fraseologi filsafat jang disana-sini bukannja samasekali
tidak dapat dihindari dan jang pengarfuhnja lebih mengganggu semakin kurang
pengarangnja berpegang pada tiara pengungkapan mazhab jang itu2 djuga, atau
bahkan tiara pengungkapan Feuerbach sendiri, dan sernakin baniak dia
menjisipkan ungkapan2 alilran2 jang sangat ber-beda2, terutama aliran2 jang
kini meradjalela dan, menamakan dirinja aliran filsafat.
Djalan evolusi Feuerbach jalath djalan
evolusi seorang Hegelian - memang, tidak pernah seorang ortodoks Hegelian jang
sempurna - mendjadi seorang materialis; suatu evolusi jang pada tingkat
tertentu mengharuskan adanja pemutusan hubungan seluruhnia dengan sistim
idealis dari pendahulunja. Dengan kekuatan jang taktertahan, Feuerbach achirnja
didorong menginsafi, bahwa adanja ,,ide absolut" pra-dunia dari Hegel,
,,adania terlebih dulu kategori2 logis" sebelum dunia ada, adalah tidak
lain daripada sisa2 chajalan dari kepertjajaan tentang adanja pentjipta
diluar-dunia; bahwa dunia materiil jang dapat dirasa dengan pantjaindera, jang
kita sendiri termasuk didalamnja, adalah satu2nja realitet; dan bahwa kesedaran
serta pemikiran kita, betapa diatas-pantja-inderapun nampaknja, adalah hasil
organ tubuh jang materiil, jaitu otak. Materi bukanlah hasil djiwa, tetapi
djiwa itu sendiri ihanjalah basil tertinggi dari materi. Ini sudah tentu adalah
materialisme se-murni2lja. Tetapi setelah sampai sedemikian djauh, Feuerbach
tiba2 berhenti. Dia tidak dapat mengatasi purbasangka filsafat jang lazim,
purbasaiigka bukail terhad-ap barangnja tetapi terihadap na-na materialisme.
Dia berkata: ,,Bagi saja materialisme adalah dasar dari bangunan hakekat dan
pengetahuan manusia; tetapi bagi saja materialisme bukanlah seperti bagi
ahlifisiologi, seperti bagi sardjana ilmu2 alam dalam arti jang lebih sempit,
misainja, bagi Moleschott, dan memang suatu kehartisan menurut pendirian dan
pekerdjaan mereka, jaitu bangunan itu sendiri. Kebelakang saja setudju
sepenubnja dengan katim materialis; tetapi kedepan tidak."
Disini Feuerbach mentjampurbaurkan
materialisme jang merupakan pandangan-dunia umum jang bersandar pada pengertian
tertentu tentang hubungan antara materi dengan fikiran. dengan hentuk chustus
dalam mana palidangan-dunia ini diniatakan pada tingkat sedjarah tertentu,
jaitu dalani abad ke-i8. Lebih daripada itu, dia mentjampurbaurkannja dengan
bentuk jang dangkal, jang divulgerkan, dalam mana materialisme abad. ke-18
hidup terus hingga harini didalam kepala2 para ahli ilmu2 alam dan fisika,
bentuk jang dichotbahkan oleh Büchner, Vogt dan Moleschott pada tahun
limaryuluhan dalam perdjalanan keliling mereka. Tetapi. sebagaimana idealisme
mengalami sederet tingkat2 perkembangan, begitu djuga materialisme. Dengan
setiap penemuan jang membuat zaman, sekalipun dibidang ilmu2 alam, materialisme
harus mengubah bentuknia, dan setelah sedjarah djuga dikenakan perlaktian
materialis, maka disinipun terbuka djalan raja perkembangan jang baru.
Materialisme abad jang lampau adalah
terutama mekanis, sebab pada waktu itu, diantara semua ilmu2 alam hanja ilmu
mekainka, dan memang hatija ilmu mekanika benda2 padat - langit dan bumi -
pendek kata, ilmu mekanika gajaberat telah mentjapai titikachir tertentu. Ilmu
kimia pada waktu itu baru berada dalam masa kanak2nja, dalam bentuk phlogistis.
[2-3] Biologi masih berlampin; organisme2 tumbuh2an dan hewan baru sadia
diperiksa setjara kasar dan didjelaskan sebagai akibat sebab2 mekanik semata.
Seperti hewan bagi Descartes, begitu djuga manusia bagi kaum materia.lis abad
ke-18 adalah suatu mesin. Pentrapan setjara eksklusif .norma2 mekanika ini pada
proses2 jang bersifat kimiawi dan organik - jang didalamnja hukum2 mekanika
memang berlaku tetapi didesak kebelakang oleh hukum2 lain jang lebih tinggi -
merupakan keterbatasan chusus jang pertama tapi jang pada waktu itu
takterhindarkan dari materialisme klasik Perantjis.
Keterbatasan chusus jang kedua dari
materialisme ini terletak dalam ketidakmampuannja memahami alamsemesta sebagai
suatu proses, sebagai materi jang mengzilami perkembangan sedjarah jang tak
putus2nja. Ini sesuai dengan tingkat ilmu2 alam pada waktu itu, dan dengan
tjara berfilsafat setjara metafisik, jaitu antidialektik, jang bertalian dengan
tingkat jlmu2 itu. Alam, sedjauh jang gudah diketahui, berada dalam gerak jang
kekal-abadi. Tetapi menurut ide2 pada waktu itu, gerak itu berlangsung, djuga
dengan kekal-abadi, dalam lingkaran dan karenanja tidak pernah berpindah dari
tempatnja: gerak itu berulang-ulang menghasilkan hasil jang tu2 djuga. Pandan
an iru pada waktu itu tidak dapat dielakkan. Teori Kant tentang asal-usul
tatasuria [2-4] baru sadja dikemukakan dan masih dianggap sebagai suatu barang
adjaib belaka. Sediarah perkembangan bumi, geologi, masih samasekali belum
diketahui, dan konsepsi bahwa machluk2 alam jang bernjawa ,diharini adalah
hasil guatu rentetan perkembangan jang pandjang dari jang sederhana ke jang
rumit, pada waktu itu samasekali tidak -dapat dikemukakan setjara ilmiah. Oleh
sebab itu pendirian jang tidak historis terhadap alam :tidak dapat dielakkan.
Semakin kuranglah alasan kita untuk mentjela para ahlifilsafat abad ke-18
tentang hal itu, karena hal jang sama terdapat pada Hegel. Menurut Hegel, alam,
seba ai ,,pendjelmaan" semata diri ide, tidak mampu berkembang dalam waktu
.hanja mampu memperbesar kelipatgan-daannja dalam ruang, sehingga alam
bersemaan wakeu dan berdampingan satusamalain memperlihatkan semua tingkat
perkembangah jang terkandung didalamnja, dan ditakdirkan mengalami pengulangan
jang kekal-abadi dari proses-proses jang itu2 djuga. Hal jang takmasuk akal
ini, jaitu perkembangan dalam ruang, tetapi jang lepas dari waktu - sjarat
fundamental bagi semua perkembangan - dipaksakan oleh Hegel pada alam djustru ketika
geologi, embriologi, fisiologi tumbuh2an dan hewan, serta ilmu kimia organik
sedang dibangun, dan ketika dimana-mana berdasarkan ilmu2 baru ini sedang
tampil ramalan2 gemilang dari teori evolusi jang datang kemudian (misalnja;
Goethe dan Lamarck). Tetapi sigtim menuntutnja; makaitu metode, demi
kepentingan sistim, harus mendjadi tidak djudjur terhadap dirinia sendiri.
Konsepsi tidak-historis jang sama berkuasa
djuga dibidang sedjarah. Dibidang itu perdpuangan melawan sisa2 Zaman Tengah
memburengkan pandangan. Zaman Tengah dianggap sebagai interupsi sedjarah belaka
selama seribu tahun kebiadaban umum. Kemadjuan besar jang dibuat dalam Zaman
Tengah - peluasan wilajah kebudajaan Eropa, nasion2 besar jang berdajahidup
sedang terbentuk diwilajah itu damping-mendampingi, dan achirnja kemadjuan
teknik jang luarbiasa pada abad ke-14 dan ke-15 - semua ini tidak dilihat.
Djadi tidak dimungkinkan adanja pengertian rasionil tentang saling-hubungan
kesedjarahan jang besar, dan sedjarah paling banjak mendjadi suatu kumpulan
tjontoh-tjontoh dan ilustrasi2 untuk digunakan oleh para ajhlifilsafat.
Pendjadja2 jang melakukan pemvulgeran, jang
di Djerman pada tahun limapuluhan berketjimpung dalam materialisme, samasekali
tidak mengatasi keterbatasan guru2 mereka itu. Seluruh kemadjuan ilmu2 alam
jang sementara itu telah ditjapai bagi mereka hanjalah bukti2 baru sadja jang
dapat digunakan untuk menentang adanja pentjipta dunia; dan, memang, mereka
samasekali tidak mendja,dikan pengembangan teori itu lebih djauh sebagai usaha
mereka. Walaiuptin idealisme sudah tidak bisa berkembang lagi dan mendapat
pukulan jang mematikan dari Revolusi 1848, ia mempunjai kepuasan melihat bahwa
materialisme untuk waklu itu sudah tenggelam lebih dalam lagi. Tidak dapat
disangkal bahwa Feuerbach adalah benar ketika dia menolak memikul
tanggungdjawab atas materialisme itu; hanja dia semestinja tidak
mentjampurbaurkan adjaran2 pengohotbah2 berkelilling itu dengan materialisme
pada umumnja.
Tetapi, disini, ada dua hal jang harus
diperhatikan. Pertama, semasa hidup Feuerbachpun, ilmu2 alam masih berada dalam
proses pergolakan jang hebat, pergolakan jang baru selama limabelas tahtin jang
achir2 ini mentjapai kesimpulan relatif jang membawa kedjelasan. Bahan2 ilmiah
baru telah diperoloh dalam ukuran jang belum pernah terdengar hingga kini,
tetapi penetapan saling-hubungan, dan dengan demikian soal membawa ketertiban
kedalam kekatjauan penemuan2 jang dengan tjepatnja susul-menjusul, baru achir2
ini mendjadi mungkin. Memang benar bahwa Feuerbach semasa hidupnja masih sempat
menjaksikan ketiga penemuan jang menentukan - penemuan sel, pengtibahan enersi
dan teori evolusi, jang diberi nama menurut Darwin. Tetapi bagaimana seorang
ahlifilsafat jang kesepian, jang hidup dalam kesunjian desa, dapat setjara memuaskan
mengikuti perkembangan2 ilmiaih guna menghargai menurut sepenuh nilainja
penemiuan2 jang sardiana2 jlmu2 alam sendiri pada waktu itu masih membantahnja
atau tidak tahu bagaimana menggunakannja sebaik-baiknja ? Kesalahan tentang ini
semata-mata terletak pada sjarat2 jang menjedihkan jang terdapat di Djerman,
jang mengakibatkan tukang2 tindas-kutu ekleytis jang melamun telah menempati
nimbar2 filsafat, sedangkan Feuerbach jang mendjulang tinggil diatas mereka
semoua, harus tinggal diudik dan membusuk disuatu desa ketjil. Makaitu bukanlah
salah Feuerbach bahwa konsepsi historis tentang alam, jang kini sudah rpungkin
dan jang menjingkirkan segala keberatsebelahan materialisme Perantjis, tetap
taktertjapai olehnja.
Kedua, Feuerbach memang tepat dalam menjatakan
bahwa materialisme alam-ilmiah jang eksklusif adalah sesungguhnja ,dasar dari
bangunan pengetahuan manusia, tetapi blikan bangunan itu sendiri." Karena
kita tidak hanja.hidup didalam alam, tetapi djuga didalam masjarakat manusia,
dan inipun, tidak kurang daripada alam, mempunjai sedjarah perkembangannja dan
ilmunja. Oleh sebab itu soalnja jalah membikin ilmu tentang masjarakat, jaitu
djumlah keseluruihan dari apa jang dinamakan ilmu2 sedjarah dan filsafat,
selaras dengan dasar mdterialis, dan membang-uiinja kembali diatas dasar iu.
Tetapi tidak ditakdirkan bahwa Feuerbachlah jang melakukan hal jang demikian
itu. Meskipun ada ,,dasar"nia, dia disini tetap terikat oleh belenggul2
idealis jang tradisionil, suatu kenjataan jang dia akui dengan kata2 berikut ini
: ,,Kebelakang saja setudju dengan kaum materialis, tetapi kedepan tidak!"
Tetapi disini Feuerbach senditilah jang tidak madju ,,kedepan", kelapangan
sosial, jang tidak dapat melampaui pendiriannja tahun 1840 atau 1844. Dan lagi
ini titrutama disebabkan oleh pengasingan diri jang memaksa dia, jang, diantara
semua filosuf, adalah jang paling tjenderung kepada pergablan, kemasjarakatan,
untuk menghasilkan fikiran2 dari kepalanja jang kesepian itu dan bukan
sebaliknja, jaitu dari pertemuan2 jang bersahabat dan bermusuhan dengan orang2
lain jang sekaliber dengan dia. Kelak akan kita lihat setjara mendetail
seberapa banjak dia tetap seorang idealis didalam bidang itu.
Hanja perlu ditambahkan lagi -disini bahwa
Starcke mentjari idealisms Feuerbach ditempat jang salah. ,,Feuerbach adalah
seorang idealis; dia pertjaia akan kemadjuan umatmanusia." (hlm. 19).
,,Dasar, bangunanbawaih dari keseluruhannja, bagaimanapun tetap idealiisme.
Realisme bagi kami tidaklah lain daripada suatu perlindungan terhadap penjelewengan2,
sementara kami mengikuiti ketjenderungan2 ideal kami. Bukankah kasih, tiinta
dan kegairahan akan kebenaran dan keadilan merupakan kekua:tan2 ideal ?"
(hlm. VIII).
Pertama, idealisms disini tidak mengandung
arti lain daripada pengedjaran tudjuan2.ideal. Tetapi, ini seharusnja paling2
menjangkut idealisms Kant dan ,,imperatif kategoris"nja, sebaliknja, Kant
sendiri menjebut filsafatnja ,idealisme transcendental"; dan sekali-kali
bukan karena dia didalamnja djuga mempersoalkan tjita2 etika, tetapi kaiena
alasan2 jang lain samasekali, sebagaimana Starcke akan ingat. Tachajul bahwa
idealisms filsafat bersendikan kepertjajaan akan tjita2 etika, jaitu tjita2
sosial, timbul diluar filsafat, dikalangan kauin filistin Dierman, jang
mengapalkan diluarkepala beberapa bagian kebudajaan filsafat jang mereka
perlukan dari sjair2 Schiller. Tidak seorangpun jang lebih keras mengetjam
,,imperatif kategoris" Kant jang impoten impoten karena dia menuntut hal
jang tidak mungkin, dan karenanja tidak pemah mendjadi kenjataan tidak,
seorangpun . jang lebih kedjam mentjemoohkan kegairahan filistin jang
sentimental akan tjita2 jang tak dapat direalisasi jang diadjukan oleh
Schiller, -daripada djustru Hegel, orang idealis jang sempurna itu. (Lihat
misalnja, bukunja Fenomenologi).
Kedua, kita sekali-kali tidak dapat
melepaskan diri dari kenjataan bahwa segalasesuatu jang membikin manusia
bertindak harus melalut dtak mereka - bahkan makan dan minum, jang mulai
sebagai akibat dari rasalap ar atau rasahaus jana disampaikan melalui otak dan
berachir sebagai hasil rasapuas jang djuga. disampaikan melalui otak. Pengaruh2
dunia luar terhadap manusia menjatakan dirinia didalam otaknja, ditjerminkan
didalamnja sebagai perasaan, fikiran, rangsang, kemauan - pendekkata, sebagai
,,ketjenderungan2 ideal", dan dalam bentuk ini mendjadi ,,kekuatan2
ideal". Makaitu, djika seseorang harus dianggap idealis karena dia
mengikuti ,,ketienderungan2 ideal" dan mengakui bahwa ,,kekuatan2
ideal" mempunjai pengaruh terhadap dia, maka sietiap orang jang agak normal
perkembangannja adalah seoreang idealis sedjak labimja dan djika demikian
apakah masih bisa ada seorang materialis ?
Ketiga, kejakinan bahwa kemanusiaan,
sekurangkurangnja paaa saat sekarang ini, dalam keseluruhannja bergerak menurut
arah jang madju tidak mempuniai sangkutpaut apapun dengan antagonisms antara
materialisme dan idealisms. Katum materialis Perantjis, tidak kurang daripada
orang2 deis seperti Voltaire dan Rousseau menganut keiakinan itu dalam derad at
jang hampir fanatik, dan kerapkali telah membuat pengorbanan perorangan jang
paling besar untuk kejakinan itu. Dilka pernah ada orang jang mengabdikan
seltiruh hidupnja kepada ,,kegairahan' akan kebenaran dan keadilan" -
menggunakan kata2 itu dalam arti jang baik - maka orang itu adalah Diderot,
misalnja. Oleh sebab itu, djika Starcke menjatakan bahwa gemua itu adalah
idealisms, maka ini hanja membuktikan bahwa bagi dia kata materialisme, dan
seluruh antagonisms antara kedua aliran, iku, telah hilang segala artinja.
Kenjataannja jalah bahwa Starcke, walaupun
barang. kali setjara tidak sedar, dalam hal ini memberi konsesi jang tidak
dapat diampuni kepada prasangka filistin jang tradisionil mengenai perkataan.
materialisme, jang diakibatkan oleh pemfitnahan kata itu dalam waktu lama oleh
pendeta2. Perkataan materialisme oleh sifilistin diartikan kerakusan,
kemabukan, mata-kerandjang, nafsu berahi, kesombongan, kelobaan, kekikiran,
ketamakan, pengedjaran laba dan penipuan bursa - pendeknja, segala kediahatan
busuk jang dia sendiri lakukan setjara sembunji2. Perkataan idealisms
diartikannja kepertjajaan akan kebadjikan, filantropi universal dan setjara
umum suatu ,,dunia jang lebih baik," jang dia sendiri banggakan dimuka
orang lain, tetapi jang dia sendiri hanja pertjaja selama dia berada dalam kesusahan
atau sedang mengalami kebangkrutan sebagai akibat dari ekses2
,,materialis"nja jang biasa. Waktu itulah dia menjanjikan lagu
kesaiangannja : Manusia itu apa ? - Setengah binatang, setengah malaikat.
Adapun tentang hal2 lainnja, Starcke dengan
bersusahpajah membela Feuerbach terhadap serangan2 dan adjaran2 paraasisten
profesor jang ber-teriak2, jang kini di Djerman memakai nama ahlifilsafat. Bagi
orang2 jang berminat akan tembuni dari filsafat klasik Djerman, ini sudah tentu
merupakan soal jang panting; bagi Starcke sendiri mungkin nampaknja peritu.
Tetapi, kami tak akan menjusahkan pembatja dengan itu.
[2-1] Dikalangan orang' liar dan orang2
biadab jang tingkat perkenibangailnia lebui rendah masih umum terdapat !de
bahwa bentuk' manusia jang tampil didalam mimpi adalah njawa' jang untuk
a,ementara vraktu meninggalkgn tubuh 2 manusia itu; oleh sebab itu, orang jang
sesungguhnjcaah jang bertancjguncjdjawab atas tindakan' jang dilakukan oleh
udjuduja didalam mimpi terhadcrp orang jcmg miznpi. Imthum menemukan
kepertjajaan jang seperti itu diterbna,' misalnja, dikalangan orang' Indian di
Guicma dolam tahun 1884. (Keterangan
Engels).
[2-2] Planit jang dimaksud jalah Neptunus,
ditemukan pada tahun 1846 oleh Johann Gaililei, seorang ahli astronomi di Observatorium
Berlin. - red.
[2-3] Teori phlogistis: teori jang berlaku
dibidang ilmu kimia dglam abad2 ke,17 dan ke-18 dan jang menjatakan bahwa
pembakaran terdjadi karena didalam badan tertentu terdapat zat chusus jang
bernama phlogiston. - red.
[2-4] Teori jang menjatakan bahwa matahari
dari planit2 berasal dari gumpalan kabut pidjar jang berputar. - red.
Ludwig Feuerbach dan Achir Filsafat Klasik
Jerman
Friedrich Engels, 1888
III - Feuerbach
Idealisme Feuerbach jang sesungg hnja
mendjadi djelas segera kita sampai pada filsafatnja tentang agama dan etika.
Dia samasekall tidak berkehendak menghapuskan agama; dia ingin
menjempurnakannja. Filsafat itu sendiri harus dilebur kedalam agama. ,,Periode2
kemanusiaan dibeda-bedakan hanja dengan, perubahan2 agama. Suatu gerakan
sedjarah adalah fundamental hanja apabila ia berakar didalam hati manusia. Hati
bukanlah suatu bentuk agama, sehingga jang tersebut belakangan sehavusnja ada djuga didalam hati; .hati adalah hakekat
agama." (Dikutip oleh Starcke, halaman. 168) Menurut Feuerbach, agama adau
hubungan jang berdasarkan kasih-sajang diantara machluk, hubungan jang
berdasarkan hati, hubungan mana sampai kini telah mentjari kebenarannja pada
bajangandalam-tjermin jang fantasy tentang kenjataan - dengan perantaraan satu
atau banjak Tuhan, bajangandalam-tjermin ads fantasy tentang sifat2 manusia
tetapi jang sekarang menemiukannja langsung dan tanpa sesuatu perantaraan
apapun dalam tjinta antara ,,Aku" dan ,,Engkau". Demikianlah,
achirnja, bagi Feuerbach tjinta kelamin mendjadi salahsatu bentuk tertinggi,
djika bukan bentuk jang tertinggi, dari praktek agamanja jang baru.
Kini hubungan2 antara manusia dengan
manusia, jang didasarkan pada kasihsajang, dan tertutama antara dua djenis
kelamin, telah ada selama umatmanusia ada. Chususnja tjinta kelamin telah
mengalami perkembangan dan selania delapan ratus tahun jang terachir ini
merebut suatu tempat jang membuatnja sebagai suatu titikpusat wadjib dari semua
puisi selama periode itu. Agama2 positif jang ada membatasi diri pada memberi
pengkudusan jang lebih tinggi pada tjinta kelamin jang diatur oleh negara,
jaitu, pada undang2 perkawinan, dan esokharinja semuanja dapat lenjap tanpa
mengubah sedikitpun praktek tjinta dan persahabatan. Demikianlah, agama Kristen
di Perantjis, sebenarnja, lenjap samasekali dalam tahun2 1793-1798 sehingga
Napoleonpun tidak dapat memberlakukannja kembali tanpa menghadapi oposisi dan
kesukaran; dan tanpa dirasakan kebutuhan akan suatu pengganti, menutut
pengertian Feuerbach, dalam d arak waktu itu.
Idealisme Feuerbach disini menganduna hal2
berikut ini: dia tidak begitu sadja menerima salinghubungan2 jang -didasarkan
atas ketjendemngan timbal-balik diantara umatmanusia, seperti tjinta kelamin,
persabatan, belaskasihan, pengorbanan-diri sendiri, dsbnja, persis menurut apa
adanja - tanpa menghubungkannja dengan agama tertentu jang baginia, pada
masalampau; tetapi sebaliknja bahwa hal2 itu akan memperoleh nilainja jang
penuh hanja apabila dikuduskan atasnama agama. Hal jang utama baginja bukanlah
bahwa hubungan2 jang semata-mata bersifat kemariusiaan ini ada, tetapi bahwa
hubungan-hubungan tersebut harus difahami sebagai agama baru, agama sedjati.
Hubungan2 tersebut akan meinpunjai nilai-jang penuh hanja setelah diberi tjap
agama. Agama (religi) berasad dari kata religare
dan menurut asal katanja berarti ikatan. Karena itu, setiap ikatan antara
dua orang adadah suatu agama. Muslihat2 etimologis sedemikian itu adalah tempat
berlindung filgafat idealis jang terachir. jang penting bukanlah apa arti kata
itu menurut perkembangikn seajarah penggunaannja jang sesungguhnja, melainkan
apa seharusnja artinja menurut asalkatanja. Dan dengan demikian tjinta kelamin,
dan hubungan diantara djenis2, kelamin dipudja-p,udja mendjadi agama,
semata-mata agar supaja kata agama, jang bagi kenang-kenangan idealis begitu
tertjinta, djangan sampai lenjap dari bahasa. Kaum reformis Paris dari aliran
Louis Blanc biasa berbitjara dengan tiara jang persis sama pada tahun2 empatpuluhan.
. Mereka djuga dapat menggambarkan seseorang tanpa agama hanja sebagai machluk
buas dan biasa berkata: .,Donc,
l'atheisme c'est votre religion!"[3-1]. Djika Feuerbach ingin
mendirikan agama sedjati atas dasar suatu konsepsi tentang alam jang pada
hakekatnja materialis, maka itu adalah sama dengad mengang, gap ilmttkimia
modern sebagai alkimi sedjati. Dj.ika agama bisa ada tanpa Tuhannja, maka
alkimi bdsa adi tanpa batu'filosufnja. Sambillalu, ada hubungan jang sangat
erat antara alkimi dan agama. Batu-filosuf menipuniai baniak sifat ketuhanan
dan ahli-alkim6 Mesirjunani'pada dua abad pertama zaman kita ambilbagian dalam
perkembangan doktrin2 Kristen, seperti telah dibuktikan olth bahan2 jang
diberikan oleb Kopp dan Berthelot.
Pirnjataan Feuerbach bahwa ,,periode2
kemagusiaan dibeda-bedakan ihanja dengan perubahan2 agama" pasti salah.
Titikbalik2 sedjarah jang besar telah diiringi
oleh pergantian2 agama hanja sedjauh mengenai tiga agama dutiia jang ada
sampai ki:ni - Budisme, a ama Kristen dan Islam Agama2 Sukubangsa dan nasional
lama, jang timbul setjara spontan, tidak memasukkan. orang baru kedalam
agamanja dan kehilangan seluruh daja-perlawanannji segera setelah kemerdekaan
sukubaingsa atau nasion itu hilang. Bagi orang2 Djerman tjukuplah mempunjai
hubungan sederhana dengan keradjaan dunia Ruipawi jang sedang meruntuh dan
dengan agama dunia Kristennja jang baru dipeluknja jang tjotjok dengan sjarat2
ekonomi, politik dan ideologinjat Hanja ngan agama2 chunia itu, jang timbul
sedikit-banjak setjara di-bikin2 terutama agama Kristen dan Islam, kita dapati
bahwagerakan2 sedjarah ja;ng lebih umum memperoleh tjap keagimaan. Bahkan
mengenai agama Kristen tjap keagamaan dalam revolusi2 jang mempunjai arti
benar2 universil, terbatas pada tingkat2 pertama perdjuangan burdjuasi untuk
emansipasi - dari abad ke-13 sampal abad ke-17 - dan harus diterangkan, bukan
seperti jang difikirkan Feuerbach, jaitu lewat hati manusia dan kebutuhan2
agamania, tetapi lewat seluruh sedjarah jang terdahulu dari Abad Tengah, jang
ti-dak mengenal bexituk ideologi lain daripada djustru agama dan teologi.
Tetapi ketika burdjuasi abad ke-18 telah tjukup diperkuat, djuga memiliki
ideologinja sendiri jang sesuai,dengan pendirian klasn)a sen,diri, mereka
melakukan revolusinia jang besar dan menentukan, revolusi Perantjis, memohon
kepada ide2 hukum dan politik semaita aan menqhilraukan agama .hanja sedjauh
agama itu merintangi mereka. Tetapi tidak pernah terlintas dalam fik.iran
mereka'untuk menggantikan agama jang lama dengan jang baru, Setiap orang tahu
bagaimana Robespierre gagal dalam usahanja [3-2].
Kemungkinan tentang adanja sentimen2 jang
sematamata bersifat kemanusiaandalam hubtungan kita dengan manusia2 lain dewasa
ini sudah tjukup dibatasil oleh masjarakat dimana kita harus hidup, masjarakat
jang didasarkan atas antagonisms klas dan kekuasaan klas. Kita tidak mempunjai
- alasan untuk lebih membatasinja lagi dengan mendewa-dewakan sentimen2 itu
sampai mendjadi agama. Dan begitupun pemahaman terbehap perdtuangan2 klas jang
besar didalam sedjarah telah tjukup diburengkan oleh historiografi masakini,
terutama di Djerman, sehingga tidak pula ada keperluannja bagi kita untuk
membikin pemahaman sedemikian itu samasekali tidak mungkin dengan mengubah
sedjarah perdjuangan itu mendjadi embel2 belaka dari sedjarah kegeredjaan.
Sedjak itu sudah mendjadi dielas seberapa djauh kita kini telah bergerak
melampaui Feuerbach. ,,Bagian2 tulisannja jang paling baik" jang
memuliakan agama barunja - tjinta - kini samasekali takterbatja.
Satu2nja agama jang dengan serius
diselidiki oleh Feuerbach jalah agama Kristen, agama dunia Barat, jang
berdasarkan monoteisme. Dibuktikannja bahwa Tuhan agama Kristen hanjalah suatu
pentjerminan fantastis, suatu bajangan-dalam-tjerman, dari manusia. Akan
tetapi, sekarang Tuhan itu sendiri adalah hasil proses abstraksi jang
mendjemukan, intisari jang terkonsentrasi dari banjak Tuhan sukubangsa dan
nasional jang terdahulu. Dan manusia, jang bajangannja adalah Tuhan itu, adalah
karenanja pula bukan manusia njata, tetapi begitupun djuga adalah intisari
banjak manusia njata, manusia dalam abstraksi, makaitu dia sendiri adanjata,
manusia dalam abstraksi, makaitu dia sendiri adalah bajangan rochaniah djuga.
Feuerbach, jang pada setiap halaman mengchotbahkan rasa pantjaindera, keasjikan
pada jang kongkrit, pada kenjataan, mendjadi smasekali abstrak segera dia mulai
berbitjara tentang sesuatu jang lain daripada hubungan2 kelamn semata diantara
sesama manusia.
Diantara hubungan2 itu hanja satu aspek
jang menarik perhatiannja: moral. Dan disini, djiki dibandingkan dengan Hegel,
kita teipesona lagi -oleh kekerdilan Feuerbach jang mentakdjubkan! Etika Hegel,
atau adjaran terftang tindak-tanduk moral, adalah filsafat hukum dan meliputi:
1) hukum abstrak; 2) moral; 3) etika sosial (Sittlichkeit) jang djuga mentjakup: keluarga, masjarakat sivil dan
negara. Disini isi adalah serealistis seperti bentuk adalah idealistis.
Disamping moral, seluruh lapangan hukum, ekonmi, politik termasuk disini.
Dengan Feuerbach soalnja djustru adalah kebalikannja. Dalam bentuk dia
realistis karena dia mengambil titiktogaknja dari manusia ; tetapi samasekali
tidak ada d-isebut-sebut tentang dunia tempat manusia ini hidup; makaitu,
manusia ini tetap selimanja manusia abstrak jang itu djuga, jang menempati lapangan
dalam filsafat agama. Karena maniusia ini tidak dilahirkan oleh wanita; dia
keluar, seperti dari sebuah kepomong, -dari,TuJian agama2 monoteis. Karena itu
dia tidak hidup dalam dunia njata jang , terwudjud menurut sedjarah dan
ditentukan menurut sectjarah. Benar. dia mempunjai pergaulan dengan, manusia
lain; akan tetapi masing2 mereka itu adalah sama2 siuatu abstraksi, seperti dia
sendiri adalah suatu abstraksi. Dalam filsafat agamania masih ada pria dan
waniia, tetapi dalam etikanjabahkan perbedaan jang terachir itupun lenjap.
Feuerbach, memang benar, pada djarak@, waktu jang pandjang mengeluarkan
pemjataan2 seperti: ,,Orang jang didalam istana berfikir lain daripada jang
didalam gubuk." ,,Djika karena kelaparan, karena kesengsaraan, orang tidak
mempunjai isi didalam tubuhnja, maka begitupun djuga dia tidak mempunjai isi
untuk moral.didalam kepalanja, di-dalam fikiran -atau hatinja." ,,Politik
harus mendjadi agama kita", dsbnja. Tetapi, dengan utjapan2. itu,
Feuerbach samasekali tidak mampu mentjapai sesuatu. Utjapari? itu tietap
merupakan kata2 belaka dan Starckepun terpaksa mengakui biahwa bagi Feuerbach
politik merlupakan tapalbatas jang takterlalui dan ,ilmiu tentang masjarakat,
sosiologi, adalah terra incognita baginja."
Dia tampak sama dangkalnja,djika
dibandingkan dengan Hegel, dalam memperlakukan antitese antara baik dan djahat.
,,Orang pertjaja bahwa dia mengatakan sesuatu jang besar", kata Hegel,
,,kalau dia mengatakan, bahwa manusia.pembawaannja baik'. Tetapi orang lupa,
bahwa orang mengatakan sesuatu jang djauh lebih besar, apabila dia mengatakan
manusia pembawaannja djahat." Bagi Hegel kedjajlatan adalah bentuk -dengan
mana kekuatan penggerak perkembangan sedjarah menampakkan dirinja. Itu
mengancbung pengertian rangkap bahwa, disatu fihak, setiap kemadjuan baru
menurut keharusan nampak sebagai suatu pelanggarang terihadap hal2 jang telah
disiftjikan, sebagai pemberontakan terhadap keadaan, walaupun sudah tua dan
sekarat, jang akan disutjikan oleh kebiasaan; dan bahwa, difihak lain, djustru
nafsu2 djahat manusialah kerakusan dan kehausaii akan kekuasaan - jang, sedjak
timbulnja antagonisme2 klas, berlaku sebagai pendorong perkembangan sedjarah -
suatu kenjataan jang sedjarah feodalisme dan burdjuasi, misainja, merupakan
bukti tunggal jang terus-menerus. Tetapi tidak terlintas dalam fikira,n
Feuerbach untuk menielidiki peranan sedjarah dari kedjahatan moral. Bagi dia
sedjarah adalah suatu bidang jang, samasekali aneh -dan menakutkan dimana dia
merasa gehsah. Dia bahkan mengutjapkan: ,,Manusia, karena mula2 berasad dari
alam, ihanjalah suatu machluk alamiah belaka, bukan manusia. Manusia adalah
hasil manusia, hasil kebudajaan, hasil sedjarah" - bagi dia utjapan inipun
tetap sepenuhnia mandul.
Oleh karena itu, jang dapat dikatakan oleh
Feuerbach kepada kita tentang moral, hanjalah kerdil sekali. Dorongan untuk
mentjapai kebahagiaan adalah pembawaan manusia, dan karenanja harus merupakan
dasar bagi seluruh moral. Tetapi dorongan untuk mentjapai kebahagiaan terkena
koreksi rangkap. Pertama, oleh akibat2 wadjar dari tindakan2 kita : sesudah
mengumbar hawanafsu menjusul kesengsaraan dan kebiasaan berbuat melampaui batas
disusul oleh penjakit. Kedua, oleh akibat2 sosialnja : djika kita tidak
menghormati doro,ngan jang serupa untuk mentjapai kebahagiaan bagi orang lain,
maka merftka akan membela diri, dan dengan demikian merintanii dorongan kita
sendiri untuk mentjapai kebahagiaan. Akibatnja, untuk memenuhi dorongan kita,
kita harus setjara tepat menghargai shasil tingkah-laku kita dan bersamaa,n
dengan itu memberikan -hak sama kepada orang2 lain untuk mentjari kebahagiaan.
Pengekangan-sendiri setiara rasionil terhadap diri kita sendiri, dan tjinta -
lagi-lagi tjinta! - didalam pergaulan kita dengan orang2 lain - inilah
hukum-hukum fundamental moral Feuerbach; semua hiukum lainnja berasal dari
hukum2 fundamental itu. Dan baik utjapan2 Feuerbach jang paling bersemangat
maupun pudjian2 jang paling tinggi dari Starcke tidak dapat menjembunjikan
kekerdilan dan kebojakan beberapa dalil itu.
Hanja dalam keadaan2 jang amat luarbiasa
dan se-kali-kali tidak menguntungkan dia dan orang lain' seseorang dapat
memenuhi dorongannja untuk mentiapal kebahagiaan dengan kesibukan sendiri.
Sebaliknja dia riembutuhkan kesibukan dengan dunia luar, hal har untuk memenuhi
kebutuhannja, jaitu, makanan, seseorang dari kelami ' n laid, bitiku-bu.ku,
pertiakapa;n, per-debactan, aktivitet2, benda2 untuk dipergunakan dan diolah.
Moral Feuerbach mensjaratkan bahwa hal2 dan objek2 untuk memenuhi kebutuhan itu
diberikan kepada setiap individu dengan begitu sadja, atau moral ittu banja
memberikan nasehat baik jang tidak dapat ditrapkan da'n karenanja ti,dak
berharga sepeserpun bagi orang2 jang tidak mempunjai hal2 tersebut. Dan
Feuerbach sendiri menjatakan hal itu idalam kata2 jang djelas: ,,Orang jang
didalam istana berfikir lain daripada jang didalam gubuk. Djika karena
kelaparan, karena kesengsaraan, orang tidak mempunjai isi didalam tubuhnja,
maka begitu djuga dia tidak inempiunjai isi untukmoral didalam kepalanja,
di-dalam djiwa maupun hatinia."
Apakah mengenai haksama orang lain dalam
memenuhi dorongan untuk mentjapai kebabagioan keadaannja, adadah lebih baik ?
Feuerbach mengemukakan tuntutan ini sebagai ihal jang mutlak, sebagai hal jang
berlaku pada setiap waktu dan dalam setiap keadaan. Tetapi sedjak kapankah hal
ini berlaku ? Pernahkah ada pada zaman purbakala antara budak dan tuanbudak,
atau pada, Abad Tengah antara hamba . dan bangsawan, pembitiaraan tentang
haksama untuk mengedjar kebahagiaan ? Bukankah dorongan untuk mentjapai kebahagiaan
dari klas tertindas dikorbankan setjara kedjam dan ,,berdasarkan hukum"
untuk kebahagiaan klas jang berkuasa? Ja, itu memang immorai; akan tetapi
dewasa ini persaman hak diakui. Diakui dalara kata2 sedjak .dan sedlaiih
burdjuasi, dalam perdjtuangannja melawan feodalisme dan dalam perkembangan
produksi kapitalis, terpaksa menghapuskan semua hak istimewa pangkat, jaitu,
hak2 istimewa pribadi dan terpaksa memberlakukan persamaan semua:orang dalam
hukum, pertama dalam .hukum perdata kemudian berangsur-angsur djuga -hukum
tatanlegara. Tetapi dorongan untuk. mentjapai kebadiagiaan berkembang hanja
sampai pada batas jang amat ketjil diatas hukum idiil. Sampai pada batas jang
paling besar ia tumbuh diatas -alat2 materiil; dan.,produksi kapitalis berusaha
untuk jang besar -dari mereka jang roleh hanja apa jang mutlak sadja. Makaitu,
produksi argaan sedikit lebih, djika sesuaftu kelebihan, daripada sistim
perbuerhambaan terhadap thaksama untuk mehagiaan mai,6ritet. Dan dalam hal
sjarat2 mentjapai kebahagiaan, sjarat2 pendidik.an, apakah kita,lebih baik?
Bukankah ,,Gurusekolah Sadowa" [3-3] pun adalah seorang jang terdapat
didalam dongeng sadja ?
Lagi, Menurat teori Feuerbach tentang moral
maka Bursa Efek adalah kuil tertinggi, dari tindak-tanduk moral, asalkan orang
selalu berspekulasi dengan tepat. Djika dorongan saja untuk mentjapai
kebahagiaan membawa saja ke Bursa Efek dan djika disana saja dengan tepat
mengira-ngirakan akibat2 tindakan saja sehingga hanjalah inembawa hasil2 jang
menjenangkan dan bukan kerugia , jaitu, djika saja selalu memperoleh untung
maka saja memenuhi resep Feuerbach. Lagipula, dengan demikian saja tidak
mentjampuri haksama orang lain untuk mengedjar kebahagiaannja; oleh karena
orang lain itu pergi ke Bursa sama sukarelanja dengan saja dan dalam mengadakan
transaksi spekulatif dengan saja ctia telah mengikuti do'rongannja, untuk
mentjapai kebahagiaan seperti saia telah mengikuti doronga,n saja. Djika dia
mengalami kerugian uang, maka tilndakannja ipso
facto terbukti tidak etis, karena perhitungannja jang d,jelek dan karena
saja telah memberi hukuman jang pa:tutnja kepadanja. Saja malahan dengan
bangga, seperti seora;ng Rhadamanthus-. modern, dapat menepuk dada. Tjinta
djuga berkuasa, atas Bursa Efek, sedjauh ia bukan sadja merupakan kiasan sentimental
semata-macta, karena masing2 menemukan pada orang lain pementuhan dorongaanja
sendiri untuk mentjapai kebahagiaan, jang djustru harus ditjapai -oleh tjinta
dan bagaimana dia bertihdak dalam praktek. idan diika saja bertaruh atas dasar
ramalan.. jalig tepat tentang akibat2 dari perbuatan2 itu dan karena itu
mendapat sukses, maka saja memenuhi semua-. perintah jang paling'keras dari
Feuerbach - dan sebagai imbuhan mendjadi orang kaja. Derigan kata2 lain, moral
Feuerbach dipotong persis menurut pola masjarakat kapitalis modern, betapa
sedikitnjapun Feuerbach sendiri mungkin menginginkan atau membajangkannja.
Tetapi tjirita ja, dengan Feuerbach tjinta
berada dimana-mana dan pada setiap waktu adalah dewa jang melakukan
keadjaiban2, jang akan membantu mengatasi semua kesulitan dalam kehidupan
praktis. - dan itu didalam masjarakat jang :terpetjah kedalam klas2 jang
kepentingan nja diametril berlawanan. Dengan demikian sisa terachir dari wiitak
revolusionernia lenjap dari filsafatnja, jang tiiiggal hanjalah penggunaan
kata2 sutji setjara miunafik : Tjintailah sesamanm - berpelukan satusamalain
tanpa memanda'ng perbedaan kela:min atau pangkat - suatu pestapora perdamaian
ja-jang universil !
Pendek kata, teori Feuerbach tentang moral
berlaku seperti semua teori jang mendahuluinja. Dia dirantjan,gkan un-tuk
memenuhi sem,ua periode, semua bangsa, semua keadaan, dan djustru karena itu
dia tid-ak pernah dan tidak dapat ditrapkan dimanapun. Dia tetap, merigenai
dunia njata, sama tidak berdajanja seperti imperatif kategoris Kant.
Sesungguhnja setiap klas, bahkan setia-P -pekerdjaan, mempunjai morainja
sendiri, dan moral inipun dilanggarnia apabila dia dapat berbuat demikian tanpa
mendapat hukuman. Dan tjinta, jang harlis mempersattikan semuanja,
memperlihatkan diri didalam peperangan2, pertengkaran, proses pengadilan,
tjektjok rumahtangga, pertieraian dan setiap penghi.sapaii jang mungkin oleh
jang satu atas jang lain.
Sekarang bagaimana mika mtingkin bahwa
dorongan jang kuat jang diberikan oloh Feuerbach ternjata begitu tidak membawa
hasil bagi dia sendiri? Karena -alasan jang sederhana jaitu, bahwa Feuerbach
sendiri tidak pernah berichtiar untuk melepaskan diri d-ari alam abstraksi -
jang saiigat dibentjinja - pergi kealam kenjataan jang hidlup. Dia berpegang
teguh2 pada alam dan mantisia, tetapi alam dan manusia tetap merupakan kata2
belaka bagi dia. Dia tidak mampu me'ngatakan kepada kita sestiatu jang pasti
baik tentang alam njata maupun tentang manusia njata. Tetapi dari manusia
abstrak Feuerbach orang sampai pada manusia njata jang hidup hanja apabila
orang memandang mereka sebagai pesetta 2 dalam sed araih. Dan itulah jang
diten.tang oleh Feuerbach, dan karena itu baginja tahun 1848, jang tidak
difahaminja, hanjalah mengandung arti pemtitusan hubungan jang definitif dengan
dunia njata, pengtinduran kekesunjian. Jang salah lagi dalam hal ini jalah
terutama keadaan2 jang beriaku di Djerman pada waktu itu, jang menghuktim dia
memlyusuk setjara menjedihkan.
Tetapi langkah jang tidak diambil oleh
Feuerbach bagaimanapun hartis diambil. Pemudjaan terhadap manusia abstrak, jang
merupakan inti agama baru Feuerbach, harus diganti oleh ilmu tentang manusia2
njata dan tentang perkembangan sedjarahnja. Perkembangan lebih landjut dari
pendirian Feuerbach ini, jang melampaui pendirian Feuerbach, diresmikan oleh
Marx dalam tahun 1845 didalam Keluarga
Sutji.
[3-1] ,,Baiklah, djadi ateisme adalah
agamamu!" - red.
[3-2] Yang dimaksud jalah usaha Robespierre
untuk mendirikan agama ,,machluk tertinggi". - red.
[3-3] Gurusekolah Sadowa : Suatu ungkapan jang umum diperguna-kan oleh publisis2
burdiuis Dierman sesudah kemencmgan orang2 Prusia di, Sadowa (didalam Perang
Austria-Prusia, 1866). jang maksudnja jalah bahwa kemenangan Prusia itu adalah
karena keunggulan sistim pendidikan, umum Prusia. - red..
Ludwig Feuerbach dan Achir Filsafat Klasik
Jerman
Friedrich Engels, 1888
IV - Dialektika Materials
Strauss, Bauer, Stitner, Feuerbach -
sedjauh mereka tidak meninggalkan lapangan filsafat - adalah tjabang2 filsafat
Hegelian. Strauss, sesudah tulisannja Kehidupan
Jesus dan Dogmatika, menghasflkan hanja studi2 literer dalam filsafat dan
sedjarah kegeredjaan á la Renan. Bauer hanja mentjapai sesuatu dilapangan
sedjarah asal-usul agama Kristen, meskipun apa jang dia lakukan disini adalah
penting. Stirner tetap seorang jang aneh, meskipun sesudah Bakunin mentjampur
dia dengan Proudhon dan memasang merek ,,anarkisme" pada tjampuran itu.
Feuerbach sendirdah jang mempunjai artipenting -sebagai seorang ahlifilsafat.
Tetapi bagi dia filsafat - jang dinjatakan membubung tinggi diatas segala ilmu
chusus dan mendjadi ilmunja ilmu jang menghubungkan mereka - tetap merlupakan
bukan hanja suatu rintangan jang tak dapat ditembus, benda sutji jang tak dapat
diganggugugat, tetapi sebagai seorang ahlifilsafatpun dia berhenti ditengah
djalan, seorano materialis dibawah dan seorang idealis diatas. Dia tidak
sanggup membuang Hegel lewat kritik; dia begitu sadia melemparkannja kesamping
sebagai tak berguna, sedang dia sendiri, dibandung dengan kekajaan ensiklopedis
sistim Hegelian, tidaklah mentjapai sesuatu jang positif ketjuali agama jang
uluk2 tentang tjinta dan moral jang kerdil, jang tak berdaja.
Akan tetapi, dari tertjerai-berainja mazhab
Hegelian berkemba-nglah satu aliran lain lagi, satu2nja aliran jang telah
menghasilkan buah jang njata. Dan aliran itu pada hakekatnja. berhubungan
dengan nama Marx. [4-1]
Pernisahan dari filsafat Hegelian disini
adalah djuga akibat kembali kependirian materialis. Artinja diputuskan tintuk
rneniahami dunia njata - alam dan sedjarah - persis seperti ia memperlihatkan
diri kepada Eetiap orang jang mendekatinja, jang bebas, dari rekaan-rekaan
bulus idealis jang sudah ditetapkan sebelumnja. Diputuskan untuk dengan tak
kenal belaskasihan mengorbankan setiap rekaan2 bulus, idealis jang tak dapat
disetaraskan dengan fakta2 jang dikenal dalam saling-huhungannja sendiri dan
bukan dalam saling-hubtingan jang fantastik. Dan inaterialisme berarti tidak
lebih daripacta itu. Tetapi, disini untuk pertama kali pandangan-dunia diterima
benar2 setjara sleritis dan dilaksanakan setjara konsekwen - sekurang2nja dalam
tjiri2 dasarnja - disemua bidang pengetahuan jang bersangktitan.
Hegel tidak dikesampingkan begitu sadja.
Sebaliknia. orang memulai dari segi revolusionernja, seperti jang diuraikan
diatas., dari metode dialektik. Tetapi dalam bentuk Hegeliannja metode itu
tidak dapat dipakai. Menurut Hegel, dialektika adalah perkembangan-sendiri dari
konsepsi. Konsepsi absolut tidak hania ada - diempat jang tidak diketahui -
untuk selamalamanja, ia merupakan pula djiwa hidup jang sebenarnja dari seluruh
dunia jang ada. Ia berkembang mendjadi dirinja sendiri melalui semua tingkat
pendahuluan jang dengan pandjang-lebar dibitjarakan dalam Logika dan jang semuania termuat didalamnja. Kemudian ia
,,mendjelmakan" dirinja dengan berubah mendiadi alam. dimalia, tanpa
memiliki kesedaran akan diri sendiri, menjamar sebagai kehartisan alam, ia
mengalami perkembangan barti dan achirnja kembali lagi kekesedaratidiri pada
manusia. Kesedaran-diri itu lalu mengei-nbangkan dirinja lagi dalani sedjarah
dari bentuk jang kasar samoai achirnja konsepsi absolut kembali lagi
kedirinja-sendiri selengkapnja dalam filsafat Hegel. Karena itu, menurtit
Hegel, perkembangan dialektik jang nimpak dalam alam dan sedjarah, jaitu,
salinghubungan sebab-akibat dari gerak progresif dari jang rendah ke jang lebih
tinggi, jang menjatakan diri melalai segala gerak jang ber-iliku2 dan
kemunduran 2 mentara, hanjalah merupakan suatu salinan (Abklatsch) dari gerak-sendiri dari konsepsi jang berlangsung untuk
selama-lamanja, tak seiorangpun jang tahu dimana, tetapi bagaimanaptin djuga
bebas dari sesuatu otak manusia jang berfikir. Pemutarbalikan ideologi ini
mesti dilenjapkan. Kita mengartikan konsepsi2 didalam kepala kita sekali lagi
setjara materialis - sebagai baiangan (Abbilder)
halichwal njata, bukannja memandang halichwal njata sebagai bajangan
tingkat ini atau tingkat itu dari konsepsi absolut. Dengan begitu dialektika
membatasi dirinja sebagai ilmu tentang hukum2 umum gerak baik dari dunia luar
maupun dari fikiran manusia - dua stel hukum jang identik dalam isi pokoknja,
tetapi beda dalam pernjataannja karena fikiran manusia bisa mentrapkannja
setjara sedar, sedangkan dalam alam dan djuc.Ta sarnpai sekarang untuk sebagian
besar dalam
sedjarah manusia, hukum2 itu menjatakan
diri setjara tak sedar, dalam bentuk keharusan luar, di-tengah2 rentetan jang
tak ada achirnja dari kedjadian 2 jang seolah2 kebetulan. Dengan demikian
dialektika konsepsi itu sendiri mendjadi pentjerminan jang sedar belaka dari
gerak dialektik dunia njata dan dengan begitu dialektika Hegel ditempatkan
dikepalanja.; atau lebih baik, dari kepalanja, tempat ia berdiri,
didjiungkirbalikkan dan diletakkan dikaikinja. Dan dialektika materials ini,
jang ber-tahun2 telah mendjadi alat kerdja kita jang terbaik dan sendjata kita.
jang paling tadjam, anehnja, ditemukan btikan hanja oleh kita tetapi djuga, tak
tergantung pada kita,dan bahkan pada Hegel, oleh seorang buruh Djerman, Joseph
Dietzgen. [4-2]
Akan tetapi, dengan begini segi
revolusioner filsafat Hegelian dipungut kembali dan bersamaan itu kan dari
tambahan 2 idealis jang pada Hegel telah merintangi pelaksanaannja setjara
konsekwen. Fikirain fundamental jang besar bahwa dunia semestinja tidak
difahami sebagai suatu kumpulan rumit dari halichwal
jang sudah djadi, tapi sebagai stiatu kumpulan rumit dari proses2 mana halichwal kelihatannja tidak kurang stabilnja daripada
bajangannja dalam fikiran didalam kepala kita, jaitu konsepsi2, mengalami
pertibahan2 mendjadi dan inelenjap jang tak putus2nja, dalam perubahan inana,
kendatipun terdapat segala jang tampaknja kebetulan dan segala keintindtiran
sementara. namun perkembangan progresif menjatakan diri pada achirnia - fikiran
fundamental jang besar ini, terutama sedjak zaman Hegel, telah setjara begitu
menjeluruh menjerapi kesedaran biasa sehingga idalam arti kelumuman itu
sekarang ia hampir tidak dibantah. Tetapi, mengakui fikiran fundamental ini
dalam kata2 dan mentrapkannja dalam kenjataan setjara detail pada tiap2 bidang
penjelidikan adalah dua hal jang berlainan. Akan totapi, djika penjelidikan
selalu bertolak dari pendirian itu, maka tuntutan akan penjelesaian2 jang
terachir dan kebenaran2 abadi berhenti untuk se-lama2nja; orang selalu sedar
akan keterbatasan jang sudah semestinja dari semua pengetahuan jang telah
diperoloh, sedar akan kenjataan bahwa pengetahuanditenbukanoleh keadaanp dimana
ia diperdleh. Difihak lain, orang tidak lagi membiarkan dirinja diperdaia oleh
antitese2, jang ta teratasi oleh metafisika lama jang masih umum, jaitu antara
benar dan palsu, baik dan buruk, kesamaan dan perbedaan, keharusandan
kebetulan. Orang tabu baihwa berlakunja antitese2 ini hanja setjara relzitif
sadja; bahwa apa jang sekarang diakui sebagai benar djuga mempunjai segi
palsunja jang latent jang kemudian akan memperlihatkan diri, persis seperti apa
jang sekarang, dipandang sebagai palsu mempunjai segi benarnji pula jang oleh
karenanja sebelumnja ia bisa dipandang sebagai benar. Orang tahu bahwa apa jang
dipertahankan sebagai keharusan terdiri dari kedjadian2 kebetulan bedaka dan
bahwa apa jang dinamakan kebetulan adalah bentuk jang ddbelakangnja bersembunji
kaharusan dan demikian seterusnja.
Metode penjelidikan dan pemikiran lama jang
oleh Hegel dinamakan ,,metafisik", jang lebih suka meneliti halichwal sebagai jang gudah ditentukan,
tetap dan stabil, suatu metode jang sisa2nja masih keras menggoda fikiran
orang, mempunjai banjak pembenaran sedjaraft pada zamannja. Adalah perlu untuk
lebih dulu meneliti hadichwal sebelum orang mungkin meneliti proses2nja. Orang
iharus lebih dulu mengetahui apa suatu hal chusus itu sebelum orang dapat
mengamati perubahan2 jang dialaminja. Dan demikianlah halnja dengan ilmu2 alam.
Metafisika lama, jang menerima halichwal sebagai benda-benda jang selesai,
timbul -dari ilmu2 agam jang menjelidiki haliohwal mati dan hidup sebagai
benda2 jang selesai. Tetapi ketika penjeli,dikan ini telah madju begitu djauh
sehingga mendjadi miungkin untuk mengambil langkah madju jang menentukan,
jaitu, beralih pada penjelidikan jang sistimeitis mengenai perubahan2 jang
dialami oleh hadichwal2 itu - didalam alam itu sendiri, maka djam terachir dari
metafisika lama berbunji dilapangan filsafat djuga. Dan sebenamja, sementara
ilmu2 alam hingga achir abad jang lalu lebih banjak merupakan ilmu jang menghimpun, suatu ilmu dari halichwal2
jang selesai, pada abad kita ini ia pada hakekatnja merupakan ilmu jang mensistimatiskan, suatu ilmu tentang
proses2, tentang asalusul dan perkembangan halichwal2 itu dan tentang
saling-hueoungan jang mengikat semua proses alam itu mendjadi suatu keseluruhan
jang besar. Fisiologi, jang menjelidiki proses2 ang terdjadi didalam
tumbuh-tumbuhan dan organisme2 binatang; embriologi, jang berurusan dengan
perkembangan sa:tu2 organisms dari benih sampai tua; geologi, jang menjelidiki
pembentukan permukaan bumi setjara ber-angsur2 - kesemuanja ini adalah anak
zaman kita.
Tetapi, diatas segala-galanja, ada tiga
penemuan besar jang telah memungkin pengetahuan kita tentang saling-hubungan
diantara proses2 alam madju dengan sangat pesatnja : pertama, penemuan sel
sebagai unit jang dari pergandaannja dan diferensiasinfa seluruh tubuh
tumbuh2an binatang berkembang, sehingga bukan hanja perkembangan dan
pertumbuhan semua organisme jang lebih tinggi diakui berlangsung menurut satu
hukum umum, tetapi djuga, dalam kapasitet sel untuk berubah, ditundjukkanlah
djalan dengan mana organisme2 bisa mengubah djenis2nja dan dengan begitu
mengalami perkembangan jang lebih daripada perkembangan individuilnja. Kedua,
perubahan energi, jang telah mendemonstrasikan kepada kita bahwa semua jang
dinarnakan kekuatan jang bekerdja per-tama2 dadam alam anorganis - tenaga
mekanik dan pelengkapnja, apa jang dinamakan energi potensiil, panas, radiasi (sinar,
atau panas sinar), listrik, magnetisme dan tenaga kimia - adalah bentuk2 lain
darb manifestasi gerak universil, jang pindah dari jang satu ke jang lain dalam
proporsi2 tertentu sehingga sebagai ganti kwantitet tertentu dari jang satu
jang melenjap, muntjullah kwantitet tertentu -dari jang lain dan dengan begdtu
seluruh gerak gam didjadikan proses transformasi jang tia,da putus2nja dati
bentuk jang satu mendjadi bentuk jang lain. Achirnja, bukti jang mula2
dikembangkan oleh Darwin dalam bentuk jang berangkaian bahwa prodtuk2 organik
dari alam jang mengelilingi kita jang ada hingga kind, termasuk umatmanusia,
adalah hasil proses evolusi jang lama dari ketiambah2 jang semula bersel-satu
jang sedikit djumlahnja dan bahwa ketjambah2 itupun lahir dari protoplasma atau
eiwit, jang terwudjud lewat tjara2 kimiawi.
Berkat tiga penemuan besar itulah dan
berkat kemadjuan2 lainnja jang sangat besar dibddang ilmu2 alam, maka kita
sekarang telah mentjapai titik dimana kita dapat mempertundjukkan
saling-hubungan diantara proses2 dalam alam bukan hanja di-lapangan2 ohusus
sadja tapi djuga saling-hubungan diantara lapangan2 chusus itu keseluruhannja,
dan makaitu dengan barituan fakta2 jang diberikan oleh ilmu2 alam empirisis itu
sendiri dapat mengemukakan dalam bentuk jang kuranglebih sisumatis suatu
pandangan jang luas tentang salinghubungan dildalam alam. Dulu, adalah bugas
dari apa jang dinamakan filsafat alam memberikan pandangan jang luas itu. Ia
dapat melakukan hal itu hanja dengan menempatkan saling-hubungan2 jang idiil,
jang dichajalkan, sebagai ganti saliing-hubungan2 jang njata tapi jang masih
belum diketahui- dengan mengisi fakta2 jang kurang dengan rekaan2 fikiran sadja
dan mendjembatani djurang2 jang sesungguhnja hanja dalam angan2. Dalam prosedur
tini ia telah mentjiptakan banjak ide jang bri lian dan membajangkan banjak
penemuan kemudiannja, tetapi ia djuga menghasilkan omongkosong jang djumlahnja
amat banjak, jang memang tidak bisa lain. Kini, ketika orang perlu memahami
hasil2 penjelidikan ilmu2 alam hania setjara dialektik, jaitu, dalam arti
saling-hungannja sendiri, agar supaja sampai pada suatu ,,sistim alam"
jang mentjukupi bagi zaman kita; ketika watak dialektik dari saling-hubungan
itu mendesakkan diri bertentangan dengan kemauan mereka bahkan kedalam fikiran2
para sardjana alam jang terlatih sctjara metafisik, kini setjara pasti filsafat
alam disisihkan. Setiap pertjobaan untuk menghidupkannja kembili bukan sadja
akan mubasir tapi djuga akan mertupakan suatu langkah mundur.
Tetapi apa jang berlaku bagi alam, jang
dengan begitu diakui pula sebaigai proses sedjarah dari perkembangan, berlaku
djuga bagi sedjarah masjarakat dalam semua tjabangnja, dan bagi keseluruhan
semua ilmu jang bekerdja dibidang halichwal insani (dan ketuhanan). Disinipun,
filsafat sedjarah, hukum, agama, dll., dimasa lampau terdiri dari penggantian
sainghubungan jang njata jang harus diperlihatkan didalam kedjadian2 dengan
saling-hubungan jang di-karang2 didalam fikiran ahlifilsafat; terdiri dari
pemahaman sedjarah sebagai keseluruhan maupun dalam bagian2nja jang
tersendiri2, sebagai perwudjudan ide2 setjara berangsur2 - dan tentu sadja
selamanja hanja ide2 kesajangan ahlifilsafat itu senddri. Menlurut ini,
sedjarah bekerdja setjara tak sedar tapi menurut koharusan menudju suatu tudjuan
idiil tertentu jang sudah ditetapkan sebelumnja - seperti, misalnja, menurut
Hegel, menudju terwudjudnja ide absolutnja - -dan arah jang tak dapat ber-ubah2
menudju ide absolut itu merupakan saling-hubungan intern dalam kedjadian2
sedjarah. Suatu pandangan kedepan baru jang penuh kerahasiaan - jang taksedar
atau setjara ber-angsur2 berubah mendjadi kesedaran dengan begitu menggantikan
saling-hubungan jang njata, jang masih belum dikenal. Karena itu disini, persis
seperti,dilapangan alam djuga, perlu meniadakan salinghubungan2 reka-rekaan,
bikin-bikinan, dengan menemukan saling-hubtungan2 jang njata - suatu itugas
jang achirnja sama dengan menemukan hukum2 umum gerak jang menampilkan diri
sebagai jang berkuasa dalam sedjarah masjarakat manusia.
Akan tetapi, dalam salu hal, sedjarah
perkembangan masjarakat ternjata pada hakekatnja berbeda dengan perkembangan
alam. Dalam alam - sedjauh kita mengesampingkan reaksi manusia tedhadap alam -
hanjalah terdapat kekuatan2 buta tanpa kesedaran jang ber-tindak satusamalain,
dan dari saling-bertindak,itu mulailah berlaku hukum umum itu. Dari segala jang
terdjadi - baik mengenai kedjadian2 jang kelihatannja kebetulan jang tak
terhitung djumlahnja, jang dapat terlihat pada permukaannja, maupun mengenai
hasil2 terachir jang membenarkan keteraturan jang terkandung didalam kebetulan2
ini - tidak satupun jang terdjadi sebagai tudjuan jang diinginkan setjara
sedar. Sebaliknia, dalam sedjarah masjarakat pelaku2 kesemuanja dianugerahi
dengan kesedaran, adalah orang2 jang beritindak dengan pertimbangan atau nafsu,
jang bekerdja kearah tudjuan2 tertentu; tak ada jang terdjadi itanpa makstid
jang sedar, tanpa suatu tudjuan jang dikehendaki. Tetapi perbedaan ini,
sekalipun penting bagi penjelidikan sedjarah terutama penjelidikan mengenai
suatu zaman dan kedjadian2, tidak dapat mengubah fakta bahwa djalannja sedjarah
dikuasai oleh hukum2 intern jang umum. Karena disini djuga, pada umumnja,
kendatipun terdapat vudjuan2 semua perseorangan jang setjara sedar diinginkan,
nimun lahiriah kebetulan kelihatinnja menguasa. Apa jang dikehendaki terdjadi
tapi djarang; dalam kebanjakan hal tudjuan2 jang diinginkan jang baniak
djumlahnja itu menghalangi dan berbentrok satusamalain, atau tudjuan2 itu
sendiri sedjak awalnja takdapat dilaksanakan atau alat2 untuk mentjapainja
taktjukup. Dengan begitu bentrokan2 diantara kemauan2 individuil dan tindakan2
individual jang tak terhitung banjaknja itu dibidang sedjarah menghasilkan
keadaan jang sepenuhnja sama dengan keadaan jang berlaku dilapangan alam jang taksedar.
Tudjuan2 tindakan2 itu dikehendaki, tetapi hasil2 jang benar2 lahir dari
tindakan2 itu tidak dikehendaki; atau apabila hasil2 itu betul2 tampak sesuai
dengan tudjuan jang dikehendaki, hasil2 itu achirnja inempunjai akibat2 jang
lain samasekali dengan jang dimaksudkan. Dengan demikian pada umumnja nampak
bahwa kedjadian2 sedjarah dikuasai djuga coleh kebetulan. Tetapi dimana
lahiriah kebetulan berkuasa, sebenarnja disitu selamanja berkuasa hukum2 intern
jang tersembunji dan soalnja hanjalah menemukan hukum2 itu.
Manusia membuat sedjarahnja sendiri, apapun
djuga hasilnja, karena masing2 orang mengedjar tudjuannja sendiri jang setjara
sedar diinginkan, dan djustru resultan dari banjak kemauan ini jang beroperasi
dalam djurusan jang ber-beda serta pengaruhnja jang bermatjam 2 terhadap dunia
luar jang merupakan sedjarah. Dengan begitu soalnja adalah pula soal apa jang
diinginkan oleh banjak individu. Kemauan ditentukan oleh ilafsu atau
pertimbangan. Tetapi pengaruh2 jang segera menentukan nafsu atau pertimbangan
sangat bermatjammatjam. Sebagian dari pengaruh2 itu mungkin beberapa objek2
luar, sebagian motif2 idiil, ambisi, ,,kegairahan akan kebenaran dan
keadilan", kebentjian pribadi aitaupun segaila matjam tingkah-olah
perseorangan se-mata 2. Tetapi, disatu fihak, telah kita lihat bahwa kemauan2
individuil jang banjak itu jang aktif dalam sedjarah sebagian besar membawa
hasil2 jang lain sekali dengan jang dimaksudkan - seringkali samasekali
kebalikannja; bahwa, karena itu, motif2 mereka, dalam hubungan dengan hasil
seluruhnja, djuga mempunjai arti sekunder sadja. Difihak lain, pertanjaan
selandjutnja jang timbul Kekuatan2 pendorong apakah jang pada gilirannja
berdiri. dibelakang motif2 itu ? Sebab2 sedjarah apakah jang mengubah dirinja
mendiadi motif2 itu didalam otak para pelaku ?
Materialisme lama tak pernah mengadjukan
pertanjaan itu kepada dirinja. Karena itu, konsepsinja tentang sedjarah,
djikapun ia mempunjai satu konsepsi, pada hakekatnja adalah pragmatik; ia
mempertimbangkan segalasesuatunja menurut motif2 sesuatu tindakan; ia membagi
orang2 jang bertin,dak didalam sedjarah, kedalam jang mulia dan jang hina dan
kemudian berbendapat bahwa biasanja jang mulia ditipu dan jang hina menang.
Dari itu, kesimptaan materialisme lama jalah bahwa tak ada jang bermanfaat
betul jang akan diperoleh dari mempeladjari sedjarah, dan bagi kita jalah bahwa
dilapangan sedjarah materialisme lama mendjadi tak setia pada dirinja sendiri
sebab ia mengambil ke-kuatan2 pendorong idiil jang berlaku disitu sebagai
sebab2 terachir, bukannja meneliti apa jang dibelakang kekuatan2 itu, apa jang
mendjadi kekuatan2 pendorong dari kekuatan2 pendorong itu. Ketidakkonsekwenan
itu tidak terletak dalam kenjataan bahwa kekuatan2 pendorong idiil itu diakui, tetapi ctdlam hal
bahwa penje lidikan i-tu tidak dilakukan djauh kebelakang kekuatan2 pendorong
ididl itu, jaitu sampai kepada sebab2 jang mendjadi motifnja. Difithak lain,
filsafat sedjarah terutama seperti jang diwakili oleh Hegel, mengakui bahwa
motif2 jang tersurat dan djuga jang sungguh2 berlaku dari orang2 jang bertindak
dalam sedjarah bukanlah sekali2 sebab2 terachir dari kedjadian2 sedjarah; bahwa
dibelakang motif2 itu ada kekuatan2 penggerak lainnja jang harus ditemukan.
Tetapi ia biak mentjari kekuatan-kekuatan itu didalam sedjarah itu sendiri, dia
lebih suka mengimpornja dari luar, dari ideologi filsafat, kedalam sedjarah.
Hegel, misalnja, bukannja menerangkan sedjarah Junani kuno dari
saling-hubungan2 internja sendiri, tetapi dengan begitu sadja meniatakan -bahwa
sedjarah itu tidaklah lebih daripada pengolahan ,,bentuk2 kepribadian jang
indah", perwudjudan ,,karja seni" jang seperti itu. Dalam hubungan
ini dia bitjara tentang hal2 jang baik dan mendalam mengenai orang2 Junani
kuno, tetapi hal2 itu tidak mentjegah kita kini menolak tintuk dikatjaukan oleh
keterangan sedemikian itu, keterangan jang merupakan, suatu gaja bitjara
belaka.
Karena itu, apabila soalnja adalah soal
menjelediki kekuatan2 pendorong jang - setjara sedar atau taksedar, dan memang
sering sekali setjara taksedar - terletak dibelakang motif2 orang2 jang
bertindak dalam sedjarah dan jang mertupakan kekuatan2 pendorong terachir jang
njata dari sedjarah, maka soalnja bukadlah sebegitu banjak soal motif2 satu2
orang, betapapun terkemukanja dia, itapi soalnja adalah soal motif2
jangmenggerakkan massa luas, seluruh bangsa2, dan pula, seluruh klas2
dikalangan Rakjat masing2; dan inipun bukan untuk seketika sadja, bukan njala
api-djerami jang tak abadi dan jang tjepat padam, tetapi tindakan jang lestari
jang mengakibatkan perubahan sedjarah jang besar. Menetapkan sebab-sebab
pendorong jang, disini didalam fikiran massa jang bertindak beserta pemimpin2
mereka - apa jang dinamakan orang2 besar - ditjerminkan sebagai motif2 sedar,
setjara terang atau takterang, setjara langsung atau dalam bentuk ideologi,
bahkan dalam bentuk jang diagungkan - inilah satu2nja djalan jang dapat membawa
kita kepada djedjak hukum2 jang berkuasa baik dalam sedjarah pada
keseluruhannja maupun pada periode2 chusus dan di-negeri2 chusus. Segalasesuatu
jang menggerakkan manusia mesti melalui fikiran mereka; tetapi bentuk apa jang
akan diambilnja didalam fikiran itu akan sangat banjak tergantung pada keadaan2
. Kaum buruh samasekali tidak mendjadi berdamai dengan industri mesin
kapitalis, walaupun mereka tidak lagi begitu sadja menghantjurkan mesin-mesin
seperti jang masih mereka lakukan dalam 1849 di Rhein.
Tetapi sementara dalam semua periode jang
terdahulu penjelidikan tentang sebab2 pendorong sedjarah itu hampir tak mungkin
- karena saling-hubungan 2 jang rumit den tersembunji antara sebab2 itu dengan
akibat2n periode kita jang sekarang ini sebegitu djauh telah menjederhanakan
saling-hubungan2 itu sehingga, teka-teki itu dapat didjawab. Sedjak industri
besar2an dibangun, jaitu, se-kurang2nja sedjak perdamaian Eropa 1815, sudah
tidak merupakan rahasia lagi bagi, siapapun di Inggris bahwa seluruh
perdjuangan politik di
sana berpu,tar disekitar tuntutan2 atas
kekuasaan dari dua klas : kaum ningrat jang bertanah dan burdiuasi (klas
tengah). Di Perantjis, dengan kembalinja keluarga Bourbons, fakta ja,ng sama
terli-hat; para ahlisedjarah dari periode Restorasi, mulai dari Thierry sampai
pada Guizot, Mignet dan Thiers, di-mana2 berbitjara tentang ini sebagai kuntji
un,tuk memahami seluruh sedjarah Perantjis sedjak Zaman Tengah. Dan sedjak 1830
klas buruh, proletariat, telah diakui dikedua negeri itu sebagai saingan ketiga
bagi kekuasaan. Keadaan2 telah me ndjadi begitiu disederhanakan sehingga orang
mesti dengan sengadja menutup mata untuk tidak melihat kekuatan pendorong dari
sedjarah modern didalam perdjuangan diantara ketiga klas besar itu dan didalam
bentrokan. kepentingan2 mereka - se-kurang2nja didua negeri jang paling madju
itu.
Tetapi bagaima-fialxah lahirnja klas2 ini ?
Djika sepintaslalu masih mungkin menjatakan bahnwa milik tanah feodal besar
jang terdabulu - se-kurang2nja pada awal mulanja - berasal dari sebab2 politik,
dari pemilikan dengan kekerasan, maka hal itu tak dapat dinjatakan mengenai
burdjuasi dan proletariat. Disinti asal dan perkembangan dua klas besar itu
nampak dengan djelas dan njata terletak pada sebab2 ekonomi semata2. Dan adalah
djustru sama djelasnja bahwa dalam perdjuangan antara milik tanah dengan
burdjuasi, tidak kurang daripada dalam perdjuangan antara burdjuasi dengan
proletariat, soalnja adalah, pettama dan teru,tama, soal kepeiltingan2 ekonomi,
jang dimaksudkan untuk dipakat sebag,n alat semata dalam memadjukannia
kekuasaan politik. Burdjuasi dan proletariat kedua-duanja lahir sebagai akibat
perubahan sjarat2 ekonomi, lebih itepat, perubahan tjara produksi. Peralihan,
peictama, dari pertukangan2tangan gilda kemanufaktur, dan kemudian dari
nianufaktur ke industri besar2an, dengan tenaga uap dan mesin, telah
menjebabkan perkembangan kedua klas itu. Pada suatu tingkat tertentu tenaga2
produkitif baru jang digerakkan oleh burdjuasi - pertama-tama pembagian kerdja
dan penggabungan banjak buruh-bagian (Teilarbeiter)
didalam satu industri umum - dan sjarat2 serta kebutuhan2 pertukaran, jang
berkembang melalui tenaga-tenaga produktif itu, mendjadi bertentangan dengan
sistim produksi jang ada jang diwariskan oleh sedjarah dan disutjikan oleh
hukum, artinja, bertentangan dengan hakistimewa2 gilda dan banjak hakistimewa,
pribadi serta setempat lainnja (jang hanjailah merupakan belenggu jang begitu
banjak bagi pangkat2 jang tak berhakistimewa) dari sistim masjarakat feodal. Te
naga2 produktif jang diwakili oleh burdjuasi memberontak melawan sistim
produksi jang diwakili oleh tuantanah2 feodal dan tuangiilda2. Kesudahannja
sudah diketahui : belenggu2 feodal dihantjurkan, di Inggris berangsur2, di
Perantjis dengan sekali pukul, Di Djerman proses itu belum selesai. Tetapi
persis seperti manufaktur, pada tingkat tertentu perkembangannja, berbentroken
dengan sistim produksi feodal, maka sekarangpun industri besar2an sudah
berbentrokan dengan sistim prodtiksi burdjuis jang dibangan sebagai gantinja.
Terikat pada sistim itu, pada batas2 tjara produksi kapitalis jang sempit,
industri, disatu fihak, menimbulkan proletarisasi jang senantiasa meningkat dikalangan
massa Rakjat luas, dan difihak lain, timbunan baranghasil2 jang tak dapat
didjual jang senantiasa bertambah besar. Kelebihan-produksi dan kesengsaraan
massal, jang satti menjadi sebab jang lain - itulah kontradiksi gala jang
mendjadi akibatnia, dan jang menurut keharusan menuntut pembebasan tenaga2
produktif dengan mengadakan pepubahan dalam tjara produksi.
Karena itu, didalam sedjarah modern
se-kurang2nja terbukti bahwa semua perdjuangan politik adalah perdjuangan klas,
dan semua perdjuangan klas untuk pembebasan, kendatipun bentuk keharusannja
adalah bentuk politik - karena setiap perdjuangan klas adalah perdjuatigan
politik - achirnja berputar disekitar soal pembebasan ekonomi. Makaitu, se-kurang2nja disini, negara - sistim politik -
adalah jang dibawashkan, dan masjarakat sivil - bidang. hubungan2 ekonomi unsur
jang menentukan, Konsepsi tradisionil, jang dihormat djuga oleh Hegel, melihat
negara sebagai unsur jang menentukan, dan masjarakat sivil sebagai unsur jang
menentukan olehnja. Permuntjulan2 adalah sesuai dengan itu. Karena semua
kekuatan pendorong dari tindakan2 perorangan manapun mesti melalui otaknja, dan
mengubah diri mendjadi motif-motif kemauannja siupaja menggerakkannja untuk
bertindak, maka demikian djuga semua kebutuhan masjarakat sivil - tak peduli
klas mana jang kebetulan mendjadi klas jang berkuasa mesti megalui, kemau an
negara untuk mendapatkan keabsahan umum,dalam bentuk undang2. Inilah segi
formil dari persoalannja - segi jang sudah -dengan sendirinja. Akan tetapi
timbullah soal, apakah isi dari kematuan jang se-mata2 formil itu - baik dari
individu maupun dari negara - dan dari malia asalnja isi itu ? Mengapa djustru
ini jang diingiinkan dan bukan sesuatu lainnja ? -Djilka kita selidiki ihal ini
maka kita temukan bahwa dalam sedjiarah modern kemauan negara, dalam
keseguruhannja, ditentukan oleh kebutuhan2 jang ber-ubah2 dari masjarakat
sivil, oleh kekuasaan dari klas ini atau klas itu, pada tingkat terachir, oleh
perkembangan tenaga2 produktif dan hubungan2 pertukaran.
Tetapi djika dalam zaman modern kita
inipun, dengan alat2 produksi dan komunikasinja jang raksasa, negara bukanlah
suatu bidang jang berdiri-sendiri dengan perkembangan jang berdiri-sendiri,
melainkan bidang jang -baik adanja maupun perkembangannja harus didjelaskan,
pada -tingkat terachir, dengan sjarat2 kehidupan ekonomi masjarakat, maka hal
itu semestinja lebih berlaku lagi bagi semua zaman jang terdahulu ketika
produksi kehidupan materiil manusia belum dilakukan dengan alat2 pembantu jang
ber-limpah2, dan ketika, karena itu keperluan produksi sedemikian itu
semestinja mendjalankan penguasaan jang lebih besar lagi atas manusia. Djika
kinipun negara, dalam zaman industri besar dan zaman kereta-api, dalam
keseluruhannja hanjalah suatu refleksi, dalam bentuk jang terkonsentrasi, dari
kebutuhan2 ekonomi klas jang menguasai proctuksi, maka jang demikian itu adalah
lebih2 lagi dalam zaman ketika tiap generasi maniusia terpaksa menggunakan
bagian jang djauh lebih besar dari djumlah masa-hidupnja untuk memenuhi kebutuhan2
materiil, dan oleh karena itu djauh lebih banjak tergantung pada kebtutuhan2
itu daripada kita dihari ini. Suatu penjelidikan mengenai sedjarah periode2
terdahulu, sesudah penjelidikan itu diusahakan setjara serius dari sudut ini,
dengan sangat ber-lebih2an membenarkan hal itu. Tetapi, sudan barang tentu, hal
itu tidak dapat dimasuki disini.
Djika negara dan, hukum tatanegara
ditentukan oleh hubungan2 ekonomi, maka djuga, sudah tentu, hukum perdata, jang
memang, pada hakekatnja hanjalah menguatkan hubungan2 ekonomi jang ada diantara
idividu2 jang adalah normal dalam keadaan2 tertentu itu. Akantetapi bentuk
dalam mana ihal itu terdjadi bisa bankjak berbeda. Adalah mungkin, seperti
terdjadi di Inggris, selaras dengan seluruh perkembangannasional, untuk pada
pokoknja mempertahankan bentuk2 hukum2 feodal lama sementara memberikan isi
burdjuis kepada mereka; sebenarnja, langsung membatja pada nama feodal arti
burdjuis. Tetapi, djuga, seperti terdjadi dibagian barat benua Eropa, Hukum,
Rumawi, hukum dunia jang pertama dari masjarakat jang menghasilkan
barangdagangan, dengan penguraiannja jang takterungguli baiknja tentang semua
hubungan ihukum jang hakiki -darii pemilik2 barangdagangan sederhana2 (dari
para pembeli dan pendjual, jang berutang dan jang berpiutang, koritrak2,
obligagi2, dsbnja) bisa diambil sebagai dasar. Dalam hal mana, untuk manfaat
masjarakat jang masih burdjuis-ketjil dan setengah-feodal, ia dapat atau
diturunkan ketingkat masjarakat sedemikian itu melalui praktek hukum belaka
(hukum umum) atau, dengan bantuan ahlihiukum2 jang katanja berfikiran madju,
jang suka menggunakan moral, ia dapat diolah mendjadi kitab undang-undang
chusus untuk disesuaikan dengan taraf sosial sedemikian itu - kitab undang2 jan
dalam keadaan seperti ini akan mendjadi kitab undang2 jang buruk dilihat djuga
dari pendirian hukum (misalnja, Landrecht
Prusia). Akan tetapi, dalam hal itu, sesudah revolusi burdjuis besar,
adalah mungkin pula bagi kitab undang2 klasik dari masjarakat burdjuis seperti Code Sivil Perantjis diolah atas dasar
Hukum Rumawi jang sama itu. Oleh karena itu, djika, ketentuan2 hukum burdjuis
hanja menjatakan sjarat2 kehidupan ekonomi masjarakat dalam bentuk hukum, maka
ketentuan2 itu dapat melakukan itu dengan baik atau djelek menurut keadaan.
Negara memperlihatkan diri kepada kita
sebagai kekuasaan ideologi jang pertama atas umatmanusia. Masjarakat
mentjiptakan untuk dirinja sendiri suatu alat untuk megindungi kepentingan2
umumnja terhadap serangan2 dari dalam dan dari luar. Alat itu jalah kekuasaan negara.
Baru sadja lahir, ia lalu membikin dirinja lepas dan berhadap-hadapan dengan
masjarakat; dan, memang, semakin ia mendjadi alat sedemikian itu, maka semakin
ia mendjadi alat dari suatu klas chusus, semakin langsung ia memaksakan
kekuasaan klas itu. Perdjuangan klas tertindas melawan kilas jang berkuasa
menurut keharusan mendjadi perdjuangan politik, suatu perdjuangan jang pertama2
melawan kekuasaan politik klas itu. Kesedaran akan saling-hubungan antara
perdjuangan politik ini dengan basis ekonominia mendjadi pudar dan bisa
mendjadi lenjap samasekali. Sementua jang demikian itu tidak terdjadi
seluruhnja pada para peserta, tapi ia ohampir selalu terdjadi pada para
ahlisedjarah, Mengenai sumber2 kuno tentang perdjuangan2 didalam Republik
Rumawi hanjalah Appian sadja jang mentjeritakan kepada kita dengan djelas dan
tegas apa jang telah mendjadi pokok perselisihan pada tingkat terachir -
jailtu, milik tanah.
Tetapi sekali negara itu telah mendjadi
suatu kekuasaan jang lepas dari dan berhadap-hadapan dengan masjarakat, ia
seketika djuga menghasilkan satu ideoloi lagi. Memang dikalanga- para
beroepspolitisi, para ahliteori hukum tatanegara dan para ahlihum hukum
perdatalah bahwa hubungan dengan , fakta-fakta ekonomi mendjadi hilang begitu
sadja. Karena pade setiap hal chusus fakta-fakta ekonomi mesti mengambil bentuk
motif-motif hukum untuk memperoleh sanksi hukum; dan, karena, dengan berbuat
demikian, perkembangan sudah barang tentu harus dibierakan kepada seluruh
tatahukum jang sudah berlaku, sebagai akibatnja, bentuk juridis adalah
segala-galanja dan, isi ekonominja bukan apa-apa. Hukum tatanegara dan hukum
perdata diperlakukan sebagai lapangan jang berdiri sendiri2, masing2 mempunjai
perkembangan, sedjarahnja sendiri jarrg bebas, masing2 sanggup mengadjukan dan
memerlukan suatu penjadjian jang sistimatis dengan meniadakan semua kontradiksi
intern setjara konsekwen.
Ideologi2 jang lebih tinggi lagi, jaitu,
ideologi2 jang lebih djauh lagi djaraknja dari basis materiil, basis ekonomi
mengambil bentuk filsafat dan religi. Disini salinghubungan antara konsepsi2
dengan sjarat2 materiil eksistensi mereka mendjadi semakin rumit, semakin
dikaburkan oleh matarantai perantara. Tetapi saging-hubungan itu ada. Seperti
hainja seluruh periode Renaissanse, mulai dari pertengahan abad ke-15, adajah
hasil hakiki dari kota2 dan, oleh karenanja, dari wargakota2, maka begitulah
pula filsafat jang baru bangkit kemudiannja. Isinja pada hakekatnja hanjalah
pengtungkapan filasafat dari fikiran2 jang sesuai dengan perkembangan wargakota2
ketjil dan sedang mendjadi burdjuasi besar. Dikalangan orang2 Inggris dan
Perantjis abad jang lalu jang diantara mereka banjak ahliekonomi2 politik dan
sekaligus aihlifilsafat2, hal itu njata dengan se-njata2nja; dan mengenai
mazhab Hegelian hal itu telah dibuktikan diatas.
Disamping itu sekarang kita akan
membitjarakan soal agama hana setjara, singkat sadja, karena agama, berada
paling djauh dari kehidupan materiil dan tampaknja paling asing bagi kehidupan
materiill itu. Pada zaman jang primitif sekali agama lahir dari konsepsi2
manusia jang keliru, jang primitif, tentang diri mereka sendiri dan alam liuar
jang mengelilingi mereka. Akan tetapi setiap ideologic sekali ia muntjul,
berkembang dalam hubungan dengan bahan-konsepsi, tertentu, dan mengembangkan
bahan itu lebih landjut; kalau tidak ia bukan ideologi, jaitu, tatasibuk dengan
fikiran2 seperti dengan hal2 jang berdiri sendiri, jang berkembang setjara
bebas dan tunduk hanja kepada hukum2nja sendiri. Bahwasanja sjarat2 kehidupan
materiil dari orang2 jang didalam kepalanja berlangsung proses berfikir
sedemikian itu pada tingkat terachir menentukan djalannja proses itu mentirut
keharusan tetap tak diketahui oleh orang2 itu, karena kalatu tidak demikian
akan berachirlah semua ideologi. Makaitu ide2 keagamaan jang asal, jang pada
pokoknja adalah umum bagi tiap kelompok orang2 jang sekeluarga, berkembang
,sesudah kelompok itu berpisah, menurut tjara jang chas bagi bangsa masing2,
menurut siarat kehidupan jang sudah mendjadi nasib mereka. Bagi sedjumlah kelompok
orang2, dan terutama bagi orang2 Aria (apa jang dinamakan orang2 Indo-Eropa)
proses itu telah diperlihatkan setjara detail oleh mitologi banding. Dewa2 jang
terbentuk sedemikian itu dikalangan bangsa masing2 adalah dewa2 nasional, jang
wilajahnja membentang tidak lebih djauh dari wilajah nasional jang harus mereka
lindungi; diseberang sana dari perbatasannja berkuasalah dengan tak terbantah
dewa2 lain. Mereka bisa terus ada, dalam chajal, hanja selama nasion itu ada:
mereka djatuh dengan djatuhnja nasion itu. Keradjaan dunia Rumawi, jang disini
tak perlu kami tindjau sjarat2 ekonomi jang mendjadi sumbernja, membawa
keruntuhan nasionalitet2 lama. Dewa2 ,nasional lama melaptik, begitu pula dewa
2 orang Roma, jang djuga dibentuk disesuaikan dengan batas2 sempit kota Roma
sadja. Kebutuhan untuk melengkapi keradjaan dunia lewat suatu agama dunia
dengan djelas telah disingkapkan dalam usaha2 jang dilakukan di Roma untuk
memberikan, disamping dewa2 pribumi, pengakuan serta altar2 bagi semua dewa
luarnegeri jang patut dihormati. Tetapi suatu agama dunia baru tidak akan
tebentuk menurut mode itu, dengan dekrit keradjaan. Agama dunia baru agama
Kristen, dengan diam2 sudah lahir, lahir dari tjampuran teologi Timur, terutama
teologi Jahudi, jang digeneralisasi, dengan filsafat Junani, terutama filstafat
Stoic, jang divulgerisasi. Bagaimana rupanja semula harus diketemukan lebih
dulu dengan mengeluarkan banjak tenaga, karena bentuk resminja, sebagaimana
jang telah disampaikan kepada kita, hanjalah bentuk dengan mana ia mendjadi
agama negara dan untuk tudjuan itu ia disesuaikan oleh Dewan Nicaea. Kenjataan
bahwa sesudah 250 tahun ia mendjadi agama negara tjukuplah menundjukkan bahwa
ia adalah agama jang sesuai dengan sjarat2 zaman itu. Dalam Zaman Tengah,
sedjalan dengan perkembangan feodalisme, agama Kristen berkembang mendjadi
pasangan agamanja, dengan hierarchi feodal jang bersesuaian. Dan ketika
wargakota2 mulai tumbuh subur, maka berkembanglah, bertentangan dengan
Katolisisme feodal, bidaah Protestan, jang mula2 muntjul di Perantjis Selatan,
dikalangan kaum Albigense [4-3], ketika disitu kota-kota mentjapai titik
masa-berkembangnja jang tertinggi. Zaman Tengah telah membubuhkan pada teologi
semua bentuk ideologi lainnja - filsafat, politik, ilmu hukum - dan membikinnja
mendjadi subbagian2 teologi. Dengan demikian ia memaksa setiap gerakan sosial
dan politik mengambil bentuk teologi, Sentimen2 massa didjedjali dengan agama
dengan menjingkirkan semua lainnja; makaitu adalah perlu mengadjukan
kepentingan2 mereka sendiri dengan berkedokkan agama guna menghasilkan suatu
gerakan jang sengit. Dan seperti wargakota2 dari sedjak semula melahirkan
embel2 jang terdiri dari kaum plebejer kota jang tak bermilik, kaum buruh
harian dan budak2 dari segala matjam, jang tak termasuk dalam pangkat sosial
jang diakui, pelopor2 proletariat dikemudian hari maka begitulah pula bidaah
segera terbagi mendjadi bidaah wargakota-lunak dan bidaah
plebejer-revolusioner, jang tersebut belakangan mendjadi kebentjian kaum bidaah
wargakota itu:sendiri.
Tak terbasminja bidaah Protestan adalah
sesuai dengan tak terkalahkannja kaum wargakota jang sedang menaik. Ketika kaum
wargakota ini telah mendjadi tjukup kuat, perdjuangan mereka melawan kaum
ningrat feodal, jang hingga -saat itu berkuasa setjara lokal, mulai mengambil
ukuran2 nasional. Aksi besar jang pertama terdjadi di Djerman - apa jang
dinamakan Reformasi. Kaum wargakota belum tjukup kuat dan djuga belum tjukup
berkembang untuk dapat mempersatukan dibawah pandji2 mereka pangkat2 jang
memberontak lainnja - kaum plebeier di-kota2, kaum ningrat rendahan dan kaum
tani jang mengerdjakan tanah. Mula2 kaum bangsawan kalah; kaum tani bangkit
melakukan pemberontakan jang merupakan puntjak seluruh perdjuangan
revolusioner; kota meninggalkan mereka dalam kesukaran, dan dengan begitu
revolusi menjerah kepada tentara2 pangeran2 duniawi jang memetik seluruh
keuntungan. Sedjak itu Djerman selama tiga abad menghilang dari barisan2
negeri2 jang memainkan peranan aktif jang bebas dalam sedjarah. Tetapi
disamping Luther Djerman muntjul pula Calvin Peranitjis. Dengan ketadjaman
Perantjis jang sedjati dia menempatkan watak burdjuis dari Reformasi itu
didepan, merepublikkan dan mendemokrasikan Geredja. Sementara Reformasi
Lutheris di Djerman memerosotkan dan mendjadikan negeri itu rusak-binasa,
Reformasi Calvinis berlaku sebagai pandji2 bagi kaum republiken di Djenewa, di
Nederland dan Skotlandia, membebaskan Nederland dari Spanjol dan Keradjaan
Djerman dan memberikan pakaian ideologic bagi babak kedua revolusi burdjuis jang
sedang berlangsung di Inggris. Disini Calvinisme membuktikan diri sebagai kedok
agama jang sedjati dari kepentingan2 burdjuasi zaman itu dan karena itu tidak
mendapat pengakuan penuh ketika revolusi berachir dalam 1689 dengan suatu
kompromi antara sebagian kaum ningrat dengan burdjuasi. Geredja negara Inggris
ditegakkan kembali; bukan dalam bentuknja seperti jang terdhulu berupa
Katolisisme jang mempunjai radja sebagai pausnja, tetapi, sebaliknja, sangat di
Calvinisasi. Geredja negara lama merajakan Minggu Katolik jang gembira dan
telah menentang Minggu Calvinis jang suram. Geredja baru jang diburdjuiskan
melazimkan jang tersebut belakatigan, jang menghiasi Inggris hingga kini.
Di Perantjis, minoritet Calvinis ditindas
dalam 1685 dan atau di Katolikkan atau diusir keluar dari negen itu. Tetapi apa
gunanja ? Sudah sedjak itu vrijdenker Pierre Bayle berada pada puntjak
aktivitetnja, dan dalam 1694 Voltaire lahir. Tindakan-tindakan kekirasan Louis
XIV hanjalah memudahkan burdluasi Perantjis untuk meneruskan revolusinia dalam
bentuk bukankeagamaan, dalam bentuk politik se-mata2, bentuk satusatunja jang
tjotjok dengan burdjuasi jang berkembang. Sebagai ganti kaum Protestan, kaum
vrijdenker menempati kedudukan mereka dalam madjelis2 nasional. Dengan demikian
agama Kristen in masuki tingkatanja jang terachir. Dimasadepan ia mendjadi tak
sanggup mengabdi klas progresif apapun sebagai pakaian ideologi tjita2nja. Ia
makin lama makin mendjadi milik jang eksklusif dari klas2 berkuasa dan klas2
itu memakainja sebagai alat pemerintah belaka, untuk menahan klas2 bawahan
tetap berada didalam batas2. Lagipula, masing2 berbagai-bagai klas2 itu
menggunakan agamanja sendiri, jang tjotjok,: kaum ningrat jang bertanah -
Jesuitisme Katolik atau ortodoksi Protestan; burdjuasi liberal dan radikal -
rasionalisme; dan bedanja sedikit sadja apakah tuan2 ini sendiri pertjaja
kepada agama2 mereka masing2 atau tidak.
Karena itu, kita lihatlah : agama, sekali
terbentuk, selalu mengandung bahan tradisionil, persis seperti dalam semua
bidang ideologi tradisi merupakan suatu kekuatan konservatif jang besar. Tetapi
perubahan2 jang di agami oleh bahan itu timbul dari hubungan2 klas, artinja,
dari hubungan ekonomi dari orang2 jang melakukan perubahan2 ini. Dan.mengenai
itu tjukuplah sekian.
Dalam bagian tersebut diatas hanja bisa
diberikan suatu sketsa umum dari konsepsi Marxis tentang sedjarah, paling
banter dengan beberapa ilustrasi. Buktinja harus diperoleh dari sedjarah itu
sendiri; dan dalam hal ini mungkin saja diptrkenankan unbuk mengatakan bahwa
bukti itu sudah tjukup diberikan didalam tulisan2 lain. Akan tetapi, konsepsi
itu mengachiri filsafat dilapangan sedjarah, seperti djuga konsepsi -dialektik
tentang alam membikin semua filasafat alam mendjadi tak perlu dan djuga tak
mungkin. Soalnja bukanlah lagi soal diseguatu tempat me-reka2 saling-hubungan2
dari luar otak kita, melainkan soal menemukan mereka didalam fakta2. Bagi
filsafat, jang telah diusir dari alam dan sedjarah, hanja tinggallah bidang
pemikiran se-mata, sebegitu djauh jang masih tinggal jalah: teori tentang
hukum2 proses pemikiran itu sendiri, logika dan dialektika.
Dengan Revolusi 1848, Djerman jang
,,terpeladjar" mengutjapkan selamat-tinggal kepada teori dan berphidah
kelapangan praktek. Produksa ketjil2an dan manufaktur, jang berdasarkan
kerdjatangan, diganti oleh industri jang betul2 besar. Djerman muntjul lagi
dagam pasar dunia. Keradjaan Djerman [4-4] baru jang ketjil menghapuskan
se-kurang2nja kesewenang-wenangan jang paling menjolok jang menghalang-halangi
perkembangan itu, jaitu si,stim negara2 ketjil, sisa2 feodalisme, dan
pengurusan birokratis. Tetapi selaras dengan spekulasi meninggalkan
kamar-beladjar ahlifilsafat untuk mendirikan kuilnja dalam dalam Bursa Efek,
maka Djerman jang terpeladjar kehilangan bakat besar dibidang teori jang telah
merupakan kemegahan Djerman dalam hari2 kehinaan politik jang se-dalam2nja -
bakat akan penelitian ilmiah se-mata2, lepas daripada apakah hasil jang
diperolehnja itu dapat dipergunakan dalam praktek atau tidak, apakah mungkin
menjinggung pembesar2 polisi atau tidak. Memang benar, ilmu2 alam Djerman jang
resmi mempertahankan posisinja dibarisan depan, terutama dilapangan penelitian
jang chusus. Tetapi madjalah Amerika Ilmupun
dengan tepatnja menjatakan bahwa kemadjuan2 jang menentukan dibidang rangkaian
jang luas dari fakta2 chusus dan penggeneralisasiannja mendjadi hukum sekarang
lebih banjak ditjapad di Inggris dan bukannia, seperti dulu, di Djerman. Dan
dilapangan ilmu2 sedjarah, termasuk filsaf semangat lama jang tak kenal takut akan
teori sekarang telah lenjap, samasekali, ber-sama2 dengan filsafat klasik.
Eklektigisme kosong dan minat jang gelisah akan kedudukan dan penghasilan, jang
merosot, sampai pada pemburtuan pekerdjaan jang paling vulger, menduduki
tempatnja. Wakil2 resmi dari ilmu2 itu tanpa tedengaling2 telah mendiadi ahli2
ideologd dari burdjuasi dan negara jang ada - letapi ketika kedua-duanja berada
dalam antagonisme jang terbuka dengan klas buruh.
Hanjalah dikalangan klas buruh bahwa bakat
Djerman akan teori tetap utuh. Dikalangan mereka ia tak dapat .dibinasakan.
Dikalangan mereka tak ada minat akan kedudukan2, untuk mentjari keuntungan,
atau akan perlindungan jang penuh kasih-sajang dari atas. Sebaliknja, semakin
ilmu itu madju dengan tak kenal bdaskasihan dan tak mementingkandiri maka ia
semakin menemukan dirinja berada selaras dengan kepentingan2 serta aspirasi2
kaum buruh. Ketjenderungan baru, jang mengakui bahwa kuntji untuk memahami
seluruh sedjarah masjarakat terletak dalam sedjarah perkembangan kerdja, sedjak
awadnja lebih suka berpaling kepada klas buruh dan dikalangan mereka
mendapatkan sambutan jang tidak ia tjari maupun ia harapkan dari ilmu jang
diakui setjara resmi. Gerakan klas buruh Djerman adalah ahliwaris filsafat
klasik Djerman.
Ditulis oleh Engels dalam 1886 Dimuat dakan
madjalah Neue Zeit 1886, dan sebagai
penerbitan tersendiri di Stuttgart dalam
1888.
Diterbitkan menurut naskah edis! 1888.
[4-1] Disini mungkiry- saja diperkenankan
untuk memberikan pendielasan pribadi. Belakangan ini berulangkali ada di-sebut2
andil saja dalam teori ini, makaitu sulit bagi saja untuk menghindari
menguijapkan beberapa patah kata disini untuk menjelesaikannja. Saja tak dcipat
menjangkal bahwa baik sebelum maupun seldma empatpuluh tahun bekerdjasama
dengan Marx saja mempunjai andil saja @endiri jang tertentu dalam meletakkan
dasar2 teori itu, dan terutama dalam pengolahannia. Tetapi bagian jang lebih
besar dari prinsip2 pokoknja jang terpenting, terutama dilapangan ilmu ekono-ni
dan sedjarah, dan, diatas segala-galanja, formulasinja jang terachir jang
tadjam, adalah andil Marx. Apa jang saja sumbangkan - setidak-tidaknia ketjuali
karja saja dibeberapa lapc[ngan chusus - Marx dapat mengerdjakannja dengan baik
sekali tanpa saja. Apa jang dihasilkan oleh Marx, saja tak dapat mentjapainja.
Marx berdiri lebih tinggi, melihat lebih djauh, dail memandang lebih ,uas serta
Iebih tjepat daripada semua kita lainnja. Marx adalah seorarig zeni; kita
lainnja paling banter orang2 jang berbakc6t. Tanpa dia teori itu akan diauh daripada
apa adanja kini. Kcrrena 5@u su,-4ah setepatnja memakal namanja. (Tiatatan Engels).
[4-2] Lihat Dos Wesen der menschlichen Kopfarbeit, dargestellt von einem Hanidarbeiter
(Watak Pekerdjaan Otak Manusia Diuralkan oleh Seorang Pekerdja Tangan).
Hamburg, Meissner. (Tjatatan -. Engels).
[4-3] Kaum Albigense: Suatu sekte agama jang selama abad ke-12 dan ke-13
memimpin gerakan menentang Geredja Rum Katolik. Nama ini berasal dari nama kota
Albi, di Perantjis Selatan. - Red.
[4-4] Istilah W dipakai untuk Keradjaan
Djerman (tanpa Austra) jang terbentuk dalan 1871 dibawah hegemoni Prussia. - Red.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar